Menimbang Hadis tentang Al-Mahdi dan 3 Orang Anak Khalifah yang Dibunuh

Menimbang Hadis tentang Al-Mahdi dan 3 Orang Anak Khalifah yang Dibunuh
Hadis tentang Al-Mahdi dan 3 orang anak khalifah yang dibunuh menurut Al-Albani sebagai hadis munkar. Foto/Ilustrasi: Ist
"Ada tiga orang yang akan dibunuh dalam kejayaan kalian, dan semuanya anak khalifah, tetapi tidak seorang pun yang terkena," begitu penggalan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah.

Laluhadis itu dilanjutkan: "Kemudian muncullah bendera-bendera hitam dari arah timur membunuh kalian dengan pembunuhan yang belum pernah dilakukan oleh suatu kaum."

"Kemudian mereka menyebutkan sesuatu yang aku tidak menghafalnya. Kemudian beliau bersabda, 'Bila kalian melihatnya, baiatlah ia sekalipun kalian harus merangkak di atas salju karena sesungguhnya ia itu khalifah Tuhan, al-Mahdi.'"

Kemudian dalam riwayat lain, 'Bila kalian melihat bendera-bendera hitam dari arah Khurasan, datangilah biarpun dengan merangkak,' ... dan seterusnya."

Syaikh Muhammad Nashruddin al-Albani dalam kitab "Silsilatul-Ahaadiits adh-Dhaifah wal Maudhu'ah wa Atsaruhas-Sayyi' fil-Ummah" dan telah diterjemahkan A.M. Basamalah menjadi "Silsilah Hadits Dha'if dan Maudhu'" menyebut hadis tersebut sebagai hadis munkar .

Hadis tersebut telah diriwayatkan oleh Ibnu Majah 518, dan al-Hakim IV/463-464 dari sanad Khalid al-Hidza dari Abi Qalabah.

Adapun Ahmad dan al-Hakim telah mengeluarkannya dengan sanad dari Ali bin Zaid. Kemudian Imam Ahmad menyatakan lemahnya hadis tersebut. Juga Ibnul Jauzi menempatkannya dalam deretan hadis-hadis maudhu'. Adz-Dzahabi berkata, "Aku lihat hadis ini adalah munkar."

Al-Albani mengatakan sebenarnya hadis tersebut benar maknanya, namun yang benar adalah tanpa tambahan kalimat "karena ia merupakan khalifah Tuhan".

Tambahan inilah yang dimaksud oleh adz-Dzahabi sebagai munkar, karena dalam syariat memang tidak dibenarkan berkata manusia sebagai khalifah Tuhan.

Ibnu Taimiyah telah menjelaskan panjang lebar dalam kitabnya al-Fatawa al-Qubra dengan berkata, "Sungguh banyak orang yang menyangka secara salah seperti Ibnul Arabi bahwa yang dimaksud dengan khalifah adalah khalifah Tuhan, yakni sebagai wakil Tuhan.

Allah tidaklah mempunyai wakil. Karena itu, Abu Bakar dengan tegas membantah ketika ditanya dengan kalimat, 'Wahai Khalifatullah'. Dengan segera ia menjawab, 'Aku bukanlah khalifah Tuhan, akan tetapi khalifah Rasulullah SAW. Cukuplah itu."

Kemudian, justru sebaliknyalah, bahwa Tuhan itu adalah sebagai khalifah bagi selain-Nya. Rasul bersabda (berupa doa bepergian), "Allaahumma anta as-shahibu fis-safari wal-khalitfatu fil-ahli. Allaahumma ashibnaa flu safarinaa wakhlifnaa flu ahlinaa".

Akhirnya, Ibnu Taimiyah mengakhiri fatwanya itu dengan berkata, "Barangsiapa yang menjadikan-Nya mempunyai khalifah, orang itu berarti telah menyekutukan-Nya, yakni musyrik."
(mhy)Miftah H. Yusufpati

No comments: