Dinasti Timuriyah, Kekaisaran yang Didirikan Sisa Pasukan Mongol yang Masuk Islam

Dinasti Timuriyah, Kekaisaran yang Didirikan Sisa Pasukan Mongol yang Masuk Islam
Pasukan Mongol: Sejumlah wilayah barat yang telah dikuasai sebelumnya jatuh ke tangan kelompok Kara Koyunlu dari suku Turkmen. Foto/Ilustrasi: Ist
Dinasti Timuriyah adalah kekaisaran yang didirikan sisa pasukan Mongol yang masuk Islam. Ini adalah dinasti Islam Sunni. Kekuasaannya di Asia Tengah meliputi seluruh Asia Tengah, Iran, Afganistan dan Pakistan, dan juga sebagian dari India, Mesopotamia dan Kaukasus. Kekaisaran ini didirikan oleh penakluk legendaris Tamerlane ( Timur Lenk ) pada abad ke-14.

Asal mula Dinasti Timuriyah kembali ke konfederasi nomaden Mongolia yang dikenal sebagai Barlas. Yang adalah sisa-sisa tentara Mongol milik Jenghis Khan.

Setelah menaklukkan Asia Tengah, Barlas menetap di Turketan. Wilayah ini kemudian dikenal sebagai Mogulistan - Tanah Mongol. Mereka bercampur dengan Turki dan orang yang berbahasa lokal di sana, sehingga pada pemerintahan Timuriyah Barlas diturkisasikan dalam hal bahasa dan adat.

Selain itu, dengan mengadopsi Islam, Turki Asia Tengah mengadopsi adat sastra dan tinggi Persia yang mendominasi Asia Tengah sejak awal pengaruh Islam.

David J. Roxburgh dalam The Persian Album, 1400-1600: From Dispersal to Collection menyebut sastra Persia berpengaruh dalam asimilasi elit Timuriyah dengan adat kesopan-santunan Persia-Islam.

Seni Islam
Setelah menguasai Transoksiana pada 1370, Timur Lenk lantas mendirikan kerajaannya dengan Samarkand (kota yang terletak di Uzbekistan sekarang) sebagai pusatnya.

Sebagai seorang pemimpin, Timur Lenk memiliki minat yang tinggi terhadap seni. Bahkan, semasa hidupnya, sang raja kerap membawa sejumlah perajin atau seniman dari berbagai daerah yang ditaklukkannya ke ibu kota Samarkand. Karenanya, tidak mengherankan bila pada kemudian hari Dinasti Timuriyah juga tercatat sebagai salah satu kerajaan yang paling cemerlang dalam sejarah seni Islam.

Meski usia Kekaisaran Timuriyah yang luas itu sendiri relatif singkat, namun keturunan dinasti tersebut tetap memainkan peranan penting sebagai penyokong utama kesenian Islam di kawasan Transoksiana. Ketika ibu kota dipindahkan ke Herat (Afghanistan sekarang) pada 1505, kerajaan ini berhasil menjadi pusat kebudayaan Islam terkemuka di Asia Tengah.

Para penguasa Timuriyah menaruh perhatian besar terhadap budaya Persia. Mereka membujuk para seniman, arsitek, dan sastrawan untuk berkontribusi membentuk peradaban megah. Tidak sedikit pula kalangan pejabat Timuriyah memesan salinan naskah tentang seni dan arsitektur Persia untuk dijadikan sebagai koleksi di perpustakaan-perpustakaan milik mereka.

Sepanjang era kejayaannya, banyak pangeran Timuriyah membantu pembangunan berbagai lembaga keagamaan, seperti masjid, madrasah, dan tempat perkumpulan sufi atau tarekat. Beberapa bukti peninggalannya masih dapat kita saksikan sampai hari ini. Antara lain, Madrasah Ulugh Beg yang dibangun pada 1417-1420 dengan gaya arsitektur Islam yang khas.

Kompleks Madrasah Ulugh Beg berada di kawasan situs kota tua Registan, Samarkand. Sekolah ini diapit oleh sejumlah menara tinggi. Di halamannya yang berbentuk persegi berdiri sebuah masjid dan ruangan kuliah yang dibatasi oleh asrama tempat para siswa tinggal selama menjalani pendidikan.

Madrasah Ulugh Beg menjadi salah satu perguruan tinggi terbaik pada abad ke-15. Kampus ini berhasil mencetak sejumlah sarjana terkenal pada zamannya. Di antaranya adalah filsuf dan penyair besar Persia, Abdul Rahman Jami.

Warisan Dinasti Timuriyah lainnya yang masih dapat dijumpai di Samarkand adalah Masjid Bibi Khanym. Nama tempat ibadah yang selesai dibangun pada 1404 ini diambil dari nama istri Timur Lenk, Bibi Khanym.

Dinding luar masjid ini memiliki panjang 167 meter dan lebar 109 meter. Sementara, tinggi kubah utamanya mencapai 40 meter, dan pintu masuknya setinggi 35 meter. Ada marmer besar dengan kaligrafi Islam yang berdiri anggun di tengah-tengah halaman. Sayangnya, gempa besar yang terjadi pada 1897 merusak sebagian besar bangunan ini.

Selain Madrasah Ulugh Beg dan masjid, masih banyak lagi peninggalan megah Dinasti Timuriyah di Samarkand. Ini menjadi salah satu alasan ditetapkannya kota tersebut sebagai “World Heritage City” (Kota Warisan Dunia) oleh UNESCO pada 2001.

Peneliti dari Museum Kesenian Metropolitan, Suzan Yalman, dalam artikelnya “The Art of the Timurid Period (1370-1507 M)” menulis Timur Lenk memang dikenang sebagai pemimpin yang sukses. Dalam tempo 35 tahun, dia bersama pasukannya berhasil menaklukkan seluruh Asia Tengah. Luas wilayah keseluruhan yang dikuasai mencapai 4,4 juta km persegi.

Timur Lenk meninggal dunia pada 1405, ketika dia dan tentaranya tengah mempersiapkan rencana untuk menyerang Tiongkok. Tetapi, bakat dan kepiawaiannya memimpin negara itu tidak diwarisi oleh para penguasa Timuriyah periode pasca-Timur Lenk.

Takhta kerajaan selanjutnya dipegang oleh putra bungsu Timur Lenk, Shahrukh Mirza, yang memerintah sejak 1405-1447. Namun, raja yang baru ini ternyata tidak mampu menjaga pencapaian yang sudah ditorehkan ayahnya.

Sejumlah wilayah barat yang telah dikuasai sebelumnya jatuh ke tangan kelompok Kara Koyunlu dari suku Turkmen. Tidak hanya itu, beberapa pangeran Timuriyah berikutnya juga terlibat perselisihan internal sehingga mereka pun berusaha membangun kerajaan sendiri-sendiri.

Kondisi tersebut ikut melemahkan kekaisaran dari dalam. Pada akhirnya, hanya Khurasan dan Transoksiana yang tetap berada dalam kekuasaan Timuriyah. Selepas periode Shahrukh Mirza, dinasti ini diperintah oleh anggota keluarga Timuriyah dalam wilayah yang terpisah-pisah.
(mhyMiftah H. Yusufpati

No comments: