5 Peristiwa Penting di Bulan Syaban, Nomor 5 Penentuan Umur

5 Peristiwa Penting di Bulan Syaban, Nomor 5 Penentuan Umur
Peralihan kiblat dari Baitul Maqdis ke Kakbah terjadi pada bulan Syahban. Foto/Ilustrasi: Ist
Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) mengikhbarkan bahwa 1 Sya'ban 1444 H jatuh pada Rabu 22 Februari 2023 M. Sementara menurut Kalender Islam Global Tunggal 1444 H yang disusun oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah , 1 Syaban 1444 H jatuh pada Selasa, 21 Februari 2023. Dengan kata lain, bulan Syaban dimulai pada waktu Maghrib ini.

Terlepas dari perbedaan penetapan 1 Syaban tersebut, bulan Syaban merupakan salah satu bulan mulia. Sebab dalam bulan ini terkandung sederet peristiwa penting.

Sayyid Muhammad Alawy Al Maliky dalam kitab "Madza fi Sya’ban?" menyebutkan beberapa peristiwa di bulan Syaban sebagai berikut:

1. Tahwil Al-Qiblah (Perpindahan Kiblat)

Pada bulan Syaban terjadi perpindahan kiblat dari Baitul Maqdis ke Kakbah. Syaikh Abu Hatim al-Busty berkata: “Orang Islam sholat menghadap ke Baitul Maqdis selama 17 bulan dan 3 hari. Demikian itu karena Rasulullah SAW tiba di Madinah pada hari Senin tanggal 12 Robi’ul Awal. Lalu Allah memerintahkan beliau menghadap Kakbah pada hari Selasa pertengahan bulan Syaban.

2. Pelaporan amal (Raf’u Al-Amal)

Di antara keistimewaan bulan Syaban adalah bulan dilaporkannya amal perbuatan manusia. Pelaporan ini adalah pelaporan yang sifatnya lebih luas dari pada pelaporan-pelaporan yang lain. Hal ini berdasarkan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Usamah bin Zaid:

Aku mengatakan: "Wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihat engkau berpuasa di suatu bulan dari bulan-bulan yang ada seperti engkau berpuasa di bulan Syaban."

Beliau bersabda: "Bulan itu banyak dilupakan oleh manusia. Ia adalah suatu bulan di antara bulan Rajab dan Ramadhan. la adalah suatu bulan yang mana pada saat itu amal perbuatan manusia dilaporkan kepada Allah Tuhan semesta alam. Dan aku ingin ketika amal perbuatanku dilaporkan, aku dalam keadaan sedang berpuasa.” (Imam Mundziri berkata: HR Imam Nasa’i).

3. Pelaporan amal siang dan malam hari

Telah disebutkan dalam kitab Shahih Muslim sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Musa RA, beliau bercerita:

Suatu ketika Rasulullah SAW berdiri (seraya menyampaikan) lima kalimat, beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah itu tidak tidur dan tidak seyogyanya jika Ia tidur. Allah itu berhak mengurangi pembagian dan menambah pembagian yang lain. Dilaporkannya amal perbuatan di waktu siang sebelum dilaporkannya amal perbuatan di waktu malam. Dan dilaporkannya amal perbuatan di waktu malam sebelum dilaporkannya amal perbuatan di waktu siang. Hijab-Nya adalah cahaya, jika hijab itu dibuka, niscaya kilauan dzat-Nya akan membakar seluruh makhluk-Nya hingga akhir penglihatan-Nya.”

Imam Mundziri berkata, "Arti pelaporan amal perbuatan manusia yang terkandung dalam hadits di atas adalah dilaporkannya amal perbuatan siang hari di permulaan malam yang tiba setelahnya. Dan dilaporkannya amal perbuatan malam hari pada permulaan siang hari yang jatuh setelahnya. Karena sesungguhnya para malaikat yang tugasnya berjaga akan naik di saat permulaan siang hari dengan membawa laporan amal perbuatan malam hari ketika telah berakhir, begitu pula mereka akan naik di waktu permulaan malam hari dengan membawa laporan amal perbuatan siang hari."

4. Pelaporan Amal Secara Langsung

Imam Tirmidzi dan Imam Ahmad meriwayatkan dari Abdullah bin Saib ra, bahwasanya Rasulullah SAW senantiasa melakukan sholat empat rakaat setelah tergelincirnya matahari, demikian itu sebelum diwajibkannya sholat Dhuhur. Lalu beliau bersabda:

“Di saat (seperti itu) pintu-pintu langit dibuka, maka aku senang jika di saat itu ada amalku yang naik.”

Disarikan dari hadis di atas adanya keutamaan sholat sunah qobliyah Dhuhur.

5. Penentuan Umur

Di dalam bulan Syaban terdapat penentuan umur, artinya pada bulan itu ditampakkan penentuan itu kepada Malaikat. Karena apapun yang dilakukan Allah tidak dibatasi dan tidak terikat oleh waktu dan tempat.

“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia (Allah), dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (QS asy-Syura : 11)

Telah diriwayatkan sebuah hadis dari Sayyidah Aisyah RA beliau berkata:

Sesungguhnya dahulu Rasulullah SAW berpuasa di bulan Syaban sebulan penuh. Lalu aku bertanya: "Wahai Rasulullah, Apakah bulan yang lebih engkau sukai berpuasa itu bulan Syaban?"

Beliau menjawab: "Sesungguhnya Allah telah menulis (mentakdirkan) setiap jiwa yang akan mati pada tahun itu. Maka aku berharap di saat ajalku datang, aku sedang dalam keadaan berpuasa.” (HR Abu Ya’la, Hadis tersebut termasuk kategori Hadits Gharib namun Sanadnya Hasan)

Oleh karena itu, dahulu Rasulullah memperbanyak berpuasa di bulan Sya’ban. Anas bin Malik RA bertutur kata:

“Bahwa Rasulullah SAW selalu berpuasa seolah-olah tidak pernah berbuka (tidak berpuasa), sehingga kita mengatakan: Tidak ada pada diri Rasulullah SAW berbuka (tidak berpuasa) selama setahun. Kemudian Rasulullah berbuka dan tidak melakukan puasa, sehingga kita berkata: Tidak ada pada diri Rasulullah SAW melakukan puasa sepanjang tahun. Puasa sunah yang paling disenangi Rasulullah adalah puasa bulan Sya’ban”. (HR Ahmad dan Thabrani)

(mhy)Khazim Mahrur

No comments: