Konspirasi Yahudi: Kisah Rusia Kalah dalam Perang Dunia I dan Revolusi Bolshevik

 Konspirasi Yahudi: Kisah Rusia Kalah dalam Perang Dunia I dan Revolusi Bolshevik

Konspirasi Yahudi Internasional melahirkan salah satunya revolusi Bolshevik di Rusia. Ilustrasi: The Collector
Perang Dunia I adalah sebuah perang global terpusat di Eropa yang dimulai pada tanggal 28 Juli 1914 sampai 11 November 1918. Dalam Perang Dunia I ini, Rusia berperang melawan Jerman . Sedangkan Revolusi Bolshevik dilakukan oleh pihak komunis Rusia di bawah pimpinan Vladimir Lenin. Ini adalah revolusi perubahan pemerintahan kedua di Rusia pada tahun 1917.

Kedua peristiwa besar ini di bawah kendali Konspirasi Yahudi Internasional . William G. Carr dalam bukunya berjudul "Yahudi Menggenggam Dunia" (Pustaka Kautsar, 1993) menceritakan berkat propaganda gerakan komunis atheis, Bolshevik dan Manshevik, patriotisme bangsa Rusia menurun di kalangan rakyat dan angkatan bersenjata.

"Demikian pula kaki-tangan Konspirasi masih menempati posisi penting pada pos-pos perhubungan, logistik dan transportasi sejak Rusia perang melawan Jepang ," tulis William.

Kekalahan Rusia dari Jepang dijadikan bahan propaganda kelompok revolusioner untuk menyebarkan sikap ragu dan cemas di dalam negeri. Kekacauan makin memuncak, dan keruntuhan makin dekat, ibarat lumpur yang bertambah becek.

Grigori Yefimovich Rasputin (869–1916), shohib Czar Nicholas II, ternyata adalah pengkhianat. Kelak dia diketahui sebagai seorang agen rahasia Jerman.

Tak diragukan lagi, bahwa di belakang Rasputin ada kekuatan Konspirasi internasional yang telah mengatur semua itu. Apalagi markas operasi Rasputin berada di dekat istana Czar, sehingga lebih mudah ia mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dari kalangan istana.

Sedangkan Lenin dan Martov beserta para tokoh Komunis lainnya pada saat itu masih berada di Swiss untuk menikmati kehidupan mewah di negara netral, dan jauh dari kebisingan perang yang sedang berkecamuk di negerinya, sambil menunggu instruksi khusus.
Trotsky saat itu masih berada di New York untuk merekrut kelompok teroris Yahudi profesional, yang kemudian dikirim ke Rusia.

Setelah saat yang tepat tiba, mereka akan mengadakan perang jalanan di kota-kota besar Rusia. Akhirnya kerusuhan pun tidak bisa dihindarkan sejak awal tahun 1917, yaitu sejak kelompok bawah tanah Yahudi menghentikan supply kebutuhan pokok ke ibukota San Petersburg.

Bahaya kelaparan mulai dirasakan penduduk. Sementara itu, para tokoh revolusi yang mayoritas terdiri dari orang Yahudi terus menghasut massa agar melakukan kerusakan dan perampokan di mana-mana.

Mereka membagi-bagikan uang kepada para perusuh disertai dengan pengarahan yang disampaikan oleh kekuatan terselubung itu. Maka lautan demonstran memenuhi jalan-jalan besar.

Pihak pemerintah telah mengambil pelajaran dari pemberontakan Januari 1905, sehingga untuk menembakkan sebutir peluru pun mereka harus berpikir panjang dalam situasi seperti itu.

Hal itu bukan berarti, bahwa demonstrasi terus berjalan tertib. Para tokoh di balik layar telah mengatur taktik untuk memancing kekerasan. Mulailah terdengar suara tembakan senjata api yang diarahkan kepada para demonstran dari tempat tersembunyi yang telah diatur.

Tembakan itu seolah datang dari pasukan pemerintah. Tumbal berjatuhan dan ratusan lainnya menderita luka-luka. Kekacauan berkembang menjadi kekerasan dan kebrutalan. Apalagi setelah para demonstran dengan berapi-api berhasil membongkar penjara, dan melepaskan narapidana yang segera menyebar ke mana-mana dengan membakar gedung-gedung dan mengadakan perampokan di jalan-jalan.

Saat itu Czar sedang keluar untuk mengunjungi pasukan Rusia di medan tempur. Majelis Duma menyampaikan kepada Czar tentang perkembangan situasi terakhir yang sangat berbahaya, agar Czar segera mengambil langkah-langkah drastis yang perlu untuk mengatasinya.

Akan tetapi, berita yang disampaikan melalui telegram itu berhasil disita oleh kaki-tangan Konspirasi yang bercokol di The Grand Eastern Lodge, sehingga berita itu tidak sampai kepada Czar.

Peran Freemasonry bukan hanya sampai di situ. Banyak peran penting lainnya yang sangat berbahaya. Di satu sisi, Freemasonry mengawasi dan mengatur gerakan dan jaringan terselubung.

Di sisi lain, Freemasonry memberikan dana besar-besaran kepada kaki-tangan yang menyelusup ke dalam instansi pemerintah, angkatan bersenjata, kalangan buruh dan berbagai perkumpulan.

Ditambah lagi, Konspirasi Yahudi melakukan sejumlah operasi rahasia untuk menggoyahkan pasukan Rusia di medan tempur. Contoh operasi terselubung seperti itu adalah sebuah instruksi palsu yang diberikan oleh seorang komandan kaki-tangan Konspirasi kepada pasukannya untuk mengadakan serbuan terhadap musuh.

Pada saat yang sama, pasukan pelindung yang di garis belakang mendapat instruksi untuk segera mundur. Akibatnya, pasukan Rusia ketika itu mendapat pukulan hebat dengan korban jiwa dan sejumlah lainnya menjadi tawanan musuh.

Lebih parah lagi, di sana terjadi pembangkangan dan desersi dalam barisan angkatan bersenjata, karena tidak puas terhadap komandan yang mengecewakan bawahannya itu.

The Grand Eastern Lodge juga memakai taktik suap-menyuap kepada para perwira tinggi dan menengah, untuk merebut simpati pasukan pengawal kerajaan di San Petersburg.

Di samping itu, taktik propaganda atheisme dan teori Marxisme juga dipakai, sehingga pada saat menjelang pecahnya revolusi pada tanggal 12 Maret 1917 terjadi desersi atau pembelotan besar-besaran dalam pasukan pengawal kerajaan di San Petersburg, sampai terjadi baku hantam antara mereka sendiri.

Menyusul kemudian, terjadinya suatu peristiwa di luar dugaan, yaitu dua barak militer menyerahkan diri dan bergabung kepada pemberontak revolusioner. Maka jatuhlah ibukota San Petersburg ke tangan mereka. Kemudian diumumkan berakhirnya sistem kerajaan Czar Rusia oleh pihak pemberontak revolusioner.

Seusai revolusi, secara umum kekuasaan belum jatuh ke tangan Komunis atau Bolshevik, seperti yang diduga. Bahkan sebuah komite telah berdiri dengan jumlah anggota sebanyak 12 orang dari majelis Duma, untuk membentuk pemerintahan sementara di bawah pimpinan Krinsky, segera setelah terjadi Revolusi Merah itu.

Sementara itu, kelompok Manshevik juga membentuk Majelis Sovyet atau juga disebut Majelis Buruh, untuk mengambil kendali pemerintahan San Petersburg, sampai Lenin membubarkannya pada tanggal 19 Oktober 1917.

Pada saat revolusi meletus, Lenin masih berada di Swiss. Kemudian para sesepuh Yahudi Internasional mengatur perjalanannya kembali ke Rusia, setelah terlebih dulu mengatur pertemuan antara Lenin dan pemerintah Jerman.

Dalam pertemuan itu disepakati, bahwa pemerintah Jerman akan membantu kepulangan Lenin dan pembubaran pemerintahan sementara. Pemerintahan itu telah bertekad untuk meneruskan perang, dengan imbalan Lenin kelak akan menarik pasukan Rusia dari medan tempur.

Lenin, Martov dan para tokoh Komunis Yahudi kembali ke Rusia dengan menumpang kereta khusus yang disediakan oleh pemerintah kerajaan Jerman, setelah sebelumnya pemerintahan sementara mengumumkan amnesti umum bagi semua tahanan politik, dan memberi izin kepada semua pelarian untuk kembali ke Rusia.

Peristiwa yang terjadi kemudian menunjukkan, bahwa pemerintah sementara tidak melakukan kesalahan besar dengan menandatangani keputusan ini, yang pada hakikatnya merupakan penyerahan kekuasaan kepada pihak Bolshevik.

Rusia dibanjiri lebih dari 90.000 anggota revolusioner dan kelompok teroris yang kembali ke Rusia. Trotsky juga memanfaatkan keputusan amnesti pemerintah itu, untuk kembali ke Rusia beserta orang-orang Yahudi yang telah ia rekrut dan dilatih di New York. Sebagian besar dari mereka kemudian bergabung dengan partai Bolshevik, yang makin besar dan ganas.

Tidak lama kemudian Lenin dan Trotsky mulai menyerang pemerintahan sementara. Setelah itu, terjadilah peristiwa demi peristiwa, yang akhirnya Lenin dan para pendukungnya berhasil menumbangkan pemerintahan sementara di bawah Krinsky.

Kemudian ia membentuk pemerintahan baru, berdasarkan Komunisme. Sejak itulah berawal pemerintahan diktatorisme Lenin di Rusia. Para tokoh yang tidak sependapat dengan Lenin mendapat perlakuan keji dari Lenin.

Mereka ini pada umumnya adalah pihak yang lebih berjasa dalam perjuangan untuk melahirkan revolusi Komunis itu, termasuk di dalamnya kelompok Trotsky dan kelompok Yahudinya.

Akan tetapi, pemerintahan atheis baru menganggap adanya bahaya yang datang dari pihak yang sebelumnya merupakan pendukungnya yang lebih gigih. Nasib yang mereka terima kebanyakan berakhir di atas tiang gantungan, atau dibuang ke Siberia atau dipenjarakan.

Nasib para tokoh Yahudi pada masa berikutnya, yaitu pada masa pemerintahan Stalin juga tidak jauh berbeda. Sebagian digantung atau dibuang ke Siberia, dan sebagian lagi dipenjarakan, seperti nasib Trotsky sendiri, Zenoviev, Kaminiev, Martinov, Yarfos, Kslarud, Martov dan tokoh Yahudi lainnya.

Dengan kata lain, nasib buruk yang mereka terima justru datang dari seorang yang paling setia kepada ideologi yang mereka anut, Stalin.
(mhy)
Miftah H. Yusufpati

No comments: