Nefertiti, Sang Ratu Keabadian


14268435481272107917
Novel Nefertiti (www.bookoopedia.com)

Siapakah figur perempuan Mesir kuno yang kecantikannnya sering dibicarakan selain Cleopatra? Maka jawabannya adalah Nefertiti. Bermata biru, berleher jenjang, kontur wajah yang tegas, dan hampir semua pakaian selalu pantas jika ia yang kenakan. Jika mumi orang Mesir kuno lain kabanyakan sudah rusak, maka lain lagi dengan Nefertiti, yang konon wajahnya masih utuh sampai sekarang meski telah menjadi mumi.
Cerita sejarah Mesir memang ada kalanya sedikit simpang siur. Sampai kini bahkan belum juga diketahui dengan pasti siapakah sosok Fir’aun yang dikutuk karena mengaku-ngaku dirinya Tuhan yang karena tenggelam di Laut Merah ketika mengejar Nabi Musa, apakah benar Ramses II, atau yang lain, dan kita juga belum tau dengan pasti siapakah istri sang firaun, yang katanya cantik, pintar serta menguasai berbagai bahasa, sebagian orang berpendapat ia adalah Nevertari, yang di dalam cerita-cerita Islam kita mengenalnya sebagai Aisyah, istri yang sholeh dari raja fir’aun yang terkutuk. Berdasarkan bukti-bukti penelitian yang dianggap valid, masyarakat Mesir pada saat itu masih berlaku hubungan pernikahan dengan saudara kandung atau incest yang konon tujuannya supaya tahta kerajaan tidak jatuh ke tangan orang lain.
Untuk Nefertiti, izinkan saya mengambil rujukan berdasarkan kisah yang terdapat dalam novel sejarah yang ditulis Michelle Moran, berjudul Nefertiti, Sang Ratu Keabadian.
Marilah sejenak kita berjalan-jalan dulu ke masa lampau..
1426843755503907991
Nefertiti (http://theredlist.com)






Nefertiti merupakan putri dari pasangan Tey dan Wajir Ay (wajir adalah gelar bangsawan di kalangan masyarakat mesir saat itu, mungkin setara dengan menteri). Tey bukan sebenarnya ibu kandung dari Nefertiti. Wajir Ay sebelumnya telah menikah dengan seorang perempuan lain keturunan bangsawan, dan kemudian melahirkan seorang putri cantik bernama Nefertiti dari pernikahan yang pertama itu. Setelah istri pertamanya meninggal, Ay kemudian menikah lagi untuk yang kedua kalinya dengan Tey yang kemudian melahirkan anak keduanya bernama Mutnodjmet . Jadilah Ay sekarang memiliki dua putri cantik bernama Mutnodjmet dan Nefertiti.
Novel ini mengambil sudut pandang Mutny sebagai pencerita, sehingga selain menceritakan Nefertiti, kitapun tau perasaan Mutny karena membaca novel ini seakan Mutny telah hidup kembali dan menjelma menjadi diri kita sendiri.
1426856313257655165
Mutnodjmet (http://www.judith-page.com)





Mutny (sebutan Mutnodjmet ) dengan Nefertiti memiliki kepribadian yang berbeda. Mutny adalah sosok yang suka mengalah dan tidak terlalu banyak keinginan dalam hidupnya, selalu menyayangi Nefertiti meski ia bukan saudara kandungnya sendiri. Sedangkan Nefertiti diceritakan selalu ingin menjadi pusat perhatian dan selalu ingin menjadi yang nomer satu dalam berbagai hal. Namun hubungan adik-kakak ini sangat baik dan saling menyayangi meskipun Mutny harus selalu mengalah demi kebaikan Nefertiti, karena Nefertiti lebih disayangi oleh orangtua. Selain karena ia cantik, iapun cikal bakal permaisuri di masa yang akan datang. Mutny selalu membantu Nefertiti memasangkannya rambut palsu atau sekedar menggambar celak di matanya. Meskipun tidak menjadi pusat perhatian, Mutny memiliki kelebihan dibanding Nefertiti, yaitu bahwa ia memiliki keahlian dalam bidang penyembuhan, meracik tanaman di sekitarnya untuk kemudian dijadikan obat-obatan, menyembuhkan orang sakit.
Suatu hari Ratu Tiye, ratu Mesir saat itu, yang juga merupakan kakak dari Wajir Ay (ayah Mutny dan Nefertiti), merencanakan pernikahan anaknya yang kedua, Amenhotep dengan Nefertiti karena pangeran yang pertama, Tuthmosis (kakak Amenhotep), meninggal usai diduga telah dibunuh oleh adiknya sendiri, Amenhotep, yang memiliki watak keras dan sangat berambisi menebut tahta kerajaan.
Sadar akan kecantikan Nefertiti yang memukau pandangannya, Amenhotep mulai tergila-gila dan ingin menikah dengannya. Tentu Nefertiti sangat senang, karena selain akan meningkatkan derajat keluarganya, ia pun akan pindah ke kota (Thebes) dan kemungkinan besar akan menjadi permaisuri kerajaan. Seluruh keluarga pun mendukung. Sayangnya Amenhotep telah memiliki istri dari pernikahan yang pertama, yaitu dengan Kiya, namun belum memiliki keturunan sampai sekarang. Jadilah Nefertiti istri kedua Amenhotep. Nefertiti menikah dengan Amenhotep di usia yang masih sangat muda, yaitu 15 tahun.
Setelah penobatan gelar pangeran terhadap Amenhotep dilakukan, semuanya kamudian berpindah dari Thebes ke Amarna, sebuah kota yang akan menjadi kekuasaan Amenhotep dan tentunya menjadi pusat kerajaan Aten. Kepindahan ini memakan waktu berbulan-bulan, menyebrangi sungai nil. Sementara Ratu Tiye dan Raja tetap tinggal di Thebes.
Intrik dan persaingan kerap terjadi antara Nefertiti dan Kiya di istana kerajaan tersebut guna untuk mendapatkan perhatian lebih dari Amenhotep. Mereka berlomba-lomba mendapatkan anak laki-laki lebih dahulu karena anak laki-laki pertama yang lahir, kemungkinan besar akan menjadi raja suatu hari nanti.
Namun rupanya Kiya malah lebih dulu mengandung anak laki-laki dari pada Nefertiti. Sehingga hal itu telah menimbulkan kecemburuan yang mendalam bagi Nefertiti yang ternyata belum juga bisa mengandung. Nefertiti yang dengan wataknya ingin selalu dimanja dan pintar membuat skenario agar Amenhotep lebih suka tinggal dengannya, pun membuat Kiya sinis, terutama ayah Kiya, Panahesi, yang selalu membela agar anaknya lebih mendapat perhatian dari Amenhotep. Perang dingin kerap terjadi. Jika Amenhotep mendapat giliran untuk tidur dengan Kiya, Nefertiti yang selalu tidak menyukai akan hal tersebut, selalu melampiaskan kekesalannya pada Mutny.
Beberapa lama setelahnya Nefertiti akhirnya mengandung juga. Kabar buruknya ialah bahwa ternyata anak yang dikandung Nefertiti bukanlah anak laki-laki seperti yang diinginkannya, melainkan perempuan, sehingga kecil kemungkinana anak yang terlahir dari rahim Neferiti tersebut akan menjadi raja di kemudian hari.
Hari terus berlalu, Amenhotep semakin melebarkan sayapnya demi perubahan yang diinginkannya. Ia melakukan pembangunan besar-besaran, salah satunya dengan membangun kuil Aten yang besar dan megah, dengan mengorbankan ribuan nyawa para pekerja, belum lagi menghabiskan banyak harta. Ia ingin namanya dan nama istrinya terukir dengan jelas sebagai bukti sejarah bahwa pernah telah berdiri sebuah peradaban besar tumbuh di Mesir. Ia pun memproklamirkan dirinya sebagai Aten, dewa yang harus disembah oleh warga Mesir saat itu. Selain pembangunan yang besar-besaran tersebut, Amenhotep berniat mengubah keyakinan bangsa Mesir pada saat itu, yaitu dari yang tadinya menyembah banyak patung, Dewa Amun, dirubah olehnya menjadi hanya satu yaitu Dewa Aten.
Tentu hal ini menimbulkan keresahan yang amat mendalam bagi beragai pihak. Para wajir istana, termasuk juga Ratu Tiye, ibunya sendiri, menentang keyakinan baru tersebut, bagaimana mungkin keyakinan yang telah dianut secara turun temurun tersebut harus dirubah begitu saja oleh seorang pangeran yang baru diangkat. Pada akhirnya banyak masyarakat Mesir yang terpaksa harus merubah keyakinannya menjadi keyakinan yang diinginkan Amenhotep, mereka terpaksa menyembunyikan patung-patung yang selama ini disembahnya di dalam rumah, dan jika ada yang ketauan masih menyembah, maka akan mendapatkan hukuman. Selain itu, hal ini pun menimbulkan keresahan bagi Horembeb (Jenderal utama di kerajaan) yang khawatir dengan terkuasainya sebagian daerah Amarna hanya kerna Amenhotep terlalu fokus dengan pembangunan sehingga lupa bahwa daerah kekuasannya lambat laun akan diserang oleh bangsa lain dari sudut yang tidak terduga.
Hari terus berlalu, tak satupun Nefertiti melahirkan anak laki-laki, ia terus melahirkan anak perempuan. Ia dan ayahnya bersekongkol mencari cara bagaimana caranya anak Kiya tidak menjadi pangeran suatu hari nanti. Di satu sisi, Mutny semakin tertekan akan posisinya sebagai adik Nefertiti yang harus selalu memikirkan dan melayani Nefertiti semantara ia sendiripun sedang jatuh cinta sengan seorang Jenderal dan berniat ingin menikah dengannya. Namun kelurga tidak merestui selain karena ia harus mendampingi Nefertiti, jenderal yang dicintainya pun bukanlah berasal dari kalangan bangsawan sebagaimana tuntutan keluaga, dan mereka khawatir, orang yang dicintai Mutny yang notabene seorang jenderal, akan menjadi ancaman kerajaan suatu hari nanti.
Semakin lama paham Aten semakin mengakar kuat di Mesir pada saat itu. Dan bangunan termegah yang pernah ada pun diciptakannya. Semua orang terkagum-kagum dengan pembangunan yang sangat megah namun menghabiskan ribuan nyawa selama pembangunannya. Nefertiti yang bimbang memilih antara bagaimana cara ia mendukung ideologi suaminya dan desakan Tiye (mertua) yang justru ingin Nefertiti merubak pandangan Amenhotep, malah tidak tau apa yang harus dilakukannya.
142685705825911125
simbol Aten (http://www.bluedolphinpublishing.com)












Sementara Mutny, ia nekat melarikan diri dari kerajaan dan memilih untuk menikah dengan lelaki pilihannya, yaitu Jenderal Nathmin (sahabat Horembeb), yang sebelumnya tidak direstui keluarganya tersebut, dan berpindah tempat untuk hidup di suatu desa terpencil bersama kicauan burung dan air sungai yang mengalir jernih depan rumah dari pada hidup di istana yang penuh intrik dan ambisi perebutan kekuasaan. Diketahui diakhir cerita, diceritakan bahwa Mutny melahirkan anak perempuan (dari kehamilan kedua, karena kehamilan pertama ia keguguran, dicurigai Nefertiti yang membunuhnya dengan memberi Mutny racun dalam minuman, tujuannya agar Mutny selalu disamping Nefertiti) dari pernikahannya dengan jenderan Nakhmin tersebut. Anak perempuan tersebut bernama Nevertari (cikal bakal permaisusi Raja Ramses II).
14268564741880521749
kalo kalian disuruh pilih, mau jadi Nefertiti atau Mutny, kalian pilih siapa? Saya sih Queen Mutny sajalah..hidup ayem..(http://www.glintofgold.org)

Sementara Horembeb yang diperintah Amenhotep untuk melawan pasukan yang mencoba menyerang Amarna secara diam-diam, rupanya telah berhasil melawan dan menumpas habis pasukan tersebut. Namun bukannya penghargaan yang diterimanya karena memenangkan pertempuran, malah hukuman yang didapat karena ia pernah mencoba melawan Aten, sehingga dikurunglah ia sebagai bentuk hukumannya.
Pada suatu hari, ketika kerajaan sedang mengadakan pesta yang besar selama tiga hari berturut-tutut, musibah datang menerpa masyarakat Mesir. Dikabarkan beberapa warga Mesir terserang penyakit mematikan dan menular. Beberapa orang yang terkena langsung dikarantina supaya penyakitnya tidak menular pada oranglain. Semakin hari suasana semakin genting dan mencekam. Istana kerajaan ditutup dan tak ada seorangpun diperbolehkan keluar masuk istana. Hal ini dilakukan agar keluarga kerajaan tidak tertular penyakit tersebut.
Susana semakin parah. Dua putri kembar Nefertiti meninggal karena wabah tersebut. Kemudian yang lainnya juga. Termasuk juga Ratu Tiye, bahkan sang fir’aun sendiri, Aten, ikut tertular penyakit mematikan ini. Si Raja Sesat ini dikurung layaknya narapidana dalam sebuah ruangan dan tidak dibiarkannya keluar. Sesekali terdengar teriakan Sang Raja di dalam ruangan. Suatu waktu Kiya memberitahu orang-orang bahwa di ruangan tempat dimana sang Raja dikurung, sudah tidak mendengar suara batuk raja lagi. Maka diketahuilah bahwa Sang Raja Sesat telah berpulang, menghadap Anubis (dewa kematian).
Nefertiti yang benar-benar sangat sedih, sekilas bergumam dan merasakan kepedihannya, ‘Inilah akhirnya Amarna’, kota yang habis-habisan dibangunnya, kini malah hancur.
Warga sangat marah pada raja karena menganggap bahwa musibah ini merupakan hukuman dari Amun karena masyarakat Mesir telah berpaling dari Amun untuk mengabdi pada Aten. Sementara situasi menjadi sangat parah, Horembeb dibebaskan dari kurungannya.
Di dalam kesedihannya, Nefertiti ditemukan meninggal dengan darah yang menyebar di lantai.
Akhir cerita : Horembeb menikahi Mutny (secara paksa) setelah seluruh kerajaannya wafat. Mutny merupakan mata rantai terakhir yang berhubungan dengan pemegang tahta mesir.
Michelle moran benar-benar kreatif mencerikatan cerita sejarah yang dikemas dalam bentuk novel setebal 581 halaman ini (versi bahasa Indonesia) menjadi sebuah bacaan yang menarik dan tidak membosankan sebagaimana kita membaca buku sejarah. Memang benar pepatah Mesir yang tertulis sebagai pembuka novel ini, yaitu bahwa ‘Membicarakan nama mereka yang telah mati akan membuat mereka kembali hidup’, sehingga menulis ini pun rasanya Mutny, Nefertiti, dan segenap tokoh dalam novel ini sedang duduk di samping saya untuk menamani menulis artikel ini.
Selamat Hari Jum’at.
Bandung, 20 Maret 2015.
Referensi : Novel Nefertiti Sang Ratu Keabadian karya Michelle Moran








No comments: