Jejak-Jejak Kemegahan Dinasti Timuriyah di Uzbekistan
Kekaisaran Timuriyah adalah dinasti besar Islam yang muncul di Asia Tengah sejak abad ke-14 hingga awal abad ke-16. Dinasti ini didirikan oleh Timur Lenk (Tamerlane), seorang penakluk yang berasal dari keturunan suku Turko-Mongol.
Setelah menguasai Transoksiana pada 1370, Timur Lenk lantas mendirikan kerajaannya dengan Samarkand (kota yang terletak di Uzbekistan sekarang) sebagai pusatnya. Dalam tempo 35 tahun, dia bersama pasukannya berhasil menaklukkan seluruh Asia Tengah yang mencakup wilayah Iran, Irak, bagian selatan Rusia, hingga utara India.
Luas wilayah keseluruhan yang dikuasai mencapai 4,4 juta km persegi.“Tidak sampai di situ saja, dalam ekspedisi mereka ke arah barat antara 1400-1402, pasukan Timuriyah juga mengalahkan tentara Mamluk di Suriah dan Ottoman di Angora (Ankara),” tulis peneliti dari Museum Kesenian Metropolitan, Suzan Yalman, dalam artikelnya The Art of the Timurid Period (ca. 1370–1507).
Timur Lenk meninggal dunia pada 1405, ketika dia dan tentaranya sedang mempersiapkan rencana menyerang Tiongkok. Tahta kerajaan selanjutnya dipengang oleh putra bungsu Timur Lenk, Shahrukh Mirza, yang memerintah sejak 1405-1447.
Namun, raja yang baru ini ternyata tidak mampu menjaga pencapaian yang sudah ditorehkan ayahnya. Sejumlah wilayah barat yang telah dikuasai sebelumnya jatuh ke tangan kelompok Kara Koyunlu dari suku Turkmen.
Tidak hanya itu, beberapa pangeran Timuriyah berikutnya juga terlibat perselisihan internal, sehingga mereka pun berusaha membangun kerajaan sendiri-sendiri. Kondisi tersebut ikut melemahkan kekaisaran dari dalam.
Pada akhirnya, hanya Khurasan dan Transoksiana yang tetap berada dalam kekuasaan Timuriyah.“Selepas periode Shahrukh Mirza, dinasti ini diperintah oleh anggota keluarga Timuriyah dalam wilayah yang terpisah-pisah,” tutur Yalman.
Pusat kebudayaan Islam Timur Lenk memiliki minat yang tinggi terhadap seni. Bahkan, semasa hidupnya, sang raja kerap membawa sejumlah perajin atau seniman dari berbagai daerah yang ditaklukkannya ke ibu kota Samarkand.
Karenanya, tidak mengherankan bila di kemudian hari Dinasti Timuriyah juga tercatat sebagai salah satu kerajaan yang paling cemerlang dalam sejarah seni Islam. “Kesenian dan arsitektur Timuriyah memberikan inspirasi kepada daerah-daerah yang membentang dari Anatolia sampai ke India,” ujar Yalman.
Meskipun usia Kekaisaran Timuriyah yang luas itu sendiri relatif singkat, kata dia, namun keturunan dinasti tersebut tetap memainkan peranan penting sebagai penyokong utama kesenian Islam di kawasan Transoksiana. Ketika ibu kota dipindahkan ke Herat (Afghanistan sekarang) pada 1505, kerajaan ini berhasil menjadi pusat kebudayaan Islam terkemuka di Asia Tengah.
Para penguasa Timuriyah menaruh perhatian besar terhadap budaya Persia. Mereka membujuk para seniman, arsitek, dan sastrawan untuk berkontribusi membentuk peradaban megah.
Tidak sedikit pula kalangan pejabat Timuriyah memesan salinan naskah tentang seni dan arsitektur Persia untuk dijadikan sebagai koleksi di perpustakaan-perpusatkaan milik mereka. Periode Timuriyah juga menorehkan prestasi besar dalam kesenian mewah lainnya, seperti ukiran logam dan batu giok.
Ekspresi pengkristalan budaya tersebut dapat ditemukan di istana Sultan Husain Baiqara (yang memerintah antara 1470-1506), penguasa Timuriyah terakhir. Pada masa-masa selanjutnya, sebagian tradisi kebudayaan Timuriyah tersebut juga diterapkan oleh dinasti-dinasti Islam lainnya, seperti Kesultanan Ottoman, Kerajaan Safawi, dan Kesultanan Mughal.
Peninggalan sepanjang era kejayaannya, banyak pangeran Timuriyah membantu pembangunan berbagai lembaga keagamaan, seperti masjid, madrasah, dan tempat perkumpulan sufi atau tarekat. Beberapa bukti peninggalannya masih dapat kita saksikan sampai hari ini, antara lain Madrasah Ulugh Beg yang dibangun pada 1417-1420 dengan gaya arsitektur Islam yang khas.
Kompleks Madrasah Ulugh Beg berada di kawasan situs kota tua Registan, Samarkand. Sekolah ini diapit oleh sejumlah menara tinggi. Di halamannya yang berbentuk persegi berdiri sebuah masjid dan ruangan kuliah yang dibatasi oleh asrama tempat para siswa tinggal selama menjalani pendidikan.
Madrasah Ulugh Beg menjadi salah satu peguruan tinggi terbaik pada abad ke-15. Kampus ini berhasil mencetak sejumlah sarjana terkenal di zamannya. Di antaranya adalah filsuf dan penyair besar Persia, Abdul Rahman Jami.
Warisan Dinasti Timuriyah lainnya yang masih dapat dijumpai di Samarkand adalah Masjid Bibi Khanym. Nama tempat ibadah yang selesai dibangun pada 1404 ini diambil dari nama istri Timur Lenk, Bibi Khanym.
Dinding luar masjid ini memiliki panjang 167 meter dan lebar 109 meter. Sementara, tinggi kubah utamanya mencapai 40 meter, dan pintu masuknya setinggi 35 meter. Ada marmer besar dengan kaligrafi Islam yang berdiri anggun di tengah-tengah halaman.
Sayangnya, gempa besar yang terjadi pada 1897 merusak sebagian besar bangunan ini.Selain Madrasah Ulugh Beg dan Masjid Masih banyak lagi peninggalan megah Dinasti Timuriyah di Samarkand. Ini menjadi salah satu alasan ditetapkannya kota tersebut sebagai World Heritage City (Kota Warisan Dunia) oleh UNESCO pada 2001.
Ahmad Islamy Jamil
Setelah menguasai Transoksiana pada 1370, Timur Lenk lantas mendirikan kerajaannya dengan Samarkand (kota yang terletak di Uzbekistan sekarang) sebagai pusatnya. Dalam tempo 35 tahun, dia bersama pasukannya berhasil menaklukkan seluruh Asia Tengah yang mencakup wilayah Iran, Irak, bagian selatan Rusia, hingga utara India.
Luas wilayah keseluruhan yang dikuasai mencapai 4,4 juta km persegi.“Tidak sampai di situ saja, dalam ekspedisi mereka ke arah barat antara 1400-1402, pasukan Timuriyah juga mengalahkan tentara Mamluk di Suriah dan Ottoman di Angora (Ankara),” tulis peneliti dari Museum Kesenian Metropolitan, Suzan Yalman, dalam artikelnya The Art of the Timurid Period (ca. 1370–1507).
Timur Lenk meninggal dunia pada 1405, ketika dia dan tentaranya sedang mempersiapkan rencana menyerang Tiongkok. Tahta kerajaan selanjutnya dipengang oleh putra bungsu Timur Lenk, Shahrukh Mirza, yang memerintah sejak 1405-1447.
Namun, raja yang baru ini ternyata tidak mampu menjaga pencapaian yang sudah ditorehkan ayahnya. Sejumlah wilayah barat yang telah dikuasai sebelumnya jatuh ke tangan kelompok Kara Koyunlu dari suku Turkmen.
Tidak hanya itu, beberapa pangeran Timuriyah berikutnya juga terlibat perselisihan internal, sehingga mereka pun berusaha membangun kerajaan sendiri-sendiri. Kondisi tersebut ikut melemahkan kekaisaran dari dalam.
Pada akhirnya, hanya Khurasan dan Transoksiana yang tetap berada dalam kekuasaan Timuriyah.“Selepas periode Shahrukh Mirza, dinasti ini diperintah oleh anggota keluarga Timuriyah dalam wilayah yang terpisah-pisah,” tutur Yalman.
Pusat kebudayaan Islam Timur Lenk memiliki minat yang tinggi terhadap seni. Bahkan, semasa hidupnya, sang raja kerap membawa sejumlah perajin atau seniman dari berbagai daerah yang ditaklukkannya ke ibu kota Samarkand.
Karenanya, tidak mengherankan bila di kemudian hari Dinasti Timuriyah juga tercatat sebagai salah satu kerajaan yang paling cemerlang dalam sejarah seni Islam. “Kesenian dan arsitektur Timuriyah memberikan inspirasi kepada daerah-daerah yang membentang dari Anatolia sampai ke India,” ujar Yalman.
Meskipun usia Kekaisaran Timuriyah yang luas itu sendiri relatif singkat, kata dia, namun keturunan dinasti tersebut tetap memainkan peranan penting sebagai penyokong utama kesenian Islam di kawasan Transoksiana. Ketika ibu kota dipindahkan ke Herat (Afghanistan sekarang) pada 1505, kerajaan ini berhasil menjadi pusat kebudayaan Islam terkemuka di Asia Tengah.
Para penguasa Timuriyah menaruh perhatian besar terhadap budaya Persia. Mereka membujuk para seniman, arsitek, dan sastrawan untuk berkontribusi membentuk peradaban megah.
Tidak sedikit pula kalangan pejabat Timuriyah memesan salinan naskah tentang seni dan arsitektur Persia untuk dijadikan sebagai koleksi di perpustakaan-perpusatkaan milik mereka. Periode Timuriyah juga menorehkan prestasi besar dalam kesenian mewah lainnya, seperti ukiran logam dan batu giok.
Ekspresi pengkristalan budaya tersebut dapat ditemukan di istana Sultan Husain Baiqara (yang memerintah antara 1470-1506), penguasa Timuriyah terakhir. Pada masa-masa selanjutnya, sebagian tradisi kebudayaan Timuriyah tersebut juga diterapkan oleh dinasti-dinasti Islam lainnya, seperti Kesultanan Ottoman, Kerajaan Safawi, dan Kesultanan Mughal.
Peninggalan sepanjang era kejayaannya, banyak pangeran Timuriyah membantu pembangunan berbagai lembaga keagamaan, seperti masjid, madrasah, dan tempat perkumpulan sufi atau tarekat. Beberapa bukti peninggalannya masih dapat kita saksikan sampai hari ini, antara lain Madrasah Ulugh Beg yang dibangun pada 1417-1420 dengan gaya arsitektur Islam yang khas.
Kompleks Madrasah Ulugh Beg berada di kawasan situs kota tua Registan, Samarkand. Sekolah ini diapit oleh sejumlah menara tinggi. Di halamannya yang berbentuk persegi berdiri sebuah masjid dan ruangan kuliah yang dibatasi oleh asrama tempat para siswa tinggal selama menjalani pendidikan.
Madrasah Ulugh Beg menjadi salah satu peguruan tinggi terbaik pada abad ke-15. Kampus ini berhasil mencetak sejumlah sarjana terkenal di zamannya. Di antaranya adalah filsuf dan penyair besar Persia, Abdul Rahman Jami.
Warisan Dinasti Timuriyah lainnya yang masih dapat dijumpai di Samarkand adalah Masjid Bibi Khanym. Nama tempat ibadah yang selesai dibangun pada 1404 ini diambil dari nama istri Timur Lenk, Bibi Khanym.
Dinding luar masjid ini memiliki panjang 167 meter dan lebar 109 meter. Sementara, tinggi kubah utamanya mencapai 40 meter, dan pintu masuknya setinggi 35 meter. Ada marmer besar dengan kaligrafi Islam yang berdiri anggun di tengah-tengah halaman.
Sayangnya, gempa besar yang terjadi pada 1897 merusak sebagian besar bangunan ini.Selain Madrasah Ulugh Beg dan Masjid Masih banyak lagi peninggalan megah Dinasti Timuriyah di Samarkand. Ini menjadi salah satu alasan ditetapkannya kota tersebut sebagai World Heritage City (Kota Warisan Dunia) oleh UNESCO pada 2001.
Ahmad Islamy Jamil
No comments:
Post a Comment