Kisah Parlemen dan Media AS yang Dikendalikan Kelompok Lobi Yahudi AIPAC
Mantan anggota Kongres AS , Paul Findley (1921 – 2019) mengatakan American Israel Public Affairs Committee atau AIPAC mempunyai berita paling cepat di Washington. Setiap wakil rakyat atau senator yang mengungkapkan keinginan untuk mengetahui sesuatu tentang Timur Tengah segera dibanjiri dengan "dokumen-dokumen keadaan" oleh AIPAC.
"Sewaktu membutuhkan informasi mengenai Timur Tengah, saya lega ketika mengetahui bahwa saya dapat bergantung pada AIPAC untuk mendapatkan bantuan profesional dan dapat dipercaya," ucap Senator Demokrat dari Idaho, Frank Church.
Hal yang sama juga ditulis oleh Senator Demokrat Charles Mathias dari Maryland. "Ketika suatu masalah penting menyangkut Israel muncul di Kongres, AIPAC dengan pasti dan segera menyediakan untuk para anggota segala data dan dokumentasi, plus panggilan-panggilan telepon dan kunjungan-kunjungan pribadi jika diperlukan."
"Di luar itu, tanda-tanda keraguan atau tentangan di pihak seorang senator atau wakil rakyat biasanya akan mengundang banyak surat dan telegram, atau kunjungan-kunjungan dan panggilan-panggilan telepon dari para pemilih yang berpengaruh."
Mengomentari hal ini Paul Findley, mengatakan yang menjadi persoalan jika seseorang tergantung pada AIPAC untuk mendapatkan informasi adalah bahwa informasi itu pasti hanya berisi sudut pandang Israel.
Dia menyebut terbitan-terbitannya cenderung pada judul-judul ilmiah seperti US-Israel Free Trade Area: How Both Sides Gain, dan semua itu dipenuhi oleh catatan-catatan kaki dan kutipan-kutipan dari karya-karya akademis.
"Namun pembaca tidak dapat mengingkari fakta bahwa semua itu jelas dimaksudkan untuk mendukung kepentingan-kepentingan Israel," tulis Paul Findley dalam bukunya berjudul "Deliberate Deceptions: Facing the Facts about the U.S. - Israeli Relationship" yang diterjemahkan Rahmani Astuti menjadi "Diplomasi Munafik ala Yahudi - Mengungkap Fakta Hubungan AS-Israel" (Mizan, 1995).
AIPAC juga mengawasi Near East Report, sebuah surat kabar mingguan yang dibaca oleh kira-kira 60.000 orang dan dikirimkan gratis pada semua anggota Kongres, pejabat-pejabat tinggi pemerintah, para akademisi, dan banyak wakil media.
Meskipun surat kabar itu secara hukum terpisah dari AIPAC, kata Paul Findley, ia didirikan oleh Sy Kenen, salah seorang pendiri AIPAC, dan secara ketat mengikuti jalur kebijaksanaan Israel.
Secara teratur ia mencetak kisah-kisah tentang pola-pola pemungutan suara para perumus undang-undang, dan dengan cara itu memperingatkan mereka bahwa suara-suara yang mereka berikan selalu dicatat, juga kecenderungan undang-undang baru yang mempengaruhi Israel.
Staf surat kabar itu juga menyebarkan sebuah lampiran bernama Myths and Facts, yang bermaksud menghalau "mitos-mitos" mengenai konflik Arab-Israel seperti keadaan para pengungsi Palestina. Lampiran itu disebarkan secara luas di kampus-kampus sebagai suatu "bantuan pelajaran" dan pada banyak sahabat Israel di kongres dan media.
AIPAC tidak membatasi aktivitas-aktivitasnya pada propaganda yang sah. Pada 1974 ia bergabung dengan Komite Yahudi Amerika dan kelompok-kelompok Yahudi lainnya untuk membentuk sebuah "pasukan kebenaran" guna menanggapi apa yang dinamakan propaganda pro Arab.
Menurut wartawan penyelidik Robert L. Friedman, pasukan kebenaran itu berubah menjadi "semacam polisi pikiran Yahudi. Para penyelidik terkadang mahasiswa-mahasiswa Yahudi yang penuh semangat, terkadang sumber-sumber dengan akses ke agen-agen intelijen AS-dimanfaatkan untuk mengejar para pengecam Israel, baik Yahudi maupun non-Yahudi, di manapun mereka berada...
Pidato-pidato dan tulisan-tulisan mereka dimonitor, demikian pula, dalam beberapa kasus, aktivitas-aktivitas profesional mereka lainnya. Dan mereka sering kali dituduh anti-Semit atau dicap sebagai Yahudi pembenci diri. Tujuannya adalah untuk menghalangi perdebatan mengenai Timur Tengah di kalangan komunitas Yahudi, media, dan akademisi, dikarenakan kekhawatiran bahwa kritik apa pun akan dapat melemahkan negara Yahudi."
Paul Findley mengatakan itu hanyalah suatu langkah kecil dari pasukan kebenaran untuk membuat daftar hitam.
Pada 1983, AIPAC menerbitkan The Campaign to Discredit Israel. Direktur Eksekutif AIPAC Thomas Dine menulis dalam kata pengantar bahwa pamflet itu diterbitkan sebagai suatu cara untuk mendapatkan "analisis yang lebih lengkap dan tepat" mengenai aktivitas anti-Israel. "Meskipun begitu yang dikatakannya, pamflet itu sebenarnya tidak lebih dari sebuah daftar hitam kuno," ujar Paul Findley.
The Campaign to Discredit Israel memuat daftar orang-orang Amerika seperti George Ball, mantan wakil menteri luar negeri yang kritis terhadap Israel, dan Alfred Lilienthal, seorang Yahudi anti-Zionis yang pada 1954 telah menulis sebuah buku yang berisi peringatan tentang hubungan AS-Israel: What Price Israel?
Secara keseluruhan, pamflet itu berisi daftar 21 organisasi dan 39 individu "yang aktif dalam usaha untuk melemahkan ikatan antara Amerika Serikat dan Israel, yang berusaha untuk meningkatkan hubungan AS-Arab dengan mengorbankan Israel, atau yang memberikan pelayanan dengan imbalan kepada pemerintah negara-negara Arab yang tengah berjuang untuk mencapai cita-cita itu."
Liga Anti-Fitnah dari B'nai B'rith juga menerbitkan daftar hitamnya sendiri yang dinamakan Arab Propaganda in America: Vehicles and Voices.
Ilmuwan Cheryl Rurenberg menuduh bahwa kedua pamflet itu menggunakan "teknik-teknik yang mengingatkan kita pada era McCarthy... mencap penentang mereka dengan label 'pro PLO.'"
Dengan adanya reaksi terhadap daftar hitam yang begitu negatif, AIPAC mengurungkan rencana untuk menerbitkan versi tahunan yang telah diperbaiki. Sebagai gantinya, AIPAC memindahkan usaha-usahanya di bawah tanah. Ia terus memonitor individu-individu dan kelompok-kelompok "anti-Israel," namun menyebarkan hasil-hasilnya secara rahasia.
Menurut Gregory D. Slabodkin, seorang ilmuwan muda yang pernah menjadi peneliti AIPAC: "Kini, pengungkapan-pengungkapan mengenai penulisan daftar hitam AIPAC dan taktik fitnahannya telah sampai pada aktivitas-aktivitas rahasia lobi pro Israel...
AIPAC mengoperasikan suatu seksi rahasia di departemen risetnya yang memonitor dan menyimpan berkas-berkas tentang para politisi, wartawan, akademisi, aktivis Arab-Amerika, tokoh-tokoh liberal Yahudi, dan lain-lain yang dicapnya 'anti-Yahudi.' AIPAC menyeleksi informasi dari berkas-berkas ini dan secara diam-diam menyebarkan daftar mereka 'yang bersalah,' bersama kelakuan buruk politik mereka, ditunjang dengan pernyataan-pernyataan mereka, yang sering kali ada di luar konteks."
Misalnya, Departeman Riset Rahasia memberikan kepada Steve Emerson, seorang wartawan penyelidik pro Israel untuk Cable News Network, informasi mengenai kolumnis Nation Alexander Cockburn, yang sering mengecam Israel, dan juga memberikan pada The Wall Street Journal informasi yang menghina tentang bankir Georgia, Bert Lance, dan kepentingan-kepentingan perbankan Arab.
Sasaran-sasaran lainnya termasuk tokoh-tokoh Yahudi liberal seperti Woody Allen, Richard Dreyfuss, Rita Hauser, dan Barbra Streisand.
Daftar hitam baru AIPAC adalah sebuah publikasi mingguan bernama Activities yang ditujukan untuk menyebut individu-individu dan kelompok-kelompok yang mengecam Israel.
AIPAC berusaha menyembunyikan keterkaitannya dengan Activities, dengan memperingatkan para pembacanya agar memanfaatkan materinya "hanya dengan syarat bahwa AIPAC tidak dianggap sebagai sumbernya."
Activities dibagikan pada staf regional dan AIPAC Washington, para pemimpin organisasi Yahudi utama, Dewan-dewan Hubungan Komunitas dan Federasi Yahudi di seluruh negeri, serta kedutaan besar Israel dan tokohtokoh Israel tertentu.
Seksi siluman AIPAC akhir-akhir ini diketuai oleh Michael Lewis, putra Orientalis Princeton University Bernard Lewis. Michael Lewis berbicara mengenai Activities: "Pada akhirnya, dari semua informasi yang disebarkan dari AIPAC, Activities barangkah yang paling banyak dicari, dibaca, dan dimanfaatkan untuk mendapatkan manfaat yang baik."
Menurut Slabodkin, "manfaat yang baik" itu termasuk kampanye fitnah yang diusahakan untuk mencap para aktivis anti-Israel sebagai praktisi "anti-Semitisme baru" --pengecam kebijaksanaan-kebijaksanaan Israel.
Slabodkin mengungkapkan bahwa Lewis secara harfiah menyimpan rapat-rapat di kantornya "beratus-ratus berkas mengenai orang-orang dan organisasi-organisasi yang dianggap AIPAC 'anti-Israel.'
Di antara para politisi yang muncul dalam berkas-berkas semacam itu adalah mantan Kepala Staf, John Sununu, mantan Menteri Pertahanan pemerintahan Reagan, Caspar Weinberger dan Frank Carlucci, mantan Presiden Jimmy Carter dan mantan kandidat presiden Demokrat George McGovern, Pemimpin Minoritas senat Robert Dole, Senator Republik John Chafee, Tokoh Penggerak Mayoritas DPR David Bonior, dan Wakil Rakyat dari partai demokrat John Conyers, John Dingell, Mervyn Dymally, Mary Rose Oakar, Nick Joe Rahall, James Traficant, Jr., dan banyak lagi lainnya."
Bukan hanya para politisi itu saja yang disebut-sebut dalam koleksi dokumen Lewis. Para anggota media, penghibur, dan akademisi juga terdaftar dalam berkas rahasia AIPAC sebagai musuh-musuh Israel --bahkan Peggy Say, saudara perempuan dari mantan sandera Terry Anderson.
(mhy)
Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment