Kisah Nabi Ibrahim Meminta Syafaat untuk Ayahnya di Hari Kiamat

Kisah Nabi Ibrahim Meminta Syafaat untuk Ayahnya di Hari Kiamat
Nabi Ibrahim as meminta syafaat untuk ayahnya, Azar, pada hari kiamat, tatkala kekasih Allah SWT ini menjumpai ayahnya yang sengsara. Foto/Ilustrasi: Ist
Nabi Ibrahim as meminta syafaat untuk ayahnya, Azar, pada hari kiamat , tatkala kekasih Allah SWT ini menjumpai ayahnya yang sengsara. Azar berada dalam kondisi yang sangat nista melebihi pada orang-orang kafir dalam hal kehinaan, kenistaan, penuh debu, dan kehitaman. Lalu, Ibrahim yang menjadi iba menghadap kepada Rabbnya meminta tidak dipermalukan di hari pembalasan.

Dr Umar Sulaiman Al-Asygar dalam bukunya berjudul "Ashash al Ghaib fii Shahih al-Hadits an-Nabawi" yang telah diterjemahkan Drs Asmuni menjadi "Kisah-Kisah Gaib dalam Hadits Shahih"menukil sebuah hadis dari Abu Hurairah ra , dari Nabi SAW terkait kisah tersebut.

"Wahai Rabbku, sesungguhnya Engkau telah berjanji kepadaku bahwa Engkau tidak akan menghinakan aku pada hari mereka dibangkitkan. Kehinaan seperti apa yang lebih hina daripada ayahku yang jauh?" ujar Ibrahim bermohon kepada Allah SWT agar ayahnya diampuni dan dimasukkan ke dalam surga-Nya.

Allah Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya Kuharamkan surga bagi orang-orang kafir.” Kemudian dikatakan, “Wahai Ibrahim, apa yang ada di bawah kedua kakimu?" Maka, dia pun melihat dan ternyata dia adalah seekor hyena, sehingga ditangkap kaki-kakinya, lalu dilemparkan ke dalam neraka.”

Umar Sulaiman menjelaskan kisah tersebut sebagaimana tertuang dalam hadis yang ditakhrij Al-Bukhari dalam Kitab Ahadits Al-Anbiya.

Di dalam al-Quran telah digambarkan bahwa Nabi Ibrahim sudah berusaha keras untuk memberikan petunjuk kepada ayahnya ketika di dunia. Dia sampaikan nasihat, pengertian, dan pengajaran, wejangan, dan arahan kepadanya. Akan tetapi, ayahnya enggan, dia hanya tetap menganut pada ajaran agama dari para nenek moyang mereka: menyembah berhala dan patung-patung.

Sebaliknya, Azar justru menyingkirkan anaknya sendiri dengan alasan keluar dari ketaatan kepadanya dan agama nenek moyang. Dia juga meminta anaknya agar menjauhi dirinya dan agar tidak pernah lagi kembali kepadanya.

Surat Maryam
Kisah Ibrahim menasihati ayahnya ini antara lain bisa dijumpai dalam QS Maryam ayat 41-46.

وَاذۡكُرۡ فِى الۡكِتٰبِ اِبۡرٰهِيۡمَ ۚ اِنَّهٗ كَانَ صِدِّيۡقًا نَّبِيًّا

41. Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Kitab (Al-Qur'an), sesungguhnya dia adalah seorang yang sangat membenarkan, seorang Nabi.

اِذۡ قَالَ لِاَبِيۡهِ يٰۤـاَبَتِ لِمَ تَعۡبُدُ مَا لَا يَسۡمَعُ وَلَا يُبۡصِرُ وَ لَا يُغۡنِىۡ عَنۡكَ شَيۡــًٔـا

42. (Ingatlah) ketika dia (Ibrahim) berkata kepada ayahnya, "Wahai ayahku! Mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak dapat menolongmu sedikit pun?

يٰۤـاَبَتِ اِنِّىۡ قَدۡ جَآءَنِىۡ مِنَ الۡعِلۡمِ مَا لَمۡ يَاۡتِكَ فَاتَّبِعۡنِىۡۤ اَهۡدِكَ صِرَاطًا سَوِيًّا

43. Wahai ayahku! Sungguh, telah sampai kepadaku sebagian ilmu yang tidak diberikan kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus.

يٰۤـاَبَتِ لَا تَعۡبُدِ الشَّيۡطٰنَ‌ ؕ اِنَّ الشَّيۡطٰنَ كَانَ لِلرَّحۡمٰنِ عَصِيًّا

44. Wahai ayahku! Janganlah engkau menyembah setan. Sungguh, setan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.

يٰۤاَبَتِ اِنِّىۡۤ اَخَافُ اَنۡ يَّمَسَّكَ عَذَابٌ مِّنَ الرَّحۡمٰنِ فَتَكُوۡنَ لِلشَّيۡطٰنِ وَلِيًّا‏

45. Wahai ayahku! Aku sungguh khawatir engkau akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pengasih, sehingga engkau menjadi teman bagi setan."

قَالَ اَرَاغِبٌ اَنۡتَ عَنۡ اٰلِهَتِىۡ يٰۤاِبۡرٰهِيۡمُ‌ۚ لَٮِٕنۡ لَّمۡ تَنۡتَهِ لَاَرۡجُمَنَّكَ‌ وَاهۡجُرۡنِىۡ مَلِيًّا

46. Dia (ayahnya) berkata, "Bencikah engkau kepada tuhan-tuhanku, wahai Ibrahim? Jika engkau tidak berhenti, pasti engkau akan kurajam, maka tinggalkanlah aku untuk waktu yang lama."

Ketika di Dunia
Itulah kondisi yang dicapai antara Ibrahim dan ayahnya ketika di dunia. Kemudian Ibrahim bertemu dengannya kembali di Padang Mahsyar pada Hari Kiamat, hanya saja dia dalam kondisi sedemikian itu: sengsara, kesusahan, dan menderita. Sehingga dia teringat akan nasihat Ibrahim yang diberikan kepadanya ketika di dunia sehingga bagaimana dia melarang Ibrahim untuk membangkang kepada dirinya. Sehingga dia berkata, “Sekarang aku tidak membangkang kepadamu."

Allah Ta'ala telah menyebutkan ciri Ibrahim bahwa dia itu, “Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.” ( QS At-Taubah : 114)

Sifat santun itu tetap mendampingi Ibrahim hingga Hari Pembalasan. Dia berdialog dengan Rabbnya untuk memohon kepada-Nya sudi kiranya memenuhi janji-Nya yang disampaikan kepada dirinya ketika masih di dunia. Dia telah berjanji kepadanya bahwa Dia tidak akan menghinakannya di masa hisab yang agung itu dalam firmanNya, “Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” ( QS Asy-Syu 'ara' : 87-89)

Sehingga pada hari itu dia berkata kepada Rabbnya, “Wahai Rabbku, Engkau telah berjanji kepadaku bahwa Engkau tidak akan menghinakan aku pada hari kebangkitan, kehinaan seperti apa yang lebih menghinakan daripada seorang ayah yang jauh? Sesungguhnya jika Engkau masukkan ayahku ke dalam neraka lalu orang yang kenal di antara para penghuni surga melihatnya, maka mereka akan mengetahui bahwa dia adalah ayahku sehingga menghinakan diriku.”

Sehingga Rabb Yang Maha Perkasa berfirman kepada Ibrahim, “Sesungguhnya aku haramkan surga bagi orang-orang kafir.”

Ini adalah kata putus yang tidak ada perkecualian di dalamnya. Akan tetapi, itulah yang mewujudkan keselamatan bagi Ibrahim dari kehinaan dengan tidak memasukkan ayahnya ke dalam surga.

Allah telah mengusapnya dengan seekor hyena lalu berfirman kepada Ibrahim. “Lihat ke bawah kedua kakimu.”

Tiba-tiba dia melihat padanya seekor binatang yang jorok, kotor, dan busuk. Dengan kotorannya dia mengoleskan pada Ibrahim. Ketika itu lenyaplah rasa kasih sayang yang ada di dalam hati Ibrahim kepada ayahnya, lalu dia membelakanginya.

Surga bukan tempat orang seperti kotoran busuk dan sampah seperti itu. Ayah Ibrahim telah terolesi oleh najis kesyirikan dan kekotoran dosa-dosa. Sehingga tempat orang kotor sedemikian itu adalah neraka. Inilah yang diperlakukan kepada seekor binatang najis seperti itu menjadi ayah bagi Ibrahim.

(mhy)Miftah H. Yusufpati

No comments: