Gambaran Fisik Malaikat Maut, Malaikat Pencabut Nyawa

Gambaran Fisik Malaikat Maut, Malaikat Pencabut Nyawa
Gambaran fisik malaikat maut, malaikat pencabut nyawa, bisa berubah-ubah. Tergantung kepada siapa dia hadir. Foto/Ilustrasi: Ist
Gambaran fisik malaikat maut , malaikat pencabut nyawa, bisa berubah-ubah. Tergantung kepada siapa dia hadir. Ikrimah dari Ibnu Abbas meriwayatkan tentang kisah Nabi Ibrahim saat berjumpa malaikat Izrail .

Nabi Ibrahim as bertanya kepada Izrail. "Dapatkah engkau memperlihatkan rupamu saat engkau mencabut nyawa manusia yang gemar berbuat dosa?"

"Engkau tak akan sanggup," jawab Izrail singkat.

"Aku pasti sanggup," kata Nabi Ibrahim.

"Baiklah, berpalinglah dariku," ujar Malaikat pencabut nyawa ini.

Saat Nabi Ibrahim berpaling kembali, di hadapannya telah berdiri sesosok makhluk berkulit legam dengan rambut berdiri, berbau busuk, dan berpakaian serba hitam. Dari hidung dan mulutnya tersembur jilatan api. Seketika itu pula Nabi Ibrahim jatuh pingsan.

Ketika tersadar, beliau pun berkata kepada Izrail: "Wahai Malaikat Maut, seandainya para pendosa itu tak menghadapi sesuatu yang lain dari wajahmu di saat kematiannya, niscaya cukuplah itu menjadi hukuman untuknya."

Dalam kisah yang diriwayatkan 'Ikrimah dari Ibn 'Abbas ini, Nabi Ibrahim meminta Malaikat Maut mengubah wujudnya saat mencabut nyawa orang-orang beriman.

Dengan mengajukan syarat yang sama kepada Nabi Ibrahim, Malaikat Maut pun mengubah wujudnya. Maka di hadapan Nabi yang telah membalikkan badannya kembali, telah berdiri seorang pemuda tampan, gagah, berpakaian indah dan menyebar aroma wewangian yang sangat harum.

"Seandainya orang beriman melihat rupamu di saat kematiannya, niscaya cukuplah itu sebagai imbalan amal baiknya," kata Nabi Ibrahim.

Bagai Matahari

Dr Umar Sulaiman al Asygar dalam Buku " Ensiklopedia Kiamat " memaparkan malaikat maut mendatangi seorang mukmin dalam rupa yang baik dan bagus, sedangkan kepada orang kafir dan munafik, ia datang dalam bentuk yang menakutkan.

Dalam hadis dari al-Barra ibn Azib diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya jika seorang mukmin berada dalam keadaan berpisah dari dunia dan menuju akhirat, malaikat dari langit turun kepadanya. Wajah mereka putih bagai matahari. Mereka membawa kafan dan wewangian dari surga, lalu mereka duduk di depannya sejauh pandangan si hamba.

Kemudian datanglah malaikat maut, lalu duduk di dekat kepalanya dan berkata, Wahai jiwa yang baik (dalam riwayat lain: jiwa yang tenang), keluarlah menuju ampunan dan ridha Tuhanmu! Lalu jiwa itu keluar mengalir seperti tetesan air mengalir dari mulut kantong air, lalu si malaikat mengambilnya.

Jika seorang kafir (dalam riwayat lain: orang jahat) sedang dalam keadaan terputus dari akhirat, dan menghadapi dunia, dari langit turun kepadanya malaikat, yang galak, bengis dan hitam wajahnya dengan memakai pakaian menjijikkan (dari neraka).

Para malaikat duduk sejarak pandangan matanya. Kemudian datanglah malaikat maut dan duduk dekat kepalanya, lalu berkata, “Wahai jiwa yang busuk, keluarlah menuju kebencian dan murka Allah! Lalu ia berpisah dari jasadnya, dan si malaikat mencabut nyawanya seperti bulu wol yang tebal dan basah dicabut (bersamaan dengan itu ter putuslah urat-urat dan syarafnya).”

Umar Sulaiman al Asygar menuturkan bahwa kita tidak dapat menyaksikan yang terjadi pada si mayit pada saat kematiannya walaupun kita dapat melihat gejala-gejalanya. Allah menceritakan kepada kita tentang keadaan orang yang sedang sekarat.

“Lalu mengapa ketika nyawa telah sampai di kerongkongan tidak kalian kembalikan, padahal kalian pada saat itu melihat. Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kalian, tetapi kalian tidak dapat melihat”

Yang diceritakan dalam ayat di atas adalah ruh yang melintasi tenggorokan saat sekarat, dan orang-orang di sekitar yang mati menyaksikan sakaratul maut yang sedang dialaminya itu, namun mereka tidak dapat melihat malaikat yang mencabut ruhnya. Allah SWT juga berfirman:

وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ ۖ وَيُرْسِلُ عَلَيْكُمْ حَفَظَةً حَتَّىٰ إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لَا يُفَرِّطُونَ

"Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya." ( QS Al-An'am : 61)

كَلآ إِذَا بَلَغَتِ التَّرَاقِيَ {26} وَقِيلَ مَنْ رَاقٍ {27} وَظَنَّ أَنَّهُ الْفِرَاقُ {28} وَالْتَفَّتِ السَّاقُ بِالسَّاقِ {29} إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمَسَاقُ

Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai kerongkongan. Dan dikatakan (kepadanya): “Siapakah yang dapat menyembuhkan”. Dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan. Dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan). Dan kepada Rabbmulah pada hari itu kamu dihalau”. [ QS Al Qiyamah : 26-30]

(mhy)Miftah H. Yusufpati

No comments: