Sejarah Nuzulul Quran, Periode Pertama: Ayat-Ayat Bimbingan kepada Nabi Muhammad SAW
Sejarah nuzulul Quran atau turunnya Al-Qur'an terbagi dalam 2 periode. Menurut para ulama 'Ulum Al-Qur'an, periode pertama adalah periode sebelum hijrah . Kedua, periode sesudah hijrah.
Qurash Shihab dalam bukunya berjudul "Membumikan Al-Qur'an" mengatakan pembagian demikian untuk lebih menjelaskan tujuan-tujuan pokok Al-Qur'an .
Ayat-ayat yang turun pada periode pertama dinamai ayat-ayat Makkiyyah , dan ayat-ayat yang turun pada periode kedua dinamai ayat-ayat Madaniyyah.
Hanya saja, Quraish Shihab membagi sejarah turunnya Al-Qur'an dalam tiga periode. Meski pada hakikatnya periode pertama dan kedua dalam pembagian tersebut adalah kumpulan dari ayat-ayat Makkiyah, dan periode ketiga adalah ayat-ayat Madaniyyah.
Pada awal turunnya wahyu pertama (iqra'), Muhammad SAW belum dilantik menjadi Rasul. Dengan wahyu pertama itu, beliau baru merupakan seorang nabi yang tidak ditugaskan untuk menyampaikan apa yang diterima.
Baru setelah turun wahyu kedua beliau ditugaskan untuk menyampaikan wahyu-wahyu yang diterimanya, dengan adanya firman Allah: "Wahai yang berselimut, bangkit dan berilah peringatan" ( QS 74 :1-2).
Kemudian, setelah itu, kandungan wahyu Ilahi berkisar dalam tiga hal. Pertama, pendidikan bagi Rasulullah SAW, dalam membentuk kepribadiannya.
Perhatikan firman-Nya: "Wahai orang yang berselimut, bangunlah dan sampaikanlah. Dan Tuhanmu agungkanlah. Bersihkanlah pakaianmu. Tinggalkanlah kotoran (syirik). Janganlah memberikan sesuatu dengan mengharap menerima lebih banyak darinya, dan sabarlah engkau melaksanakan perintah-perintah Tuhanmu" ( QS 74 :1-7).
Dalam wahyu ketiga terdapat pula bimbingan untuknya: "Wahai orang yang berselimut, bangkitlah, salatlah di malam hari kecuali sedikit darinya, yaitu separuh malam, kuranq sedikit dari itu atau lebih, dan bacalah Al-Quran dengan tartil" ( QS 73 :1-4).
Perintah ini disebabkan karena Sesungguhnya kami akan menurunkan kepadamu wahyu yang sangat berat ( QS 73 :5).
Menurut Quraish ada lagi ayat-ayat lain, umpamanya: "Berilah peringatan kepada keluargamu yang terdekat. Rendahkanlah dirimu, janganlah bersifat sombong kepada orang-orang yang beriman yang mengikutimu. Apabila mereka (keluargamu) enggan mengikutimu, katakanlah: aku berlepas dari apa yang kalian kerjakan" ( QS 26 :214-216).
Demikian ayat-ayat yang merupakan bimbingan bagi beliau demi suksesnya dakwah.
Kedua, pengetahuan-pengetahuan dasar mengenai sifat dan af'al Allah, misalnya surah Al-A'la (surah ketujuh yang diturunkan) atau surah Al-Ikhlash, yang menurut hadis Rasulullah "sebanding dengan sepertiga Al-Qur'an", karena yang mengetahuinya dengan sebenarnya akan mengetahui pula persoalan-persoalan tauhid dan tanzih (penyucian) Allah SWT.
Ketiga, keterangan mengenai dasar-dasar akhlak Islamiyah, serta bantahan-bantahan secara umum mengenai pandangan hidup masyarakat jahiliah ketika itu.
Ini dapat dibaca, misalnya, dalam surah Al-Takatsur, satu surah yang mengecam mereka yang menumpuk-numpuk harta; dan surah Al-Ma'un yang menerangkan kewajiban terhadap fakir miskin dan anak yatim serta pandangan agama mengenai hidup bergotong-royong.
Menurut Quraish, periode ini berlangsung sekitar 4-5 tahun dan telah menimbulkan bermacam-macam reaksi di kalangan masyarakat Arab ketika itu.
Reaksi-reaksi tersebut nyata dalam tiga hal pokok: pertama, segolongan kecil dari mereka menerima dengan baik ajaran-ajaran Al-Qur'an.
Kedua, sebagian besar dari masyarakat tersebut menolak ajaran Al-Qur'an, karena kebodohan mereka ( QS 21 :24), keteguhan mereka mempertahankan adat istiadat dan tradisi nenek moyang ( QS 43 :22), dan atau ketiga, karena adanya maksud-maksud tertentu dari satu golongan seperti yang digambarkan oleh Abu Sufyan: "Kalau sekiranya Bani Hasyim memperoleh kemuliaan nubuwwah, kemuliaan apa lagi yang tinggal untuk kami."
(mhy)
Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment