NUSANTARA: NEGERI (PERTEMUAN) PERSIMPANGAN


JEJAK NEGERI SABA
Jejak Nabi Sulaiman di tanah Jawa yang berjarak waktu +30.000 tahun yang lalu dan sekitar misteri Candi Borobudur sebagai “singgasana Ratu Saba” yang dipindahkan Jin dalam semalam seperti diinspirasi oleh ayat Al-Qur’an terutama surah An-Naml. Letak Bukit Stumbu di desa Karangrejo, skitar 2,5 Km sebelah barat daya Candi Borobudur, Magelang. Ibukota dari Saba dalah Ma’rib yang sangat makmur, berkat letak geografisnya yang sangat menguntungkan.

“Saba Versi Al-Qur’an”, tidak ditemukan adanya hutan di Yaman (Q.S. Saba: 15), tidak ada tempat bersujud Kaum Saba (Q.S. An Naml: 24), dan tidak ada bukti bangunan yang berdiri di lembah di antara dua hutan (Q.S. An Naml: 40).
“Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Allah) di tempat kediaman mereka, yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan kiri, (kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun”. Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun-kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr. Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena ke-kafiran mereka. Dan kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.” (QS Saba’, 34: 15-17).

Sebagaimana yang kita tahu, Nabi Sulaiman diceritakan mendatangi seorang Ratu bernama Bilqis beserta kaumnya yang menyembah matahari (Q.S. An Naml: 24). Dan, kedatangan Nabi Sulaiman ke negeri Saba ini didapatkan dari pesan burung Hud-hud yang menyuruhnya untuk pergi ke sana, ke tempat pertemuan di istana yang orang Jawa sekarang menyebutnya Istana Ratu Boqo (Bilqis).
Tempat ini (Saba) jika ditelaah secara etimologis, bisa diambil dari akar bahasa Jawa dimana Saba berarti pertemuan, dan Wana –tempat dimana istana ini berdiri– berarti hutan. Sampai sekarang, tempat itu masih ada, yakni Wanasaba, atau Wonosobo. “Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah hutan di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.” (Q.S. Saba: 15).
Sejatinya, Al Quran adalah sebaik-baik tafsir dan Allah Swt telah memeliharanya, sebagaimana Ia memelihara ayat-ayat yang masih bisa kita lihat sampai detik ini. “Dan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya. (Q.S. Al Furqon: 33). Ayat ini pun ada pada kisah Nabi Nuh, dimana kapalnya ditemukan di Puncak Gunung Ararat. “Dan sesungguhnya telah Kami jadikan kapal itu sebagai ayat (pelajaran), maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran? (Q.S. Al Qomar: 15).
Secara metodologis, lontaran teori Stumbu DLA diatas didasarkan pada fakta-fakta ayat Al-Qur’an yang difahami secara simbolik berisi simbol-simbol matematis atas budaya penciptaan alam seisinya. Menurut Ust. Fahmi Basya (“FB”) yang lulusan Matematika MIPA UI tahun 1983, Dosen Matematika UIJ dan Dewan Pakar ICMI Jakarta Barat (2004) ini, terdapat 13 alasan mengapa Negeri Saba terletak di Indonesia dan bukan di Negeri Yaman seperti dipercaya ahli mufassir Al-Qur’an.
Keseluruh 13 bukti tentang Negeri Saba menurutnya bisa ditemui di Pulau Jawa, mengarah keberadaan Ratu Boko dengan Borobudur-nya.
Analisis khusus FB sejak tahun 1982 melahirkan beberapa buku seperti Matematika Al-Quran (2003) dan Sejuta Fenomena Al-Qur’an (2008). Ia menyimpulkan:
1. bahwa penjelasan QS 27:22 tentang negeri Saba tidak ditemukan di Yaman, sedangkan bukti tersebut ditemukan di Pulau Jawa (Wana Saba = Wonosobo).
2. arti kata saba (sabun) tidak ditemukan nama Sabun di Yaman, sedang arti lain kata saba (hutan) juga tidak ditemukan disana. QS 27:24 ‘Untuk Saba pada tempat mereka ada ayat, dua hutan sebelah kanan dan kiri’.
3. kandungan ayat QS 27:24 “…dan aku dapati dia dan kaumnya bersujud kepada matahari dari selain Allah”. Di dalam sejarah tak ditemukan sebuah tempat di Yaman yang masyarakatnya bersujud kepada matahari, sedangkan di Pulau Jawa berlokasi di Komplek Ratu Boko dengan beberapa bukti pendukung.
4. bukti itu seperti (27:40) adanya bangunan (‘arsy/singgasana) yang dipindahkan ke suatu lembah berjarak terbang burung dalam waktu singkat. Tentang siapa yang memindahkan dan bagaimana dipindahkan, tafsir ayat tersebut mengisahkan yang memindah singgasana Ratu Saba adalah JINN IFRID selesai sebelum Nabi Sulaiman mengerlingkan mata. FB menerangkan, terdapat peran JINN dalam realisasi ruang waktu disini, bahwa makhluk ini memiliki syarat ilmiah memindahkan arsy Saba tersebut ke Lembah Semut. Berdasar hukum kecepatan cahaya, makhluk Jinn mampu dengan mudah dan super cepat memindahkan suatu bangunan. Diketahui peristiwa seperti ini bukan tidak pernah ada, bahkan terjadi pula dibelahan bumi lain. Demikian pula relativitas pemahaman manusia akan membatasi kebenaran nash ini.
5. menurut FB, lokasi kabar dalam QS 6:67 ada ditemukan sisa-sisa dan tandanya di Komplek Ratu Boko yang berjarak 36 Km dari Bukit Stumbu tenggara Borobudur. Di lembah Stumbu inilah arsy Saba tersebut dipindahkan sebagai kini dikisahkan RAKYAT (34:19) sebuah Candi BOKO dan Borobudur. Mereka kerjakan untuknya apa yang ia kehendaki dari gedung-gedung yang tinggi dan Patung-patung dan Piring-piring seperti kolam dan kuali-kuali yang tetap (34:13).
6. ayat tentang SABA QS 34:16 ’dan sesuatu yang disebut Sidrin Qolil ’ masih ditemukan bukti sedikit itu pada Gerbang Ratu Boko dan Serpihan Stupa Candi Borobudur.
7. ayat 34:16 ’…dengan dua kebun yang mempunyai rasa buah pahit’ bisa ditemukan Pulau Jawa. Makna buah Maja yang Pahit seperti ini lagi-lagi tidak ditemukan di Negeri Yaman, bagi teori yang menyebut lokasi sejarah SABA.

8. peristiwa besar yang disebut dalam QS 34:16 tentang adanya BANJIR yang merubah peta dataran Asia dengan adanya Palung Sunda. Maka kami menjadikan mereka buah mulut dan kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya.
9. QS 34:19. Menurut FB, peristiwa banjir dahsyat tersaebut menyebabkan wilayah SABA hancur menjadi berpulau-pulau, belum pernah dalam sejarah kehancuran suatu negeri hingga menjadi lebih 17.000 pulau seperti Nusantara ini.
10. adanya catatan pembatasan pada perjalanan QS 34:18. Jarak perjalanan dimaksud sebatas kekuatan terbang ideal seekor Burung (Hud Hud) sepanjang 36 Km.
11. Angka 36 (km) menurut FB merupakan bukti kesebelas keberadaan Saba di Jawa Tengah, merupakan jarak antara Komplek Ratu Boko sekarang dengan lokasi Candi Borobudur di Magelang.
12. adanya surat Nabi Sulaiman (27:28) yang dibawa burung Hud Hud kepada Ratu Balkis, menurut FB tiada lain dicampakkan kaki-kaki burung tersebut di pelataran istana Boko yang disebutnya sebagai Sidril Qolil, kata ini dua kali ditemui di dalam Al-Qur’an.

Burung “HUD” direlief Candi Borobudur (Sleman)
13. adanya taabut peti wasiat. Menurut FB dalam ekspedisi diatas dari bunyi QS 27:29-30 ’Berkata Ratu Balqis: “Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan sungguh (isi)nya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.’ Inilah beberapa pembuktian kisah Nabi Sulaiman yang sampai kepada pemahaman bahwa Negeri Saba benar-benar terhubung kepada bangunan arsy di Jawa.
APA TUJUAN NABI SULAIMAN DI NUSANTARA
Misi Nabi Sulaiman di tanah negeri Nusantara ini menyampaikan lintasan asmaul husna “GHANIYUN KARIIM” artinya “KAYA KEAJAIBAN”. Dalam Alqur’an disebutkan bahwa “KA’BAH” adalah “SUMBER ILMU”, artinya kalau ingin mengetahui rahasia sejarah geologis bumi secara pasti, maka kata-kuncinya adalah istilah ka’bah.

Setelah kita cari istilah ka’bah dalam Alqur’an ternyata implementasi kalimatnya adalah tentang perintah wudhu dimana bagian terakhir yang disucikan adalah bagian kaki sampai dengan “KA’BAINA” yaitu “DUA MATA KAKI”, maka “ka’bah” berarti “mata kaki” atau “PUSAT PUTAR”, hal ini memberikan informasi kepada kita bahwa Makkah adalah “KUTUB UTARA PURBA” sebelum “ARCTIC”, sebingkah daratan sebelum terbentuknya benua2 dalam Alqur’an disebut “BAKKAH”, menurut Encyclopedia Americana disebut “PANGAEA” (pulau purba yang kini dicari-cari ahli didunia).

Peta Kuno yang menyebutkan Nusantara sebagai KUTUB SELATAN Bumi
Ka’bah juga bisa disebut “SEUMPAMA MATA”, seolah ini perintah dari Allah SWT. agar kita memperhatikan mata kita, titik hitam di tengah mata seolah menggambarkan ka’bah, lingkaran yang mengelilingi titik hitam seolah menggambarkan orang berthawab dan lobang kelenjar air mata seolah menggambarkan “SUMUR ZAM ZAM”, sebuah mata air purba yang tak pernah kering.
Kemudian perhatikan kepala kita, tarik garis lurus dari mata ke samping kanan atau kiri, maka bertemulah “DUA TELINGA”, klik search google earth, tarik garis lurus dari Ka’bah, maka akan bertemu dengan “BOROBUDUR”, inilah Negeri Nusantara yang dulunya satu benua, dalam Alqur’an disebut “NEGERI SABA”. Kata saba berasal dari bahasa Jawi Kuno “SOBO” artinya “TEMPAT PERTEMUAN”, maka Negeri Saba adalah “SATU BENUA” tempat bertemunya bangsa2 atau “PUSAT PERADABAN”.
Negeri Nusantara disimbulkan dengan “TELINGA” seolah ingin memberikan informasi bahwa suatu saat kelak akan hadir di negeri ini suatu generasi yang dengan tekun dan sabar suka mendengar perkataan baik.

Cobalah teliti desain telinga, didalamnya ada struktur bangunan berbentuk “RUMAH SIPUT”, simbul pergerakan “GALAXY DAN ALAM SEMESTA”. Rumah Siput ini berfungsi sebagai kendang telinga, didalam rumah siput ini ada “AIR” yang volumenya stabil tidak boleh kurang tidak boleh lebih, fungsi air ini berhubungan dengan saraf keseimbangan tubuh agar tubuh manusia dapat tegak berdiri dengan stabil, struktur Rumah Siput ini secara proyektif juga ada pada “KA’BAH”, gambarlah ka’bah kemudian masukkan siput dengan meletakkan kepalanya pada sumur zam zam, maka jadilah gambar hamba Allah sedang bersujud.

Informasi ini seolah ingin menunjukkan kepada kita bahwa deposit air di Nusantara ini cukup tersedia dan tugas kita adalah menjaga stabilitas sumber air melalui pelestarian hutan2 tropis negeri ini sebagai “PARU-PARU DUNIA”.
Sebagai bukti, cobalah lakukan pemindaian melalui satelit atas Negeri Nusantara ini, maka ternyata dibawah laut perairan Nusantara ini terdapat banyak sungai-sungai purba yang sampai saat ini masih aktif, hal ini menunjukkan bahwa dulunya “PERAIRAN DANGKALAN SUNDA” adalah daratan luas yang bersatu dengan daratan Asia, sedang kepulauan nusantara saat ini adalah gunung2 raksasa yang terhindar dari “BANJIR BESAR”, banjir di Negeri Saba ini dalam Alqur’an disebut “SAILAL ‘ARIM”.

Prasasti menceritakan Ratu Siba yang menyembah matahari sesuai berita Al-Qur’an
Benar, diskursus ini perlu dipandu dengan bukti-bukti sahih, valid, autentik, terukur juga nalar wahyu..itulah pentingnya beragama agar manusia sudi berjalan di muka bumi mempelajari kisah dan kejadian demi memperteguh keimanan kepadaNYA.. Wa Allahu a’lam.

No comments: