Ibu Kaum Muslimin

Ia adalah ibu kita. Ibu kaum muslimin. Ia wanita mulia dan putri dari orang yang mulia. Dialah Aisyah binti Abi Bakr Ash-Shiddiq.
Dialah istri Nabi di dunia dan di akhirat.
Jibril berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
هَذِهِ زَوْجَتُكَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ
“Ia adalah istrimu di dunia dan di akhirat.” (HR. Tirmidzi)
Dialah wanita yang paling dicintai Nabi kita.
أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، بَعَثَهُ عَلَى جَيْشِ ذَاتِ السَّلَاسِلِ، فَأَتَيْتُهُ فَقُلْتُ: أَيُّ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ: «عَائِشَةُ» قُلْتُ: مِنَ الرِّجَالِ؟ قَالَ «أَبُوهَا» قُلْتُ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: «عُمَرُ» فَعَدَّ رِجَالًا
Rasulullah shollallahu ‘alahi wasallam suatu ketika mengutus Amr bin al-Ash untuk berperang di Dzatusalasil ia pun bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling engkau cintai?” Beliau menjawab, “Aisyah.” “Dari kalangan laki-laki?” tanya Amr. Beliau menjawab, “Bapaknya (Abu Bakar Ash-Shiddiq).” Amru bertanya lagi, “Lalu siapa lagi? ” Beliau menjawab, “Umar, ” kemudian beliau menyebut beberapa orang. (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan keutamaan kekasihnya ini:
كَمَلَ مِنَ الرِّجَالِ كَثِيرٌ، وَلَمْ يَكْمُلْ مِنَ النِّسَاءِ: إِلَّا آسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ، وَمَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ، وَإِنَّ فَضْلَ عَائِشَةَ عَلَى النِّسَاءِ كَفَضْلِ الثَّرِيدِ عَلَى سَائِرِ الطَّعَامِ
“Orang yang sangat baik dari kalangan laki-laki banyak, namun yang sangat baik dari kalangan wanita hanyalah Asiyah istri Fir’aun, dan Maryam binti Imron, dan sungguh, keutamaan Aisyah atas semua wanita seperti keutamaan tsarid atas segala makanan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Tsarid adalah makanan terbaik bangsa Arab di zaman Nabi ketika itu.
Demikian kedudukannya. Sangat jauh dari kerendahan dan kehinaan.
Karena itu, ketika ada tuduhan keji dan kotor yang diarahkan kepada dirinya, yaitu bahwa ia telah berzina dan selingkuh dengan Shofwan bin Mu’athol, turunlah pembelaan terhadap kesucian beliau dari langit ketujuh. Allah pun membersihkan dan membebaskan namanya dari kehinaan dan kenistaan. Allah bahkan sampai menurunkan 16 ayat berturut dalam surat An-Nur untuk membersihkan nama baiknya.
Allah menutup 16 ayat itu dengan firman-Nya: {Mereka itu (yaitu Aisyah dan Shofwan) bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia (surga)}
Ayat ini akan senantiasa ada dan selalu dibaca hingga hari kiamat nanti.
Oleh karena itu, seorang ulama tabi’in, Masruq ketika meriwayatkan hadits dari Aisyah, beliau selalu mengatakan, “Telah bercerita kepadaku seorang wanita yang benar dan jujur yaitu putri dari pria yang benar dan jujur, wanita yang suci dan disucikan.”
Inilah wanita yang dicintai oleh Nabi kita. Beliau sangat mencintainya. Sampai-sampai ketika beliau sakit keras dan merasa ajal beliau sudah dekat, beliau memilih tinggal di rumahnya dan dekat dengannya. Hingga akhirnya…Beliau pun meninggal dunia dalam dekapannya….
Setelah kita mengetahui kedudukan kekasih Nabi kita ini, ibu kita ini, ibu kaum mukminin ini, lantas apakah kita berani dengan lancangnya menyebutnya sebagai penjahat? Apakah kita berani memvonisnya sebagai orang kafir? Apakah kita nekat untuk mencapnya sebagai pelacur??!
Berpikirlah, wahai yang memiliki hati!
Nugraha

No comments: