Mengapa Ibnu Katsir Memasukkan Kisah-Kisah Israiliyyat dalam Tafsirnya
Ibnu Katsir mengatakan penggunaan catatan sejarah Israiliyyat didasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Abdullah bin Amru, yang mengatakan: "Kirimkan satu ayat dari saya, meskipun hanya satu, dan katakan apapun tentang anak-anak. Israel tanpa batasan apa pun, dan siapa yang berbohong atas nama saya dengan sengaja untuk mendapatkan tempat di neraka".
A Umar Syam Manggabarani dalam Tesisnya berjudul "Israiliyyat dalam Kisah Nabi Yusuf as Perspektif Ibnu Katsir" mengomentari hal itu mengatakan terlihat bahwa Ibnu Katsir mengikutsertakan riwayat Israiliyyat dalam kitab tafsirnya berdasarkan hadis yang diyakini.
Namun demikian, kata Umar Syam, Ibnu Katsir tidak sekadar memasukkan riwayat-riwayat tersebut tanpa seleksi terlebih dahulu. Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir melakukan penilaian kritis terhadap sebagian besar riwayat Israiliyyat yang ada.
Hal ini menunjukkan bahwa ia tidak mengambil riwayat-riwayat tersebut begitu saja, tetapi melakukan evaluasi terhadap kebenaran dan kesesuaiannya dengan ajaran Islam.
Ibnu Katsir juga memberikan komentar dan kritik terhadap banyak riwayat Israiliyyat yang ia sertakan dalam tafsirnya. Dengan demikian, ia tidak hanya mengemukakan riwayat-riwayat tersebut secara mentah-mentah, tetapi juga memberikan pemahaman dan penilaian yang berdasarkan pengetahuannya sebagai seorang ulama tafsir.
Selain itu, terdapat beberapa riwayat Israiliyyat dalam tafsir Ibnu Katsir yang tidak ia benarkan atau bahkan dianggap sebagai dusta. Dalam hal ini, ia mengambil sikap tawaquf, yaitu menahan diri dari memberikan penilaian atau keputusan definitif tentang riwayat tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa ia berhati-hati dalam menerima dan menyampaikan riwayat-riwayat Israiliyyat yang diragukan kebenarannya.
Pendekatan Ibnu Katsir terhadap riwayat Israiliyat ini, menurut Umar Syam, tampaknya didasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari. Hadis tersebut menunjukkan bahwa umat Islam tidak boleh setuju atau tidak setuju dengan ajaran Ahl al-Kitab.
Sebaliknya, mereka harus mengatakan bahwa mereka beriman kepada Allah dan wahyu yang telah diberikan kepada mereka.
"Jadi, Ibnu Katsir senantinya mengingatkan tentang kisah-kisah Israiliyyat yang penuh dengan kebohongan dan peringatan hati-hati," ujarnya.
Setelah memilih dan mengkritisi kisah-kisah tersebut, Ibnu Katsir memasukkannya ke dalam buku dan menambahkan komentar dan pendapat berdasarkan apa yang ia ketahui sebagai tafsir seorang ulama.
Selain dua aspek yang disebutkan sebelumnya, kata Umar Syam, terdapat fakta bahwa dalam tafsir ini terdapat beberapa riwayat Israiliyyat yang tidak mendapat komentar dan kritik dari Ibnu Katsir.
"Keadaan ini sangat mungkin terjadi, mengingat bahwa seseorang tidak akan pernah terbebas dari kelemahan dan kesalahan," ujar Umar Syam.
Oleh karena itu, berdasarkan penjelasan sebelumnya, Umar Syam berpendapat bahwa dalam tafsir ini dapat dibedakan menjadi tiga kategori Isriliyyat.
Pertama, terdapat riwayat Israiliyyat yang disertakan oleh Ibnu Katsir namun juga dikritik dan dikomentari olehnya.
Kedua, terdapat kisah-kisah Israiliyyat yang disertakan, namun tidak disetujui dan bahkan disalahkan oleh Ibnu Katsir. Dan yang ketiga, terdapat kisah-kisah Israiliyyat yang tidak mendapat penilaian, yang berarti bahwa kisah-kisah tersebut termasuk dalam Israiliyyat, tetapi Ibnu Katsir tidak memberikan penjelasan bahwa itu adalah Israiliyyat.
(mhy)
Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment