Akhlak Imam Ahmad bin Hanbal yang Menakjubkan

 Akhlak Imam Ahmad bin Hanbal yang Menakjubkan

Imam Ahmad bin Hanbal selain memiliki keluasan ilmu, juga memiliki akhlak terpuji yang menakjubkan. Foto ilustrasi/ist
Dalam biografi Imam Ahmad bin Hanbal sang ulama ahli Hadis (164-241 H) diceritakan akhlak beliau yang menakjubkan. Bukan sembarang ulama, selain ahli fiqih berstatus Mujtahid mutlak, Imam Ahmad bin Hanbal juga memiliki akhlak terpuji.

Ustaz Ahmad Syahrin Thoriq, pengasuh Ponpes Subuluna Bontang Kalimantan Timur dalam satu kajiannya mengatakan bahwa Imam Ahmad bin Hanbal memiliki adab dan akhlak yang mulia. Hal ini dinukil dari keterangan beberapa ulama:

Imam Adz-Dzahabi rahimahullah berkata:

كان يجتمع في مجلس أحمد زهاء خمسة آلاف أو يزيدون نحو خمس مائة –يكتبون، والباقون يتعلمون منه حسن الأدب والسمت

"Yang menghadiri majelis Imam Ahmad mencapai 5.000 orang bahkan lebih. Namun hanya sekitar 500 orang saja yang mencatat pelajaran yang ia sampaikan. Sedangkan sisanya yang hadir hanya untuk melihat keindahan adab dan kepribadiannya." [Manaqib Imam Ahmad Hal 288]

Berikut di antara akhlak dan adab Imam Ahmad bin Hanbal yang bisa kita jadikan teladan dan pelajaran dalam kehidupan:

1. Tak Pernah Membanggakan Diri
Imam Yahya bin Ma'in rahimahullah berkata:

«ما رأيت مثل أحمد، صحبناه خمسين سنة ما افتخر علينا بشيء مما كان فيه من الخير

Artinya: "Aku tidak pernah melihat orang seperti Ahmad. Kami telah bersahabat selama hampir 50 tahun, dan dia tidak pernah sekalipun membanggakan sesuatu dari kebaikannya." [Siyar A'lam Nubala ( 11/214)]

2. Sederhana dan Tak Mau Diagungkan
Muhammad bin Ishaq al Marwazi menceritakan: "Kami pernah melihat Imam Ahmad belanja di pasar Kota Baghdad. Ia membeli beberapa ikat kayu bakar dan memanggul di pundaknya. Manakala orang-orang mengetahui bahwa itu adalah Imam Ahmad, para pedagang yang sedang berdagang meninggalkan dagangannya, pemilik toko berlarian meninggalkan tokonya. Mereka berkerumun dan mengucapkan salam untuk beliau sambil berebut hendak membawa beban yang ada di pundak sang imam.

Mendapatkan perlakuan seperti itu, muka beliau memerah, beliau menolak sambil berkata:

ﻧﺤﻦ ﻗﻮﻡ ﻣﺴﺎﻛﻴﻦ، ﻟﻮﻻ ﺳﺘﺮ الله ﻻﻓﺘﻀﺤﻨﺎ

"Kita ini bukan siapa-siapa. Seandainya bukan karena Allah menutupi kekurangan kita, niscaya akan tercecer aib-aib itu." [Manaqib Imam Ahmad Hal 367]

3. Pemaaf dan Tidak Pendendam
Imam Ahmad bin Hanbal merasakan sakit yang tidak biasa setelah dikeluarkan dari penjara. Ternyata setelah diperiksa oleh dokter ada sepotong daging 'mati' dalam punggung Imam Ahmad akibat cambukan-cambukan ganas saat beliau disiksa.

Maka dokter menyarankan agar daging mati itu harus dikeluarkan. Karena jika tidak, bisa berakibat sangat buruk. Akhirnya dilakukan operasi dengan satu kesepakatan bahwa Imam Ahmad menginginkan tanpa penggunaan mukhaddir (obat bius).

Ketika para dokter mulai merobek daging beliau dan hingga operasi selesai, setiap kali sang imam merasakan kesakitan, sambil meringis menahan sakit beliau berkata:

‌اللهم ‌اغفر ‌للمعتصم

"Ya Allah ampunilah Al-Mu'tashim." [Raudhah al-'Uqala hal 165]

4. Membenci Popularitas
Imam Ahmad pernah berkata:

أريد أن أكون في شعب بمكة حتى لا أعرف، قد بليت بالشهرة

"Ingin rasanya aku tinggal di sebuah dusun terpencil di lembah Makkah hingga aku tidak dikenal. Sungguh aku telah ditimpa musibah keterkenalan." [Siyar A'lam Nubala (11/216)]

Berkata Hasan bin Harun:

رأيت أبا عبد الله إذا مشى في الطريق، يكره أن يتبعه أحد

"Aku melihat Imam Ahmad jika dia sedang berjalan di jalanan, maka beliau tidak suka untuk diikuti siapapun." [Siyar A'lam Nubala (11/216)]

Wallahu A'lam

(rhs)Rusman Hidayat Siregar

No comments: