Jejak Gerakan Freemason di Indonesia, Tercium tapi Tak Banyak Dibahas

 Jejak Gerakan Freemason di Indonesia, Tercium tapi Tak Banyak Dibahas

Upacara persemian pengurus baru Tarekat Mason Indonesia pada tanggal 7 April 1955 lahirlah (Dok Theo Stevens)
Jejak gerakan Freemason di Indonesia tercium banyak orang, bahkan sejak masa penjajahan Belanda . Sayangnya, para sejarawan melewatkan gerakan Yahudi ini. Sedikit yang menulis secara mendalam tentang sejarah Freemason di Indonesia. Namun, sebelum masuk lebih dalam ke sana, mari kita mengenal dahulu apa itu Freemasonry.

Freemasonry adalah sebuah organisasi persaudaraan Yahudi internasional paling rahasia yang pernah dikenal umat manusia. Freemasonry menjalankan agenda rahasia dan tersembunyi yang tidak diketahui masyarakat umum.

Herry Nurdi dalam bukunya berjudul "Jejak Freemasonry & Zionis di Indonesia" (Cakrawala Publishing, . 2005) menyebut Freemasonry merupakan istilah bahasa Inggris, terdiri dari dua kata yaitu Free yang artinya bebas, dan masonry yang artinya membangun. Freemasonry dalam Bahasa Belanda disebut Vrijmetselarij yang mengandung artian sama Vri yaitu bebas, dan metselarij berarti membangun.

"Dalam bahasa Arab istilah ini disebut Masuniyah, Masunik dalam bahasa Urdu, dan France Masonrie dalam Bahasa Perancis," tuturnya.

Menurut Efantino Febriana dalam bukunya berjudl "Kartini Mati Dibunuh: Membongkar Hubungan Kartini dengan Freemason" (Navila Idea,, 2010), secara keseluruhan Freemasonry diartikan sebagai Kelompok Merdeka yang sedang membangun.

Kaisar Templar

Efantino mengatakan asal-usul Freemasonry berawal pada masa perang salib. Pada masa itu terdapat sekelompok rahasia yang menamakan dirinya sebagai Ksatria Templar.
"Kelompok ini merupakan kelompok rahasia 873 yang berusaha menjaga Yerusalem dari tangan umat Islam," tulisnya.

Pada 874 mulanya Templar hanya terdiri dari Sembilan anggota, namun kemudian jumlah anggota tersebut terus berkembang. Mereka menggunakan bekas reruntuhan yang disebut Kuil Sulaiman sebagai basis pertahanan.

Dr. Th. Stevens dalam buku yang diterjemahkan Pericles Katoppo berjudul "Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764 - 1962" mengatakan nama Freemasonry secara resmi digunakan sejak 1717 di London melalui penggabungan empat loji menjadi satu loji agung yang dikenal dengan Grand Lodge of England.

Gerakan tersebut telah menyebar ke seluruh dunia dengan membawa gagasannya. Mereka menghindari setiap rumusan ajaran agama, namun bekerja demi kemuliaan Juru Bangun Tertinggi Alam Semesta dengan kepribadian manusia sebagai asas dasar pengakuan nilai tertinggi.

Menggunakan lambang-lambang dan ritual rahasia didasarkan pada gagasan bahwa manusia sebagai batu bangunan ataupun sebagai pembangun. Mereka membangun rumah pemujaan yang disebut loge atau loji, serta mengadakan pertemuan yang bersifat religius, dan membahas mengenai filsafat, problem masyarakat dan ekonomi sosial.

Anggota Freemasonry melakukan aktivitasnya di dalam loji tersebut yaitu ritual menyembah simbol-simbol yang melambangkan cita-cita dan pikiran tertinggi manusia. Selain itu, aktivitas para anggota Freemasonry di dalam loji tersebut yaitu memanggil arwah-arwah atau jin dan setan. "Maka dari itu, di beberapa tempat loji juga sering disebut sebagai Rumah Setan, karena memang mereka menyembah roh-roh dan setan," ujar Herry Nurdi.

Mereka membangun rumah pemujaan yang disebut loge atau loji, serta mengadakan pertemuan yang bersifat religius, dan membahas mengenai filsafat, problem masyarakat dan ekonomi sosial.

Anggota Freemasonry melakukan aktivitasnya di dalam loji tersebut yaitu ritual menyembah simbol-simbol yang melambangkan cita-cita dan pikiran tertinggi manusia. Selain itu, aktivitas para anggota Freemasonry di dalam loji tersebut yaitu memanggil arwah-arwah atau jin dan setan. Maka dari itu, di beberapa tempat loji juga sering disebut sebagai Rumah Setan, karena memang mereka menyembah roh-roh dan setan.

Tujuan Freemasonry terbagi menjadi dua, yaitu yang bersifat umum atau terbuka dan yang bersifat tersembunyi atau rahasia. Tujuan terbuka digunakan sebagai pengecoh untuk memberi kesan kepada masyarakat bahkan para anggotanya, bahwa Fremasonry merupakan organisasi yang bersifat sosial dan bertujuan untuk mempersatukan dan memajukan kemanusiaan. Namun, di sisi lain terdapat tujuan rahasia yaitu untuk mendirikan pemerintahan Yahudi dan menghancurkan pemerintahan selain Yahudi.

Sejarah Freemasonry di Hindia-Belanda

Pengaruh Yahudi di Indonesia berawal dari kedatangan penjelajah dari Eropa yang kemudian menjajah di Nusantara. Pemikiran-pemikirannya dikembangkan dalam perkumpulan Freemasonry.

Menurut A.S. Carpentier Alting sejak sebelum tahun 1756 sudah banyak Mason Bebas (Vrijmetselarij) di Hindia Timur (Indonesia). Pada awal penjajahan Belanda hanya orang Eropa yang menjadi anggotanya.

Fase berikutnya mulailah orang pribumi direkrut untuk menjadi anggota terutama dari kaum ningrat.

Namun sejarah Freemasonry di Hindia-Belanda (Indonesia) dimulai sejak berdirinya Loji Freemason dengan nama Lodge La Choise, di Batavia pada tahun 1762. Orang yang pertama kali mendirikan Loji Freemasonry di Indonesia adalah seorang pegawai VOC bernama Jacobus Cornelis Matthieu Radermacher.

Gedung yang dulunya milik organisasi Freemasonry ini sekarang dijadikan sebagai gedung Museum Nasional Jakarta. Di Hindia-Belanda dahulu, Loge (dalam bahasa Belanda) atau Loji dalam bahasa Indonesia yang berarti rumah pertemuan kaum Freemason atau Vrijmetselari j (dalam bahasa Belanda), sering disebut sebagai “Rumah Setan”.

Pada masa-masa awal berdirinya, organisasi Freemasonry terpusat di Jawa. Namun seiring dengan usaha perluasan wilayah kolonialisasi Pemerintah Belanda ke wilayah yang berada di luar pulau Jawa, maka keberadaan organisasi ini juga meluas ke sebagian wilayah seperti Sumatera yakni di Medan.

Keberadaan organisasi ini di luar pulau Jawa mengikuti gerak kolonialisasi, karena banyak dari anggota Freemasonry pada masa itu juga menjabat sebagai pegawai kolonial dan tentara Belanda. Sehingga mereka juga mendirikan cabang organisasi ini di wilayah yang baru saja mereka duduki.

Kedok

Sepanjang perjalanan sejarahnya, organisasi Freemasonry selalu menggunakan berbagai kedok baik itu sebagai lembaga ilmu pengetahuan, lembaga amal, kelompok kebatinan, ataupun perkumpulan-perkumpulan resmi yang mengkampanyekan persamaan, kebebasan, dan persaudaraan umat manusia tanpa perbedaan apapun.

Organisasi Freemasonry selalu menciptakan organisasi baru dengan mengubah namanya sesuai dengan tempat di mana ia berada agar masyarakat tertarik untuk menjadi anggota organisasi ini. Namun pada hakikatnya, di dalam selubung yang tak kasat mata, Freemasonry juga merupakan sebuah aliran pemikiran yang menyebarkan paham materialisme dan humanisme sekuler, yang merupakan suatu filsafat keliru yang patut ditinjau ulang.

Seiring dengan perubahan keadaan sosial politik di dunia pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, organisasi Freemasonry mulai menciptakan bentuk-bentuk lain dari wujud aslinya. Seperti munculnya Gerakan Theosofi, Lions Club dan Rotary Club di Amerika yang di kemudian hari menyebar hingga ke Indonesia.

Munculnya varian-varian dari Freemasonry bertujuan untuk menciptakan citra positif pada masyarakat umum yang mulai menaruh curiga pada organisasi Freemasonry. Gerakan Theosofi Internasional didirikan oleh seorang wanita Rusia berdarah Yahudi bernama Helena Petrovna Blavatsky pada 7 September 1875 di New York.

Gerakan Theosofi adalah sebuah gerakan kebatinan Yahudi. Gerakan ini secara resmi berdiri di Semarang pada tahun 1901 dan diresmikan langsung oleh Presiden Theosofi Internasional pada saat itu yakni Kolonel Henry Steel Olcott pada tanggal 7 September 1901.

Gerakan ini mendapat sambutan yang hangat di Jawa karena adanya kesamaan pandangan dalam hal kebatinan.

Sedangkan Rotary Club masuk ke Hindia-Belanda pertama kali pada tahun 1927. Asas Rotary Club adalah humanisme dan menghamba pada humanisme, seperti umumnya organisasi Freemason lainnya.

Organisasi ini menyuarakan soal pengabdian kepada masyarakat dan mengedepankan aksi amal. Sebagai organisasi elit yang menjalankan misi kemanusiaan, Rotary Club sepenuhnya dikendalikan oleh Freemason, dan setidaknya harus ada dua orang Yahudi dalam kepengurusan.

Orang Yahudi ini berfungsi sebagai pengawas dan menjaga hubungan kontak dengan jaringan mereka di tingkat pusat. Pada tahun 1962, Presiden Soekarno sendirilah yang membubarkan Freemansonry karena dinilai tidak sesuai dengan kepribadian bangsa.

(mhy)
Miftah H. Yusufpati

No comments: