Konspirasi Yahudi Internasional: Kisah Nathan Rothschild Mengancam Presiden Jackson
Tatkala pemilik modal Yahudi sukses mengontrol pencetakan mata uang Amerika mengakhiri satu tahap kegiatan Konspirasi di Amerika. William G. Carr dalam bukunya berjudul "Yahudi Menggenggam Dunia" (Pustaka Kautsar, 1993) menyebut langkah berikutnya yang ditempuh oleh para pemilik modal internasional adalah bagaimana menguasai perekonomian Amerika.
"Tahap ini dimulai dengan gerakan manuver amat meluas, yang dilakukan oleh kelompok Rothschild dengan mengeluarkan instruksi kepada agen-agen mereka di Amerika, agar mereka menggalakkan propaganda besar-besaran mengenai kemakmuran dan kesejahteraan bagi prospek bangsa Amerika," tulis William G. Carr.
Instruksi itu juga ditujukan kepada para direktur Bank Amerika untuk memberikan pinjaman lunak, agar bangsa Amerika tergiur untuk memanfaatkan tawaran itu. Tidak ayal lagi, bangsa Amerika segera memanfaatkan pinjaman itu untuk membiayai proyek-proyek baru yang tumbuh seperti jamur di musim hujan.
Setelah perkembangan mencapai titik tertentu, kelompok Rothschild mengeluarkan instruksi rahasia, agar tawaran pinjaman itu segera dihentikan, dan agar jumlah uang yang beredar di pasaran dibatasi. "Tentu saja ini menyebabkan krisis ekonomi yang parah, dan mengakibatkan lumpuhnya perekonomian Amerika," ujar William.
Peristiwa ini bukan tidak mendapat tantangan dari rakyat Amerika. Tiga tokoh Amerika, yaitu John Adams, Thomas Jefferson dan Andrew Jackson, yang kelak menjadi presiden Amerika merupakan tokoh-tokoh terkemuka yang mempermasalahkan krisis ekonomi tadi.
Berikut ini adalah beberapa kalimat yang ditulis oleh Jefferson kepada Adams:
"Saya yakin sepenuhnya, bahwa lembaga-lembaga keuangan ini lebih berbahaya bagi kemerdekaan kita dari pada serbuan pasukan musuh. Lembaga keuangan itu juga telah melahirkan sekelompok aristokrat kaya yang kekuatannya mengancam pemerintah. Menurut hemat saya, kita wajib meninjau mencetak mata uang bagi lembaga keuangan ini, dan mengembalikan wewenang itu kepada rakyat Amerika sebagai pihak yang paling berhak."
Kritik terbuka seperti itu membuat para pemilik modal menjadi berang, dan mengingatkan kepada mereka tentang masa suram yang akan segera datang, berkenaan dengan masa perpanjangan wewenang Bank Amerika pada tahun 1811, apabila hal itu dibatalkan.
Nathan Rothschild kemudian segera mengambil sikap dengan mengancam presiden Amerika secara pribadi, yang ketika itu dipegang oleh Andrew Jackson, yang isinya sebagai berikut:
"Hanya ada dua pilihan, yaitu memperpanjang wewenang atau menolak. Dan ketika itu Anda akan melihat Amerika Serikat terperosok ke dalam kancah peperangan yang dahsyat."
William G. Carr mengatakan kekuatan Konspirasi telah lama menggunakan taktik busuk dengan meniupkan api perang untuk menghancurkan para pemimpin dan kepala negara yang menentang para pemilik modal yang menghadang perjalanan Konspirasi.
Akan tetapi Presiden Jackson tidak memperdulikan gerakan tersebut bahkan berganti menentang utusan itu. Kemudian utusan itu kembali dengan jawaban:
"Anda sekalian tidak lain adalah kawanan perampok dan ular. Kami akan menghancurkan kalian, dan bersumpah akan menghancurkan kalian."
Rupanya para pemilik modal benar-benar akan melaksanakan ancaman mereka. Tidak lama kemudian mereka mendesak pemerintah Inggris dengan menekan lewat Bank Inggris untuk menyerbu Amerika pada tahun 1812.
Tujuan Nathan Rothschild yang paling utama adalah menguras kas pemerintah Amerika, akibat biaya perang yang dibutuhkan, sehingga tidak ada jalan lain kecuali mencari dana dari pinjaman luar negeri.
Sedang tumbal manusia dan kehancuran akibat perang bukanlah harus dipikul oleh Nathan Rothschild.
Program ini benar-benar terlaksana, dan akhirnya kongres mengesahkan perpanjangan wewenang Bank Amerika itu tahun 1816.
(mhy)
Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment