3 Aspek dalam Al-Quran yang Jadi Bukti Kebenaran Nabi Muhammad SAW

3 Aspek dalam Al-Quran yang Jadi Bukti Kebenaran Nabi Muhammad SAW
Paling tidak ada tiga aspek dalam Al-Quran yang dapat menjadi bukti kebenaran Nabi Muhammad SAW.Ilustrasi: SINDOnews
Muhammad Quraish Shihab mengatakan paling tidak ada tiga aspek dalam Al-Quran yang dapat menjadi bukti kebenaran Nabi Muhammad SAW , sekaligus menjadi bukti bahwa seluruh informasi atau petunjuk yang disampaikannya adalah benar bersumber dari Allah SWT.

Ketiga aspek yang dimaksud adalah: Pertama, aspek keindahan dan ketelitian redaksi-redaksinya. Kedua adalah pemberitaan-pemberitaan gaibnya. Ketiga, isyarat-isyarat ilmiahnya.

Ini kali kita membahas aspek pertama, yaitu aspek keindahan dan ketelitian redaksi-redaksinya.

Menurut Quraish, tidak mudah untuk menguraikan hal ini, khususnya bagi kita yang tidak memahami dan memiliki "rasa bahasa" Arab --karena keindahan diperoleh melalui "perasaan", bukan melalui nalar.

"Namun demikian, ada satu atau dua hal menyangkut redaksi Al-Quran yang dapat membantu pemahaman aspek pertama ini," ujarnya dalam buku berjudul "Membumikan Al-Quran" (Mizan, 1996)

Seperti diketahui, seringkali Al-Quran "turun" secara spontan, guna menjawab pertanyaan atau mengomentari peristiwa. Misalnya pertanyaan orang Yahudi tentang hakikat roh.

Pertanyaan ini dijawab secara langsung, dan tentunya spontanitas tersebut tidak memberi peluang untuk berpikir dan menyusun jawaban dengan redaksi yang indah apalagi teliti.

"Namun demikian, setelah Al-Quran rampung diturunkan dan kemudian dilakukan analisis serta perhitungan tentang redaksi-redaksinya, ditemukanlah hal-hal yang sangat menakjubkan," ujar Quraish.

Ditemukan adanya keseimbangan yang sangat serasi antara kata-kata yang digunakannya, seperti keserasian jumlah dua kata yang bertolak belakang.

Abdurrazaq Nawfal, dalam Al-Ijaz Al-Adabiy li Al-Qur'an Al-Karim yang terdiri dari tiga jilid, mengemukakan sekian banyak contoh tentang keseimbangan tersebut, yang dapat kita simpulkan secara sangat singkat sebagai berikut.

1. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya. Beberapa contoh, di antaranya:

- Al-hayah (hidup) dan al-mawt (mati), masing-masing sebanyak 145 kali;

- Al-naf' (manfaat) dan al-madharrah (mudarat), masing-masing sebanyak 50 kali;

- Al-har (panas) dan al-bard (dingin), masing-masing 4 kali;
Al-shalihat (kebajikan) dan al-sayyi'at (keburukan), masing-masing 167 kali;

- Al-Thumaninah (kelapangan/ketenangan) dan al-dhiq (kesempitan/kekesalan), masing-masing 13 kali;
- Al-rahbah (cemas/takut) dan al-raghbah (harap/ingin), masing-masing 8 kali;

- Al-kufr (kekufuran) dan al-iman (iman) dalam bentuk definite, masing-masing 17 kali;
Kufr (kekufuran) dan iman (iman) dalam bentuk indifinite, masing-masing 8 kali;

- Al-shayf (musim panas) dan al-syita' (musim dingin), masing-masing 1 kali.

2. Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonimnya/makna yang dikandungnya.

- Al-harts dan al-zira'ah (membajak/bertani), masing-masing 14 kali;

- Al-'ushb dan al-dhurur (membanggakan diri/angkuh), masing-masing 27 kali;

- Al-dhallun dan al-mawta (orang sesat/mati [jiwanya]), masing-masing 17 kali;

- Al-Qur'an, al-wahyu dan Al-Islam (Al-Quran, wahyu dan Islam), masing-masing 70 kali;

- Al-aql dan al-nur (akal dan cahaya), masing-masing 49 kali;
Al-jahr dan al-'alaniyah (nyata), masing-masing 16 kali.

3. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang menunjuk kepada akibatnya.

- Al-infaq (infak) dengan al-ridha (kerelaan), masing-masing 73 kali;

- Al-bukhl (kekikiran) dengan al-hasarah (penyesalan), masing-masing 12 kali;

- Al-kafirun (orang-orang kafir) dengan al-nar/al-ahraq (neraka/ pembakaran), masing-masing 154 kali;

- Al-zakah (zakat/penyucian) dengan al-barakat (kebajikan yang banyak), masing-masing 32 kali;

- Al-fahisyah (kekejian) dengan al-ghadhb (murka), masing-masing 26 kali.

4. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya.

- Al-israf (pemborosan) dengan al-sur'ah (ketergesa-gesaan), masing-masing 23 kali;

- Al-maw'izhah (nasihat/petuah) dengan al-lisan (lidah), masing-masing 25 kali;

- Al-asra (tawanan) dengan al-harb (perang), masing-masing 6 kali;

- Al-salam (kedamaian) dengan al-thayyibat (kebajikan), masing-masing 60 kali.

5. Di samping keseimbangan-keseimbangan tersebut, ditemukan juga keseimbangan khusus.

(1). Kata yawm (hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali, sebanyak hari-hari dalam setahun. Sedangkan kata hari yang menunjuk kepada bentuk plural (ayyam) atau dua (yawmayni), jumlah keseluruhannya hanya tiga puluh, sama dengan jumlah hari dalam sebulan. Disisi lain, kata yang berarti "bulan" (syahr) hanya terdapat dua belas kali, sama dengan jumlah bulan dalam setahun.

(2). Al-Quran menjelaskan bahwa langit ada "tujuh." Penjelasan ini diulanginya sebanyak tujuh kali pula, yakni dalam ayat-ayat Al-Baqarah 29, Al-Isra' 44, Al-Mu'minun 86, Fushshilat 12, Al-Thalaq 12, Al-Mulk 3, dan Nuh 15. Selain itu, penjelasannya tentang terciptanya langit dan bumi dalam enam hari dinyatakan pula dalam tujuh ayat.

(3). Kata-kata yang menunjuk kepada utusan Tuhan, baik rasul (rasul), atau nabiyy (nabi), atau basyir (pembawa berita gembira), atau nadzir (pemberi peringatan), keseluruhannya berjumlah 518 kali. Jumlah ini seimbang dengan jumlah penyebutan nama-nama nabi, rasul dan pembawa berita tersebut, yakni 518 kali.

Demikianlah sebagian dari hasil penelitian yang kita rangkum dan kelompokkan ke dalam bentuk seperti terlihat di atas.

(mhy)
Miftah H. Yusufpati

No comments: