Memoar Aisha Pisarzewska , Putri Sang Perantau


Jablonna kini menghijau ,di awal musim panas yang indah.Matahari telah terlihat sempurna .Tak nampak awan kelabu seperti hari-hari sebelumnya.Saya telah cukup lama di pembaringan , hendak memandang langsung kuncup bunga yang kini telah mekar merata.Jablonna saat itu , bagaikan gadis bangsawan yang tengah berhias, memperlihatkan keelokan istana bertahtakan taman-taman bunga yang megah ( Insha Allah selengkapnya dalam penggalan memoar ” Istana Jablonna di Musim Panas).
Jablonna
Namamu kukenang dalam masa
Kau telah menyimpan cerita
Aku hendak mengubur luka
Adakah kau mengukir indah nama Aisha Pisarzewska ?
Putri muslim pertama di Jablonna
Berdarah rahim ibu Indonesia
Tak perlu kau ragu di tanah mana dia akan bersujud
Ingatlah kembali perjalanan nutfah di tanahmu empat musim penuh cerita
Pelangi rasa membentang pada perjalanan sang perantau
Adakah ia akan menua bersama cinta disana?
Aku putri sang perantau
Berjalan mengikuti garis takdir
Sampai datang masa di titik akhir bumi jasadku merebah
Bersujud
Kembali selamanya kepada Allah Tuhan Yang Satu
***
Apartemen di Ulica Akademyna
Abu Aisha terlihat sibuk mempersiapkan diri.Langkahnya berhenti di depan cermin besar yang menempel pada lemari pakaian.Ia mematut diri disana.Sesekali mata saya memperhatikan gelagatnya.”Apakah ia akan pergi keluar .?” Pikir saya saat itu.
“Abang, do you want to go out?.” Saya bertanya dengan rasa penasaran.Tak seperti biasanya.Setiap keluar apartemen Abu Aisha akan memberitahu saya.Tetapi hari itu ,tepatnya hari sabtu ia terlihat terburu-buru.Beberapa menit kemudian telephone genggamnya berdering.Suara yang tak asing terdengar.” Jest wszystko ok? . Przyniosłeś Ainna też?.Suara ibu mertua dari seberang sana.
Sepertinya Abu Aisha dan ibu mertua akan keluar.Saya hanya duduk memandang jendela apartemen yang mengarah ke balkon.Masih sedikit sibuk( muntah-muntah) , akan tetapi di awal musim panas saya mulai beraktifitas seperti biasa.Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Rahman, saya sudah bisa merasakan keindahan dimasa ini.
Selang beberapa menit setelah ibu mertua menelphone,Abu Aisha menyuruh saya bersiap-siap.Mengganti pakaian dengan abaya yang mulai terasa kekecilan pengaruh kandungan yang mulai membesar.Saya masih bertanya dalam hati” hendak kemana kami di hari sabtu?.” Tanpa memperdulikan wajah saya yang nampak bingung,Abu Aisha melangkah ke dapur menyiapkan botol air dan beberapa tas kresek untuk saya jika muntah diperjalanan.
Hari itu ,langit biru nampak cerah.Warnanya memperlihatkan kehidupan.Saya memandang kagum pada burung-burung yang terbang diatas sana.Memperlihatkan gerakan sujud berjama’ah.”Subhanallah.”saya mengucap tasbih mensucikan betapa maha suci Allah Tuhan Yang Maha Pembimbing.Setelah masa yang cukup lama saya habiskan di apartemen Jablonna dan Rumah Sakit Warsawa, hari itu akan saya kenang sebagai awal perjalanan sejarah yang menghubungkan saya dengan jejak orang-orang Yahudi di Serock.
Bukan hanya itu, perjalanan ini telah membawa memori saya kembali dimasa kanak-kanak di Maluku.Masa , saat mendiang ayah saya tercinta bercerita tentang masa-masa perang di zaman penjajahan Belanda dan kemudian meloncat tentang tingkah laku bangsa Jepang yang mengambil paksa gadis-gadis untuk dijadikan pemuas nafsu.Jangan berdebat dengan saya tentang kebenaran sejarah,! selamanya mulut saya akan tertutup rapat.!
Perjalanan ke Serock
Kami berempat ( Aisha dalam kandungan) berada di dalam mobil.Abu Aisha dan mertua duduk berdampingan.Saya duduk di kursi bagian belakang.Selain karena faktor muntah,saya juga bisa leluasa bergerak .Sabtu di waktu siang menjelang sore ,mobil melaju di jalanan dari Jablonna menuju Serock.
Benarlah apa yang dulu saya renungkan,kota ini tak mungkin kota biasa.Bangunannya seakan mengikat mata saya untuk memandang lebih dalam,pada rumah-rumah kayu yang telah nampak usam.Apakah sejarah pernah menyebut nama kota ini.?.Mungkin iya, tetapi saya yakin anda pasti seperti saya , hanya mengenal nama negara tetapi tak ingat dengan nama ini,Serock.Ini kota yang selalu dikenang dalam sejarah bangsa Yahudi maupun dalam jejak sejarah Perang Dunia II.
Selama 30 menit di perjalanan dari arah Jablonna, mobil yang dikemudikan Abu Aisha perlahan-lahan mendekati areal kota Serock.Semua nampak asing dalam pandangan.Ini pertama kali saya berada disini selama umur pernikahan bersama Abu Aisha sampai mengandung Aisha Pisarzweska.
Sebelum kaki anda melangkah bersama derap langkah saya ke sebuah rumah Yahudi,akan saya buka ingatan anda tentang kota ini.Kota yang menyimpan pesona sejarah serta jasad kaum Yahudi terdahulu yang telah terkubur di tanah kota Serock.Saya ceritakan kepada anda tentang perjalanan ini,agar kita semua tak akan pernah melupakan sejarah masa lalu.
Bukankah jejak bangsa terdahulu bisa menjadi pelajaran kepada generasi selanjutnya?.Beginilah saya merangkai kata demi kata.Mengikatnya dalam cerita, tentang perjalanan mengandung Aisha Pisarzewska .Jika tidak akan datang hari pembalasan ( masa depan ) atas perbuatan kita di masa lalu ( dunia) tentu akan bebas para penguasa sombong, manusia-manusia yang dzalim serta tingkah pongah para hartawan pemuja materi.Yakinlah hati akan kebenaran firman Allah Tuhan Yang Mengembalikan Kehidupan dan Maha Pemberi Balasan.
Berkata Zulkarnain: “Adapun orang yang aniaya, Maka kami kelak akan mengazabnya, Kemudian dia kembalikan kepada Tuhannya, lalu Tuhan mengazabnya dengan azab yang tidak ada taranya”(87) “Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, Maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami titahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari perintah-perintah kami”(Q.S Al Kahfi : 87-88)
***
Sejarah masa
Sepahit apa ia dirasa, semuanya berlalu dalam masa

Seluka apa ia dalam batin,semuanya hanya kenangan tak perlu dirisau hati
Seindah apa ia dalam kenangan,tak ada masa yang abadi
Sang pongah telah berkubang tanah
Adakah ia dipuja?
Putra-putri bangsawanApakah nisan bertahta permata?
Hanya teruntai sejarah masa
Senyum merekah
Air mata yang tumpah
Luka yang menganga
Hati yang merindu
Adakah kata menjadi wakil dalam pelangi rasa?
Aku putri sang perantau
Melintas masa
Menggenggam pelangi
Adakah sejarah masa yang sama?
***
Serock,sebuah kota di tepi utara Zegrze,danau yang berada di Legionowo.Mengunjungi kota ini seperti melintas lorong waktu ,menyaksikan sisa-sisa perang yang selalu didengungkan oleh sejarah.Apa yang hendak dicari disini.? Kebenaran.? Kaki saya menginjakkan kaki disini, di rumah tua milik orang Yahudi bukan hendak mencari kebenaran melainkan merenungi masa tentang kakek-nenek Abu Aisha yang telah berpulang.Bertemu keluarga ibu mertua, mengenalkan saya muslimah Indonesia yang menghubungkan rahim pada kisah perjalanan ini.
Sebelum Perang Dunia II , kota ini milik kaum Yahudi.Batu nisan, sinagog,rumah kayu serta beberapa rumah warga dulunya adalah areal pemukiman Yahudi.Saya tak tahu,apakah telah sampai kabar kepada anda tentang anak keturunan kaum Yahudi dari berbagai negara yang mengunjungi Serock di tahun 2000.? Berkumpul di taman kota,mengenang leluhur mereka pada sejumlah batu nisan (matzevot) yang menumpuk di taman kota Serock.
Ah! , saya yakin anda mungkin mengingat hal ini!.Pada tahun 2006, beberapa anggota proyek Yahudi yang mengikutsertakan Amerika membangun memorial di lokasi bekas pemakaman Yahudi.Mengenang Perang Dunia II, mengenang sejarah.Sejujur apa cerita sejarah menelanjangi fakta masa lalu?.Hanya buku yang bisa berkata.
***
Kami telah tiba tepat di depan rumah tua yang nampak bersih setelah melewati pohon-pohon besar di sepanjang jalan menuju Serock .Rumah ini telah dicat ulang,dihiasi sedemikian rupa oleh pemilik yang baru , seorang wanita berambut pirang sebahu, guratan-guratan wajah nampak jelas pada wanita ini.Beliau saudari tertua ibu mertua .
Abu Aisha memegang tangan saya ketika hendak melangkah.Saat itu kaki saya sudah mulai membengkak,ciri khas wanita hamil di umur kandungan yang semakin tua.Mata saya terus memandang sekeliling.Pada pohon tomat yang mulai nampak matang serta kelopak bunga berwarna kuning pada pati sari yang melingkar indah.
“Jamila,would you like to go inside.?” Abu Aisha bertanya setelah melihat saya duduk di kursi panjang di kebun kecil , di lahan rumah ini.Saya menggeleng,menolak ajakan Abu Aisha karena mengkhawatirkan keadaan saya yang suka muntah-muntah, apalagi jika mencium sesuatu yang telah diterjemahkan oleh otak saya sebagai bau yang aneh.Saya merasa malu jika itu sampai terjadi.
Saya duduk sendirian di kebun rumah Yahudi.Memandang sekeliling pada rumah tua ini seperti menangkap aura kepanikan ,rasa takut dari pemilik rumah sebelumnya saat Perang Dunia II berkecamuk.Cerita yang saya dengar dari mertua, banyak kaum Yahudi yang melarikan diri meninggalkan emas-emas beserta perhiasan yang ditanam dalam tanah di rumah-rumah mereka.
Hari in,i keturunan mereka dari berbagai negara menuntut pemerintah Polandia membayar ganti rugi beserta emas-emas yang mereka akui , kabar dari leluhur mereka emas itu tertanam di rumah-rumah Yahudi.Saya dan Abu Aisha sering berdiskusi tentang hal ini.Terkadang rasa ingin tahu yang tinggi, membuat saya ingin bertanya langsung kepada mertua.Tapi lagi-lagi bahasa Polandia saya yang pas-pasan membuat saya mengalah.
Duduk di kebun kecil ini sejenak membuat saya terhibur.Pikiran saya seperti didorong kuat kembali ke masa awal kami menikah.Saya masih di Bandung,menyelesaikan kuliah yang belum juga selesai.Telephone genggam berdering.”Ummu , would you like become guide again for me next week?” Suara seorang teman dari Selandia Baru .Menanyakan kesedian saya untuk menjadi pemandu wisata untuknya selama di Bandung.
Saya terhentak, lupa memberitahukan jika saya telah menikah.” I am so sorry i already pension as guide :), i cant.I was totaly forget to tell you that i am already married.” Saya coba menjelaskan , menyatakan penyesalan karena lupa memberitahunya.Teman ini, dalam masa pencarian jati diri.Ia mempelajari semua agama dan pada akhirnya ia memutuskan membeli Al-Qur’an dengan terjemahan berbahasa Inggris.
Where he come from.?” .Tanyanya dengan nada kecewa.”My beloved husband Abdullah Pisarzewski come from Poland.” Saya menjawab dengan menggunakan kata yang memperlihatkan status pernikahan.Suara di seberang sana nampak terkejut.” Ia pasti berdarah Yahudi, Pisarzewski.” Begitu celotehnya.
Saya tak tahu bagaimana dia bisa mengambil kesimpulan demikian.Saya hanya menjawab singkat” my beloved husband is muslim, please ! from now dont contac me more! .i am now a wife.”Itu adalah percakapan terakhir antara saya dan teman yang menyimpulkan nama keluarga Abu Aisha.
Jika anda bertanya hal yang sama, selamanya tidak akan pernah ada jawaban.Hanya ada satu hal yang selalu saya banggakan dan saya ceritakan berulang kali bahwa Abu Aisha seorang mualaf, berdarah Yahudikah ia?.selamanya tak akan pernah ada kalimat bertanya yang keluar dari lisan saya tentang hal ini.
***
Ibu mertua dan Abu Aisha menghampiri saya yang tengah hanyut dalam lakon-lakon masa lalu.Membuyarkan kepingan-kepingan kenangan yang masih menjadi tanda tanya.Hempasan angin yang datang membuat saya sedikit merasa kedinginan.Abu Aisha membantu merapikan jaket saya yang terlihat tak rapi.Kami kemudian melangkah ke mobil setelah sebelumnya Abu Aisha dan ibu mertua menyelesaikan percakapan mereka di depan rumah tua bercat putih itu.
Setelah mobil melaju meninggalkan rumah tua Yahudi ,suara ibu mertua meminta Abu Aisha berhenti sejenak di depan toko roti di kota itu.Beliau hendak membeli beberap roti khas Polandia dan kue coklat yan terlihat seperti tiramisu.Kami semua melangkah keluar , karena tak mampu berjalan Abu Aisha menyuruh saya duduk di kursi panjang di pusat kota Serock.
Bersambung……
Serock dalam kenangan ( sumber gambar Google )
Gereja di Serock ( sumber gambar Wikipedia)
Gereja di Serock ( sumber gambar Wikipedia)
Nisan Yahudi di taman kota Serock  ( sumber gambar Google )
Nisan Yahudi di taman kota Serock ( sumber gambar Google )
Aisha Pisarzewska
Raidah Athirah

No comments: