Abu Bakar Ash-Shiddiq Wafat karena Diracun Orang Yahudi?
Ada cerita yang beredar bahwa wafatnya Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq akibat diracun orang-orang Yahudi . Mereka memasukkan racun ke dalam makanan yang dimakan bersama-sama dengan Attab bin Asid. Haris bin Kalidah juga ikut makan beberapa suap lalu berhenti. Pengaruh racun itu sangat lambat, dapat membunuh orang setahun kemudian setelah memakannya.
Itu sebabnya di Makkah , Attab yang juga makan bersama Abu Bakar meninggal pada hari yang sama dengan Abu Bakar yang meninggal di Madinah .
"Tetapi cerita ini tidak didukung oleh sumber yang layak dipercaya. Dan yang lebih tak masuk di akal, selama dalam kekhalifahannya itu antara Abu Bakar dengan orang-orang Yahudi tak pernah timbul konflik, dan sejak masa Rasulullah orang-orang Yahudi sudah dikeluarkan dari Madinah," tulis Muhammad Husain Haekal dalam bukunya yang diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah berjudul "Abu Bakr As-Siddiq" (Pustaka Litera AntarNusa, 1987).
Mengenai sakit dan wafatnya Abu Bakar, menurut putrinya Aisyah ra , bahwa Abu Bakar sakit dimulai ketika pada hari yang sangat ingin ia mandi. Lalu selama lima belas hari ia merasa demam, tidak keluar rumah untuk melaksanakan salat. Ia meminta Umar bin Khattab mengimami salat.
Tetapi selama dua minggu dalam sakit sampai wafatnya itu pikiran Abu Bakar selalu tertumpu pada nasib kaum Muslimin, selalu membuat perhitungan dengan dirinya, apa yang telah dilakukannya sejak ia memegang pimpinan umat.
Sejak sakitnya itu kuat sekali perasaannya bahwa ajalnya sudah dekat, dan dia akan bertemu Tuhan. Menghadapi itu ia merasa gembira, merasa puas, karena saat itu ia sudah mencapai usia ketika Rasulullah berpulang ke rahmatullah, dan dia merasa sudah melaksanakan kewajibannya kepada Allah.
Suatu hari pernah ada orang berkata kepadanya: "Mengapa tidak meminta pertolongan dokter?!" Ia menjawab: "Dia sudah melihatku." "Lalu apa katanya kepadamu?" Dijawab: "Aku boleh berbuat sesuka hatiku."
Hal ini menandakan bahwa dia telah menyerahkan segala persoalan kepada Allah, dan apa yang sudah menjadi kehendak Allah dia sudah merasa bahagia, dan yang sangat didambakannya sekiranya Allah menempatkannya di sisi-Nya.
(mhy)
Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment