Perang Fahl: Kisah Tentara Romawi Menciptakan Banjir Lumpur untuk Menahan Pasukan Islam
Pertempuran Fahl juga dikenal sebagai Pertempuran Rawa-Rawa dan Pertempuran Beisan. Ini adalah pertempuran besar dalam penaklukan Byzantium oleh Muslim . Perang ini, menurut Ibnu Ishaq, al-Waqidi, dan Sa'id bin Abdul Aziz al-Tanukhi terjadi di Suriah pada tanggal 13 Zulkaidah Hijriah (634 Desember atau Januari 635 M).
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul " Umar bin Khattab " menceritakan pada saat itu panglima perang Muslim, Abu Ubaidah bin Jarrah merasa lega atas kemenangannya di Damsyik. Sebagian perwiranya sudah dipacu oleh semangat kemenangan. Mereka mengusulkan untuk melanjutkan perjalanan dari Damsyik ke Hims.
"Soalnya, selama pengepungan Damsyik, Heraklius tinggal di kota ini. Setelah dilihatnya angkatan bersenjatanya tak mampu mencapai ibu kota Syam itu untuk memberikan perlindungan, Heraklius menyingkir dari Hims ke Antakiah," tulisnya.
Jika sekiranya Abu Ubaidah pergi ke Hims dan membebaskannya, niscaya Heraklius akan menyingkir dari Antakiah ke Anatolia atau ke Konstantinopel. Kalau ini yang dilakukannya semangat pasukan Romawi di seluruh Syam akan hancur. Mereka akan angkat tangan, tidak akan mengadakan perlawanan dan tidak akan bertempur.
Hanya saja, Abu Ubaidah menolak saran itu. Pasalnya, Khalifah Umar bin Khattab melarang ia maju mendahului sisa pasukan Romawi yang ada di belakangnya. Ini akan menjadi ancaman jika ia mundur atau akan memotong barisan belakangnya.
Pasukan Romawi yang selamat dari Pertempuran Yaimuk masih bertahan di Fahl sebelah selatan danau at-Tabariah (Tiberias), kemudian Heraklius menopangnya dengan angkatan bersenjata baru.
Rasa takut angkatan bersenjata ini belum hilang akibat kekalahan yang mereka alami di Yarmuk ketika Abul-A'war as-Sulami berangkat dengan pasukannya hendak menghadapi mereka.
Mereka lalu melepaskan air danau dan sungai ke daratan sekitar sehingga terjadi banjir lumpur. Cara ini memuat pasukan Muslimin tak dapat maju. Tetapi pasukan Romawi sendiri juga tak dapat maju, sehingga tak ada gunanya bala bantuan Heraklius kepada mereka.
Selama musim dingin dan selama pengepungan kota Damsyik tanah itu tetap berlumpur, dan pihak Romawi pun terkepung di balik lumpur di Lembah Baisan (Scythopolis).
Sesudah Damsyik menyerah dan datang musim panas, tanah pun sudah mulai kering, Abu Ubaidah menyerahkan Damsyik ke tangan Yazid bin Abi Sufyan dengan kekuatan pasukan berkuda Yaman yang dipimpinnya.
Menuju Fihl
Dia sendiri bersama Khalid bin Walid dan angkatan bersenjatanya melangkah maju ke Fihl dan Lembah Baisan. Tanah yang sudah mulai kering itu memungkinkan pasukannya menghadapi pertempuran lagi.
Pada saat itu Khalifah Abu Bakar sudah menyerahkan Yordania ke tangan Syurahbil bin Hasanah, Hims kepada Abu Ubaidah, Balqa' kepada Yazid bin Abi Sufyan dan Arabat kepada Amr bin al-As.
Komando di lapangan kepada pihak yang mengalami pertempuran di bawah pimpinannya. Perintah ini oleh Khalifah Umar tidak diubah. Dengan demikian komando pasukan Muslimin yang berada di Fihl tetap di tangan Syurahbil, dan yang sebagian masih tinggal di sana sebelum Damsyik dikepung di bawah Abul-A'war as-Sulami, dan yang datang sesudah pengepungan Damsyik di bawah Abu Ubaidah.
Syurahbil mengirim Abul-A'war dengan brigadenya ke Tabariah (Tiberias) untuk mengadakan pengepungan. Khalid bin Walid memimpin barisan depan, Abu Ubaidah dan Amr bin al-As masing-masing di sayap kanan dan kiri sementara Dirar bin al-Azwar memimpin pasukan berkuda.
Angkatan bersenjata ini berangkat semua menyeberangi Sungai Yarmuk di Umm Qais di dekat sebuah muara di Yordania, yang selanjutnya menyeberangi Lembah Gor, kemudian bermarkas di Fihl, berhadap-hadapan dengan pasukan Romawi di Baisan.
Tatkala sudah tak dapat melampaui tanah berlumpur para komandan itu berunding. Mereka melaporkan kepada Khalifah Umar mengenai keadaan itu dan menunggu jawabannya.
Bahan makanan yang tinggal sedikit tidak membuat mereka cepat-cepat berpindah tempat. Tanah subur yang mereka peroleh lebih baik daripada yang diperoleh pasukan Romawi, karena dengan kesuburan yang ada di sekitar mereka memungkinkan mereka membuat bahan-bahan makanan dan kehidupan mereka lebih makmur.
Pasukan Romawi yang berada di depannya terdiri atas 80.000 orang dengan nafsu besar ingin menghancurkan pihak yang telah mengalahkan angkatan bersenjata mereka di Yarmuk dulu dan kemudian merebut Damsyik.
Tatkala pasukan Muslimin bertahan di Fihl Siqlar bin Mikhraq, komandan angkatan bersenjata yang besar di bawah Fleraklius, memutuskan untuk menyergap pasukan muslim duluan sebelum mereka diserang. Untuk itu pasukan perintisnya ditugaskan mencarikan tempat untuk angkatan bersenjatanya di tanah sekitarnya.
Setelah malam tiba, mereka bergerak. Mereka mengira pasukan Muslimin tidak dalam keadaan siap tempur. Dengan demikian, begitu mendapat serangan pertama barisan Muslimin akan kacau balau. Perhitungan mereka meleset. Pasukan Muslimin sepenuhnya waspada terhadap kemungkinan munculnya pasukan Romawi.
Malam mau tidur dan bangun tidur Syurahbil selalu siap siaga. Sergapan Siqlar dan pasukannya itu disambut dengan gempuran yang luar biasa hebatnya.
Pihak Romawi pun nekat mati-matian bertempur. Pertempuran ini berlangsung semalam suntuk dan bersambung ke hari berikutnya sampai malamnya lagi.
Peranan Khalid bin Walid dan Dirar bin Azwar waktu itu mengingatkan pasukan Muslimin pada peperangan dan pertempuran-pertempuran sebelumnya.
Sesudah gelap malam pasukan Romawi tampak kepayahan, barisannya centang perenang. Mereka berlarian dalam kebingungan setelah melihat apa yang telah menimpa Siqlar dan para perwiranya.
Kekalahan dan kebingungan mereka itu mengantarkan mereka ke dalam lumpur. Mereka tak dapat berjalan lagi. Pasukan Muslimin terus mengejar mereka. Semula dikira sengaja mereka demikian, tetapi ternyata mereka memang dalam kekacauan dan kebingungan, tak dapat melangkah maju atau mundur, juga tak dapat melarikan diri. Pasukan Muslimin menggempur mereka dengan panah, sehingga mereka tersungkur, berjatuhan ke dalam lumpur dan tidak sedikit dari mereka yang terbunuh.
Dari 80.000 pasukan itu tak ada yang lolos kecuali sisa-sisa yang terpencar-pencar. Kemenangan yang diperoleh pasukan Muslimin sangat meyakinkan dan cukup memuaskan. Rampasan perang yang mereka peroleh juga tidak sedikit, yang kemudian dibagi-bagikan di antara mereka.
Mereka merasa puas bahwa Allah telah memberi kemenangan. Abu Ubaidah menulis laporan kepada Amirulmukminin di Madinah memberitahukan mengenai kemenangan itu, dan bahwa dia bersama Khalid bin Walid sudah akan berangkat ke Hims.
Dengan pertolongan Allah itu iman pasukan Muslimin makin kuat ketika mereka melihat bagaimana Allah menentukan sesuatu yang pada mulanya tidak mereka sukai. Mereka tidak senang melihat tanah yang berlumpur karena itu merintangi mereka untuk berhadapan dengan musuh. Apa yang tidak mereka senangi ternyata menolong mereka dan membuat musuh yang terkepung akhirnya hancur berantakan. Bukankah ini merupakan tanda kebesaran Allah dan suatu bukti bahwa Allah pasti menolong mereka dan mereka akan menggantikan kekuasaan Romawi dan Persia.
(mhy)
Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment