Guru Yahudi Ini Anggap Surga Umat Islam AnehPenjelasan Iyas bin Mu’awiyah
Ini adalah kisah Iyas bin Mu’awiyah al-Muzanni saat masih belia. Diriwayatkan bahwa, kala itu ia belajar ilmu hisab di sebuah sekolah yang diajar oleh seorang Yahudi ahli Dzimmah (orang non-muslim merdeka yang hidup dalam negara Islam).
Pada suatu hari berkumpullah kawan-kawannya dari kalangan Yahudi itu. Mereka asyik membicarakan masalah agama , tanpa menyadari bahwa Iyas turut mendengarkannya.
Guru Yahudi itu berkata kepada teman-teman Iyas, “Tidakkah kalian merasa heran kepada kaum Muslimin itu? Mereka berkata bahwa mereka akan makan di surga, namun tidak akan buang air besar?”
Mendengar itu, Iyas pun memotong pembicaraan tersebut. “Bolehkah aku ikut campur dalam perkara yang kalian bicarakan itu wahai guru?” ujar Iyas.
“Silahkan!” jawab sang guru mempersilakan.
“Apakah semua yang kita makan di dunia ini, akan keluar menjadi kotoran?” tanya Iyas kemudian.
“Tidak!” jawab guru.
“Lalu ke mana perginya yang tidak keluar itu?” tanya Iyas lagi.
“Tersalurkan sebagai makanan jasmani,” jawab sang guru.
“Kemudian dengan alasan apa kalian mengingkari? Jika makanan yang kita makan di dunia saja sebagian hilang diserap oleh tubuh, maka tidaklah mustahil di surga kelak seluruhnya diserap oleh tubuh dan akan menjadi makanan jasmani,” ujar Iyas kemudian.
Merasa kalah dengan argumen dari Iyas, guru itu memberikan isyarat dengan tangannya sambil berkata kepada Iyas, “Semoga Allah mematikanmu sebelum dewasa.”
Dr Abdurrahman Ra'fat Basya dalam bukunya berjudul "Mereka adalah Para Tabiin", menceritakan sejak kecil Iyas telah tampak bakat dan kecerdasan Putra al-Muzanni yang satu ini. Orang-orang sering membicarakan kehebatan dan beritanya kendati beliau masih kanak-kanak.
Setelah dewasa Iyas bin Mu’awiyah al-Muzanni menjadi hakim Bashrah yang diangkat oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Dia dikenal zuhud dan amat cerdas.
Iyas bin Mu’awiyah bin Qurrah al-Muzanni, lahir pada tahun 46 H di daerah Yamamah Najed. Kemudian beliau berpindah ke Bashrah beserta seluruh keluarganya. Di sanalah beliau tumbuh berkembang dan belajar.
Beliau sering mondar-mandir ke Damaskus saat masih belia, tentunya untuk menimba ilmu dari sisa-sisa sahabat yang mulia dan tokoh-tokoh tabi’in yang agung.
(mhy)
Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment