Proses Israel Kuasai Palestina dan Kisah Inggris Membagi-bagi Tanah Amiriyah kepada Yahudi
Di bawah imperialisme Inggris atas Palestina pada tahun 1917 – 1948, orang Yahudi berhasil menguasai sebagian tanah Palestina. Tanah amiriyah milik penguasa Daulah Utsmaniyah diambil-alih Inggris lalu dihibahkan kepada orang-orang Yahudi.
Dr Muhsin Muhammad Shaleh dalam bukunya berjudul "Ardhu Filistin wa Sya’buha" yang diterjemahkan Warsito, Lc menjadi "Tanah Palestina dan Rakyatnya" menyebut Pemerintah imperialis Inggris telah memberikan tanah amiriyah secara cuma-cuma kepada Yahudi seluas 500 ribu donam (1 donam sama dengan 1000 m2).
Pada masa Herbert Samuel, utusan pertama pemerintah imperialis Inggris atas Palestina (1920 – 1925) dia seorang Yahudi Zionis, dia berikan 175 ribu donam kepada Yahudi dari tanah negara paling subur yang ada di daerah dataran rendah antara Haifa dan Qisariya.
Menurut Muhsin Muhammad Shaleh hibah dalam jumlah besar berkali-kali dia berikan kepada Yahudi dari tanah yang ada di daerah-daerah dataran rendah lain seperti di Nagev dan pantai Laut Mati.
Di sana juga ada tanah sangat luas milik beberapa keluarga tuan tanah, terutama pada tahun 1869 ketika Daulah Utsmaniyah terpaksa menjual tanah amiriyah untuk mencukupi kebutuhan dana anggarannya.
"Maka dibelilah tanah-tanah ini oleh keluarga-keluarga kaya dari Lebanon," ujar Muhsin Muhammad Shaleh. "Dan itu adalah sisi lain dari penderitaan dan tragedi Palestina," lanjutnya.
Ada keluarga tertentu yang menjual 625 donam kepada Yahudi, keluarga Sarsaq Lebanon menjual lebih 200 donam. Dan tindakan ini mengakibatkan terlantarnya 2746 keluarga Palestina yang menempati 22 desa Palestina, yang telah menggarap tanah ini selama ratusan tahun.
Tragedi ini terus berulang manakala keluarga tuan tanah Lebanon yang lain menjual 125 ribu donam yang ada di sekitar Danau Haula di utara Palestina.
Kemudian dua keluarga Lebanon lainnya menjual tanah Wadi Hawarits seluas 32 ribu donam yang mengakibatkan terlantarnya 15 ribu orang Palestina.
Keluarga-keluarga yang banyak menjual tanah ke Yahudi pada masa pemerintahan imperialis Inggris, menurut Muhsin Muhammad Shaleh, adalah keluarga Ali Salam, Ali Tiyan, Ali Qibani, Ali Yusuf, Shibagh, Tuwaini, Jazairli, Shum’a, Qutili dan Mardini yang kesemuanya adalah keluarga Lebanon atau Suriah.
Jumlah tanah pertanian yang dijual para tuan tanah yang ada di luar dan tidak bisa datang ke Palestina selama tahun 1920 – 1936 mencapai 55,5% dari total tanah pertanian yang didapatkan Yahudi.
Menurut Muhsin Muhammad Shaleh, meski yang bertanggung jawab atas penjualan tanah ini semua adalah anak-anak keluarga tersebut namun cela dan penyesalan tidak mesti ditimpakan kepada mereka saja.
Itu dikarenakan pemerintah imperialis Inggris kala itu melarang mereka masuk datang ke Palestina untuk mengembangkan tanah pertanian mereka, dengan asalan mereka adalah orang asing.
Itu terjadi setelah pemisahan Palestina dari Suriah dan Lebanon berdasarkan perjanjian Sykes Picot antara imperialis Inggris dengan Perancis kala itu.
Lewat Jual Beli
Adapun tanah yang dikuasai orang-orang Yahudi lewat penjualan yang dilakukan orang Arab Palestina selama penjajah Inggris jumlahnya tidak lebih dari 260 ribu donam.
Menurut Muhsin Muhammad Shaleh, orang-orang Yahudi bisa mendapatkan tanah-tanah ini dikarenakan kondisi sangat berat dan susah yang sengaja diterapkan oleh penjajah Inggris terhadap para petani Palestina.
Ditambah lagi akibat cara-cara pencabutan hak kepemilikan Arab yang digunakan penjajah Inggris bagi kepentingan Yahudi sesuai dengan pasal-pasal dokumen pemerintah mandataris Inggris di Palestina dan yang mengatur hak ini pada utusan Smith.
Kasus penjualan terjadi juga karena akibat kelemahan beberapa orang Palestina yang tergelincir dalam godaan materi. Dan bukanlah hal yang aneh bahwa di setiap tempat dan masa dan di Negara manapun baik Arab maupun non Arab, ada kelompok-kelompok kecil yang lemah menghadapi godaan.
Muhsin Muhammad Shaleh mengatakan namun yang jelas mereka itu adalah kelompok terbuang dan diperangi secara global dari rakyat Palestina.
"Dan banyak dari mereka yang mengalami pemboikotan, pembersihan dan pembunuhan terutama pada masa-masa terjadi revolusi besar Arab yang mencakup seluruh Palestina selama tahun 1936 – 1939," tambah Muhsin Muhammad Shaleh.
Dengan demikian, jumlah tanah yang ada di tangan Yahudi dari orang Palestina sampai tahun 1948 tidak lebih 1% dari total tanah Palestina, selama 70 tahun dari awal koloni permukiman dan migrasi terorganisir Yahudi ke Palestina dan di bawah kondisi keras yang dialami orang Palestina.
Menurut Muhsin Muhammad Shaleh, ini saja pada hakikatnya telah menunjukkan sejauh mana penderitaan yang dialami Yahudi dalam rangka mengokohkan proyek mereka dan menyukseskannya di Palestina, juga menunjukkan sejauh mana tekad orang-orang Palestina memegang teguh tanah mereka.
(mhy)
Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment