Kehidupan Menyimpang para Kaisar Tiongkok

Ada dua ratus Sembilan kaisar dalam sejarah Tiongkok dari Dinasti Qin (221 M) sampai dinasti Qing (1911). Menurut penyelidikan ahli sejarah, hanya ada dua belas kaisar saja yang berumur sampai tujuh puluh tahun lebih, Mengapa? Tulisan berikut ini ingin mengupas bagaimana perilaku seks menyimpang dapat memperpendek usia seseorang.

Dari penyelidikan ahli sejarah tersebut di dapat bahawa rata-rata umur kaisar Tiongkok ( diluar yang dibunuh) adalah empat puluh tahun. Bandingkan dengan usia para pendeta Buddha yang sanggup mencapai tujuh puluh tahun. 14 persen kaisar meninggal di usia sebelum dua puluh tahun, 40 persen meninggal antara usia 20 dan 40 tahun, 40 persennya lagi meninggal antara usia 41 dan 60 tahun. Bertolak belakang dengan pendeta Buddha yang hampir tidak ada yang meninggal diantara usia 20 sampai 50 tahun. 30 persen mereka meninggal diusia antara 70 sampai 79 tahun sedangkan 30 persennya lagi meninggal diatas usia 80 tahun.

Menurut kesimpulan penelitian tersebut, penyebab banyaknya kaisar Tiongkok yang meninggal di usia muda disebabkan oleh tekanan pekerjaan (stress) dan perilaku seks mereka. Kenikmatan seksual lah yang menyebabkan banyak kaisar berumur pendek sementara kehidupan yang relijius diyakini sebagai penyebab panjang umurnya para pendeta Buddha.

Pada zaman Dinasti Zhou ( 1100-256 SM), raja memelihara sejumlah besar wanita dalam satu rumah. Pada masa dinasti selanjutnya malah banyak raja yang menumpuk wanita sampai ribuan dalam istananya. Contohnya pada masa Dinasti Jin yaitu Raja Wu ( 265 – 290 M) mempunyai sepuluh ribu wanita dalam istana haremnya. Pada zaman Dinasti Tang yaitu raja Ming Huang (712-742 M) mempunyai 40.000 selir.

Anehnya, dari puluhan ribu selir tersebut hanya sekitar 120 orang saja yang pernah berhubungan seks dengan raja. Salah seorang dari mereka sudah pasti sang permaisuri.

Perilaku seks seperti ini didasarkan kepada kepercayaan orang Tiongkok yang menganggap bahwa persetubuhan (menyatunya pria dan wanita) adalah bagaikan Ying dan Yang. Kaisar Tiongkok kuno beranggapan seks memberikan hidup pada manusia. Bentuk kesalahan terbesar dari sorang raja adalah tidak punya keturunan untuk meneruskan tampuk pemerintahannya.

Padahal sebenarnya seks itu sendiri bagaikan pedang bermata dua. Apabila dilakukan dengan wajar, maka akan meningkatkan vitalitas seorang pria tetapi apabila dilakukan secara berlebihan justru malah merusak kesehatan.

Sebenarnya bukan tidak ada panduan bagi para kaisar Tiongkok dalam berhubungan seks. Ada sebuah buku yang mirip Kamasutra (Kamasutranya Tiongkok) yang harusnya menjadi pedoman para kaisar dalam berhubungan seks. Dan buku tersebutlah yang pertama kali di ajarkan oleh para kasim sewaktu mendidik para kaisar tentang seks. Buku itu mengajarkan bahwa seorang pria harus dapat menahan diri sebelum mencapai orgasme dan membatasi pengeluaran sperma. Dengan latihan dan disiplin, dia dapat menggilir semua selir-selirnya tanpa dia sendiri ambruk.

Namun apabila kita bersandar pada hasil penelitian para sejawaran tersebut, jelaslah bahwa para kaisar tersebut tidak mengindahkan sama sekali nasehat dari buku tersebut.


Andy F

No comments: