Nasihat Umar bin Khattab dalam Menghormati Kaum Wanita
Umar bin Khattab adalah sahabat sahabat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang dijuluki Al-Faruq, yakni orang yang dapat membedakan kebenaran dari kebatilan, serta berjuang dalam menegakkan kebenaran dan memberantas kebatilan itu.
Dengan perangainya yang keras dan tegas, terutama dalam medan jihad, Umar bin Khattab pun dijuluki 'singa padang pasir', begitu disegani dan ditakuti oleh musuh-musuhnya. Namun bagaimanapun keras tabiatnya, Umar merupakan pribadi yang lemah lembut terhadap istri dan kaum wanita.
Sang Amirul Mukminin itu pernah berkata, “Pada masa jahiliyah, wanita itu tak ada harganya bagi kami. Sampai akhirnya Islam datang dan menyatakan bahwa wanita itu sederajat dengan laki-laki.”
Kaum wanita sangat penting dalam Islam. Ia diposisikan begitu mulia, karena generasi gemilang akan lahir dari rahimnya. Sebagai penghormatan kepada kaum Hawa, Umar bin Khattab selalu mengingatkan, wanita harus selalu dilindungi dari berbagai hal yang tidak baik, termasuk fitnah akan dirinya.
Dalam kitab 'Fathul Qadir' dikisahkan, Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata,
اسْتَعِيْنُوْا عَلَى النِّسَاءِ بِالْعُرَى إِنَّ إِحْدَاهُنَّ إِذَا كَثُرَتْ ثِيَابُهَا وَحَسُنَتْ زِيْنَتُهَا أَعْجَبُهَا الْخُرُوْجُ
“Bimbinglah para wanita dalam berpakaian. Sesungguhnya salah seorang dari mereka apabila telah memiliki banyak pakaian dan perhiasan yang bagus, maka akan membuat ia senang keluar rumah.”
Nasihat Umar bin Khattab ini, karena ia sangat mengerti bagaimana fitnah wanita merupakan perkara dahsyat yang menimpa kaum laki-laki sebagaimana hal ini telah dikabarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ
“Tidak ada fitnah yang aku tinggalkan setelahku yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada fitnah wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sebagaimana penuturan Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, di antara godaan (fitnah) besar wanita yaitu dalam hal berpakaian, busana, dan tampilan diri yang memesona bagi laki-laki asing yang bukan mahramnya. Penampilan yang jauh dari kriteria busana syar’i , seperti memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh, terbuka aurat yang seharusnya tertutup, memakai wewangian saat keluar rumah, dan sebagainya yang intinya membuat kaum pria tertarik padanya.
Kaum wanita terkadang tak menyadari bahwa mereka bisa memfitnah laki-laki dengan keindahan busana yang dikenakan meskipun ia berbusana syar’i karena setan terlalu lihai dalam menggoda anak Adam. Maka Islam memperbolehkan perempuan keluar rumah selagi ada kebutuhan dengan berbakaian syar’i dan bukan pakaian untuk mempercantik diri sehingga tidak menjadi godaan laki-laki.
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ ،فَإِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ
“Wanita adalah aurat, jika ia keluar maka setan akan mengiringinya.” (HR. At-Tirmidzi)
Sebagai muslimah, hendaklah meniatkan hatinya untuk berpenampilan bersahaja ketika keluar rumah. Tidak berlebih-lebihan dalam mengenakan pakaian, apalagi perhiasan yang kadang membuat orang lain tertarik. Tidak berbangga dengan pakaiannya serta sederhana sehingga terlihat tawadhu. Hindari wewangian saat keluar rumah. Karena perkara ini sangat mengundang petaka.
Dari riwayat Yahya bin Ja’dah,ia berkata:
“Di masa pemerintahan ‘Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, ada seorang perempuan yang keluar rumah dengan memakai wewangian. Di tengah jalan ‘Umar radhiyallahu ‘anhu mencium bau harum dari perempuan tersebut, maka ‘Umar pun memukulnya dengan tongkat. Setelah itu beliau radhiyallahu ‘anhu berkata, “Kalian para perempuan keluar rumah dengan memakai wewangian sehingga para laki-laki mencium bau harum kalian?! Sesungguhnya hati laki-laki itu ditentukan oleh bau yang dicium oleh hidungnya. Keluarlah dari rumah dengan tidak memakai wewangian.” (HR. Abdurrazaq dalam al-Mushannaf)
Demikianlah sikap Umar bin Khattab radhiyallahu'anhu dalam menjaga kaum wanita ini. Semoga Allah Ta'ala senantiasa menjaga kaum wanita dari fitnah tersebut.
Wallahu A'lam
(wid)
Widaningsih
No comments:
Post a Comment