Muhammad Al-Dheif: Legenda Perlawanan dan “Kucing 9 Nyawa”

 

“Israel” gagal memburu Mohamad Al-Deif selama 26 tahun sejak 1995,  keberadaanya menjadi legenda, hingga media Barat menjulukinya “Kucing 9 Nyawa”

MOHAMMAD Al-Dheif, komandan militer tertinggi Brigade Izzuddin al-Qassam, sayap militer kelompok Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), paling dicari, dalam beberapa bulan terakhir telah menjadi ikon “penyelamat” nasional bangsa Palestina.

Para jenderal, pengamat militer dan politisi Israel melihat keberadaan Al-Dheif telah menjadi simbol dan legenda, setelah ia selamat dari beberapa upaya pembunuhan pihak Zionis Isral, tulis Al-Jazeera.

Baru-baru ini, sebuah diskusi di sebuah media berbasa Ibradi mengenai perang di Jalur Gaza membahas peran penting yang dimainkan Muhammad al-Dheif, panglima Brigade Izz al-Din al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas). ), dan mengenai isu tawanan Israel yang masih ditahan pejuang perlawanan Palestina di Jalur Gaza.

Elior Levy, koresponden urusan Palestina dan Arab untuk Channel KAN 11 Israel percaya bahwa campur tangan Al-Dheif di Hamas “sangat dalam”, bahkan dia ikut campur dalam masalah-masalah yang sangat rumit, termasuk urusan roket.

Dia mengatakan bahwa cacat fisiknya, tidak berarti dia cacat mental, ujarnya dikutip Al Jazeera.

Sementara itu, Jenderal Tamir Hayman, mantan Direktur Pelaksana Institut Studi Keamanan Nasional (INSS) mengatakan Al-Dheif “memiliki kemampuan kognitif, dan dia telah menjadi simbol dan legenda setelah selamat dari beberapa upaya pembunuhan.

“Menyebut namanya saja sudah memotivasi para petempur, “ katanya mengacu pada pejuang Palestina.

Mohammed Dheif Mohammed Diab Ibrahim Al-Masry atau Abu Khaled, yang lebih popular dipanggil Mohammed Al-Dheif (lahir 1965), adalah seorang komandan militer Palestina dan Panglima Brigade Izzuddin al-Qassam, sayap militer Hamas.

Sementara Ohid Himo, koresponden urusan Palestina di Channel 12 Israel, mengklaim bahwa pemimpin gerakan Hamas telah tinggal di ruangan gelap selama bertahun-tahun, dan informasi penjajah Zionis menegaskan bahwa dia menderita kelumpuhan di sisi kiri tubuhnya dan kehilangan penglihatan (salah satu mata) setelah menjadi sasaran upaya pembunuhan intelijen Israel.

Umumnya hari-hari ini bahasan dalam diskusi yang diselenggarakan stasiun TV Israel membahas kontroversi seputar tawanan ‘Israel’ yang masih ditahan kelompok pejuang Palestina, dan ketidakmampuan kepemimpinan militer dan politik penjajah mencapai tujuan yang dinyatakan dalam kampanye perangnya di Gaza.

Channel 14 Israel, misalnya, mengutip Doron Matza, pakar konflik Arab-Israel, yang mengatakan bahwa jika Israel puas hanya dengan mencapai tujuan memulangkan tawanan saja, maka negara penjajah itu akan kalah dalam pertempuran.

“Israel dijamin akan menanggung konsekuensi strategis yang besar di masa mendatang dan bertahun-tahun, “ katanya.

“9 Nyawa”

Muhammad Dheif telah menjadi nama yang diadopsi oleh para tahanan Palestina yang sedang ditawan di penjara-penjara Israel, serta oleh semua orang Palestina di wilayah Yerusalem Timur (Baitul Maqdis), Tepi Barat, dan Jalur Gaza.

Para pengunjuk rasa Palestina di banyak tempat di wilayah Palestina yang sedang dijajah ‘Israel’ selalu meneriakkan slogan-slogan; “Kami adalah anak buah Muhammad Dheif” selama aksi demonstrasi melawan ‘Israel’.

Al-Dheif, dikabarkan telah kehilangan istri dan putranya pada perang tahun 2014, setelah Angkatan Udara ‘Israel’ berusaha melenyapkannya di sebuah apartemen di sebuah gedung di lingkungan Sheikh Radwan di Gaza.

Menurut laporan tentara penjajah, aksi pengeboman ini sebuah upaya untuk melenyapkannya para pemimpin Hamas di Jalur Gaza; termasuk Yahya Sinwar, selama putaran terakhir pertempuran, namun upaya tersebut gagal total.

Mohammed Dheif, telah diburu Zionis ‘Israel’ selama bertahun-tahun, namun saat ini masih tetap hidup dan dikabarkan sangat aktif memimpin skenario pertempuran. Ini berdasarkan rekaman video yang baru-baru ini diperoleh Pasukan Penjajah Israel (IDF).

Zionis bahkan telah lama menawarkan hadiah sebesar 100.000 USD (lebih dari Rp1,5 miliar) bagi siapa saja yang memberikan informasi tentang keberadaannya.

Penjajah juga pernah menawarkan 400.000 USD atas informasi yang mengarah pada keberadan pemimpin operasional Hamas di Gaza, Yahya Sinwar, dan 300.000 USD untuk informasi tentang keberadaan saudara Yahya Sinwar, Mahmoud.

Fakta bahwa Dheif masih hidup dan dalam kondisi relatif baik sepenuhnya bertentangan dengan penilaian intelijen Israel beberapa tahun terakhir, yang mengira Al-Dheif memerlukan perawatan penuh, dan menggunakan kursi roda, karena derita fisiknya.

Deif diburu ‘Israel’ selama 26 tahun terakhir sejak 1995 dalam lima kali operasi serangan ditujukan. Namun semua serangan itu gagal, menjadikan dia semakin melegenda.

Kantor Berita AFP dikutip South China Morning Post menyebut reputasi itu menjadikan Deif dijuluki “Kucing 9 Nyawa” atau the cat with nine lives.

Dalam sebuah video baru-baru ini, yang diambil saat operasi pengumpulan intelijen di Jalur Gaza, Dheif terlihat berjalan dengan kedua kakinya sendiri, meski sedikit pincang.

Gonen Ben-Yitzhak, mantan staf di Badan Keamanan Dalam Negeri Israel,  Shin Bet mengatakan, Al-Dheif tidak lebih dari sebuah alat dalam gerakan organisasi Hamas. “Bahkan setelah likuidasi padanya, seseorang tetap akan datang untuk menggantikan posisinya,” kata dia di sebuah Channel KAN TV.

Dalam sebuah wawancara dengan majalah Newsweek, Yossi Kuperwasser, mantan Kepala Departemen Penelitian Korps Intelijen IDF mengatakan Mohammed Dheif lebih merupakan simbol dibandingkan siapa pun.

Kuperwasser membandingkan Al-Dhaif dengan komandan Pasukan Quds Iran, Qassem Soleimani, komandan militer Hizbullah, Imad Mughniyeh, dan arsitek serangan 11 September, Khalid Sheikh Mohammed dari Al-Qaeda.

“Meskipun kami tidak berusaha mewujudkannya, hal itu telah menjadi legenda,” katanya, menambahkan bagi banyak warga Zionis, keberadaan Al-Dheif bak Osama bin Laden, orang yang paling mudah dikenali dalam peristiwa 11 September 2001.

Khaled Al-Haroub, seorang profesor di Universitas Northwestern di Qatar yang telah menerbitkan buku-buku tentang gerakan Hamas kepada Newsweek mengatakan status mati syahid bagi para pejuang Palestina adalah sesuatu yang paling dicari. Karena itu, melenyapkanya bukan sesuatu yang merisaukan.

“Jatuhnya Al-Dheif mungkin memiliki dampak jangka pendek terhadap kemampuan militer Hamas, dan mencapai status syahid bagi seseorang yang sangat dihormati oleh para pendukungnya, pada saat yang sama, sebenarnya dapat meningkatkan status, kemampuan, dan prestise bagi Hamas,” katanya. Bahkan “Al-Dheif bisa menjadi Che Guevara Palestina, “ tambah dia.*

No comments: