Kisah Imam Al-Jazuli yang Jasadnya Utuh Berkat Shalawat

Kisah Imam Al-Jazuli yang Jasadnya Utuh Berkat Shalawat
Makam Imam Al-Jazuli (pengarang Kitab Shalawat Dalail Khairat) setelah dipindahkan ke Kota Marrakesh, Maroko. Foto/Ist
Kita patut bersyukur kepada Allah karena menjadikan kita bagian dari umat Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم. Berkat beliau, kita mengenal iman dan Islam. Hendaknya kita memperbanyak shalawat kepada Nabi sebagaimana perintah Allah dan Rasul-Nya.

Keutamaan bershalawat tidak diragukan lagi mengingat banyaknya faedah yang diperoleh orang-orang yang mengamalkannya. Salah satunya kisah seorang imam yang jasadnya utuh berkat menghidupkan shalawat.

Dikutip dari Buku "Manusia Langit" karya Habib Novel bin Muhammad Alaydrus, dikisahkan seorang syekh yang juga Muallif (pengarang) Kitab Dalail Al-Khairat Syekh Al-Imam Al-Jazuli yang jasadnya utuh meski sudah terkubur selama tiga tahun.
Syekh Al-Jazuli (807-870 H) bernama lengkap Abu Abdillah Muhammad bin Sulaiman Al-Jazuly Al-Samlaly. Beliau seorang wali besar pada zamannya. Suatu hari beliau mengadakan pejalanan, sehingga berada di tengah padang yang tandus.

Saat itu beliau hendak berwudhu untuk melaksanakan ibadah. Akan tetapi tidak ada setetes air yang keluar dari sumur yang biasa diambil airnya untuk minum dan wudhu oleh para penggembala kambing di gurun pasir tersebut.

Qadarullah, beliau menemukan sebuah sumur, tetapi beliau bingung bagaimana cara mengambil air sumur itu karena tidak ada gayung. Di saat bersamaan, ada seorang perempuan shaleha (menurut riwayat beliau adalah Rabiah Al-'Adawiyah) yang terkenal dengan akan ajaran sufinya) melihatnya dari bukit yang tinggi. Perempuan itu pun menyapanya: "Wahai Fulan, siapakah engkau? "Aku Al-Jazuli…" jawab beliau.

Perempuan itu berkata: "Engkau adalah seorang yang sangat terkenal dan dipuji di kalangan orang-orang saleh, kenapa harus bingung tidak ada air?" 

Perempuan itu kemudian membacakan sholawat atas Nabi di depan sumur itu, lalu air dari dalam sumur itu pun naik hingga melimpah. Melihat itu, Imam Al-Jazuli pun sangat bersyukur dan akhirnya dapat berwudhu. 

Selesai berwudhu, Imam Al-Jazuli bertanya kepadanya: "Wahai hamba Allah yang Solehah. Apa yang menyebabkan engkau mendapat karomah (anugerah luar biasa) sehebat itu?" 

Perempuan itu menjawab: "Setiap hari dan malam, lisanku tidak pernah berhenti membaca sholawat kepada baginda Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم penuh cinta dan rinduku kepadanya". 

Mendengar jawaban itu, kemudian Imam Al-Jazuli kembali pulang dan bersumpah pada dirinya untuk tidak melanjutkan perjalanannya. Beliau pulang dan menyepi di kamar khususnya selama hampir 15 tahun untuk mengarang sebuah kitab tentang shalawat kepada Nabi. 

Setelah kitab itu selesai ditulisnya beliau beri nama Dalailul Khairat. Kemudian kitab itu diajarkannya kepada murid-muridnya. Setelah kitab itu diajarkannya, Imam Al-Jazuli pun berpulang ke rahmat Allah 16 Rabiul Awal 870 H pada usia 63 tahun. Beliau dimakamkan di pinggir sungai. 

Ketika terjadi banjir besar, orang-orang desa di sekitar makam beliau merasa khawatir. Akhirnya mereka bermusyawarah untuk memindahkan jasad yang ada di dalam makam itu untuk dipindah ke belakang Masjid Desa Jazulah Maghribi (Maroko). 

Setelah dibongkar, masyarakat desa takjub luar biasa karena semerbak harum nan wangi tercium dari makam itu. Masya Allah, ketakjuban mereka bertambah ketika menemukan jasad tersebut masih utuh laykanya orang yang baru meninggal dunia. Padahal Imam Al-Jazuli sudah dimakamkan sejak 3 tahun lalu.

Siapa Imam Al-Jazuli?
Imam Al-Jazuli memilik nasab yang tersambung hingga kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم dari jalur Sayyidina Hasan radhiyallahu 'anhu. Yaitu Sayyid Abu Abdillah Muhammad bin Sulaiman bin Abdurrohman bin Abu Bakar bin Sulaiman bin Ya'la bin Yakhluf bin Musa bin 'Ali bin Yusuf bin Isa bin Abdulloh bin Jundur bin Abdurrohman bin Muhammad bin Ahmad bin Hasan bin Isma’il bin Ja'far bin Abdulloh bin Hasan bin Hasan bin Ali bin Abu Tholib (suami Sayyidah Fathimah Azzahra).

Beliau dilahirkan di Jazulah yaitu sebuah kabilah di pantai negeri Maghrib (Maroko) Afrika. Beliau belajar di Kota Fas (Fes), tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat dengan Mesir. Jarak antara Fas dan Mesir sekitar 4.064 km. 

Di Kota Fas, beliau belajar hingga menguasai berbagai ilmu sehingga namanya tersohor. Kemudian beliau mengarang Kitab "Dalail Al-Khairat" sebagai wujud kecintaannya kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم.

Imam Abu Abdillah Al-Qashar (wafat 1012 H) pernah berkata: Syekh Imam Al-Jazuli berada dalam cinta yang sangat mendalam kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Sehingga dikatakan padanya: "Kelebihanmu atas umat semasamu, itu karena engkau banyak bershalawat kepada kekasihku, Muhammad صلى الله عليه وسلم."

Wallahu A'lam
(rhs) Rusman H Siregar

No comments: