Mengapa Nabi Ayyub Menolak Berdoa untuk Kesembuhan Dirinya

Ini Mengapa Nabi Ayyub Menolak Berdoa untuk Kesembuhan Dirinya
Tatkala sakit parah, Nabi Ayyub tidak berdoa memohon kesembuhan. Foto/Ilustrasi: Ist
Tatkala Nabi Ayyub as mendapat cobaan dari Allah SWT berupa hilangnya seluruh harta benda, anak-anaknya, juga tubuhnya beliau sangat tabah. Nabi Ayyub ditengarai sakit lepra di sekujur tubuhnya. Tidak ada suatu bagian pun dari anggota tubuhnya yang selamat dari penyakit ini, kecuali hati dan lisannya yang selalu berzikir mengingat Allah SWT. Anehnya, Nabi Ayyub menolak berdoa meminta kesembuhan atas dirinya.

Ibnu Katsir dalam tafsirnya, mengutip As-Saddi mengatakan bahwa daging tubuh Ayyub berguguran rontok, sehingga tiada yang tersisa dari tubuhnya selain otot-otot dan tulang-tulangnya.

Cobaan ini membuat orang-orang tidak mau sekedudukan dengan Ayyub. Nabi Ayyub pun tinggal menyendiri di pinggir kota. Tiada seorang manusia pun yang mau datang kepadanya selain dari istrinya yang bertugas merawatnya dan mengurusi keperluannya.

Isri Nabi Ayyub selalu mendatanginya dengan membawa abu. Setelah sakit Ayyub cukup lama, istrinya berkata kepadanya, "Hai Ayyub, sekiranya kamu berdoa kepada Tuhanmu untuk kesembuhanmu, tentu Dia akan melenyapkan penyakitmu ini."

Ayub menjawab, "Saya telah menjalani masa hidup selama 70 tahun dalam keadaan sehat. Masa itu sebentar, maka sudah sepantasnya bagiku bersabar demi karena Allah selama 70 tahun." Maka istrinya merasa terkejut dan mengeluh mendapat jawaban tersebut, lalu ia pergi.

Menurut suatu pendapat, istri Ayub jatuh miskin, lalu ia bekerja menjadi pelayan bagi orang lain yang hasilnya ia gunakan untuk keperluan suaminya.

Ibnu Katsir mengutip Ibnu Abu Hatim dari Nauf Al-Bakkali mengatakan bahwa istri Ayub berkata kepada suaminya, "Berdoalah kepada Allah memohon kesembuhan, pasti Allah akan menyembuhkanmu."

Akan tetapi, Ayyub tetap tidak mau berdoa untuk memohon kesembuhannya. Hingga pada suatu hari lewatlah sejumlah orang dari kalangan Bani Israil di dekat tempat Ayyub berada. Sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain, "Musibah yang menimpanya tiada lain karena dosa besar yang dikerjakannya."

Maka pada saat itu juga Nabi Ayyub berdoa kepada Allah, sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya: "(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang." (QS Al-Anbiya: 83)

Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa Nabi Ayyub mempunyai dua orang saudara. Pada suatu hari dua saudaranya itu datang mengunjunginya, tetapi keduanya tidak dapat mendekatinya karena bau Ayub yang tidak enak; maka keduanya hanya berdiri dari kejauhan.

Salah seorang berkata kepada yang lain, "Seandainya Allah mengetahui adanya kebaikan pada diri Ayyub, tentulah Dia tidak mengujinya dengan cobaan ini."

Nabi Ayyub merasa berduka cita dengan perkataan keduanya, duka cita yang belum pernah ia alami sebelumnya. Lalu Ayub berdoa, "Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa sesungguhnya aku belum pernah tidur di suatu malam pun dalam keadaan kenyang, dan aku mengetahui mengapa aku lapar, maka percayalah kepadaku."

Semua malaikat yang ada di langit mempercayainya, sedangkan kedua saudaranya itu mendengarkannya. Kemudian Ayyub berkata lagi, "Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa sesungguhnya aku belum pernah mempunyai dua lapis baju gamis, dan aku mengetahui mengapa aku sampai tidak berpakaian, maka percayailah aku."

Para malaikat yang ada di langit mempercayainya, sedangkan kedua saudaranya itu mendengarkannya. Setelah itu Ayyub berkata, "Ya Allah, demi Keagungan-Mu," lalu Ayub menyungkur bersujud seraya berkata, "Demi Keagungan-Mu, aku tidak akan mengangkat kepalaku selama Engkau belum menyembuhkan diriku dari penyakit ini."

Iblis Menggoda Istri Ayyub
Istri Nabi Ayyub membuat roti untuk suatu keluarga yang mempunyai seorang anak kecil. Saat roti telah masak, anak mereka masih tidur, sedangkan mereka tidak mau mengganggu tidur anak mereka, karenanya mereka memberikan roti itu kepada istri Ayyub.

Istri Ayyub membawa roti itu pulang ke rumah. Tetapi Ayyub merasa heran dengan kedatangannya yang begitu cepat, lalu ia bertanya, "Mengapa engkau begitu cepat pulang, apakah yang engkau alami hari ini?"

Si istri menceritakan apa yang telah dialaminya. Ayub berkata, "Barangkali anak kecil itu telah bangun dari tidurnya, lalu meminta roti kepada orang tuanya dan mereka tidak menemukannya, sehingga anak kecil itu terus-menerus menangis meminta roti kepada orang tuanya. Sekarang kembalilah ke rumah itu dan bawalah kembali roti ini."

Ia kembali, dan ketika sampai di tangga rumah mereka, tiba-tiba ada seekor kambing milik mereka menyeruduknya, maka ia mengeluarkan kata cacian, "Celakalah si Ayyub yang keliru itu."

Setelah ia menaiki tangga rumah keluarga itu, ia menjumpai anak tersebut telah bangun dari tidurnya dalam keadaan menangis meminta roti kepada orang tuanya.

Anak itu tidak mau menerima makanan apa pun dari orang tuanya selain roti itu. Maka saat itu juga istri Ayyub berkata, "Semoga Allah merahmati Ayyub."

Lalu roti itu dia berikan kepada anak itu, dan ia pulang ke rumah. Kemudian iblis datang lagi kepada istri Ayyub dalam rupa seorang tabib.

Iblis berkata kepadanya, "Sesungguhnya suamimu menderita sakit yang cukup lama. Jika ia menginginkan sembuh dari sakitnya, hendaklah ia menangkap seekor lalat, lalu menyembelihnya dengan menyebut nama berhala Bani Fulan. Sesungguhnya ia akan sembuh dari penyakitnya, kemudian dapat melakukan tobat sesudahnya."

Istri Ayyub mengatakan apa yang dipesankan oleh iblis itu kepada suaminya. Maka Ayyub menjawab. ”Sesungguhnya engkau telah kedatangan makhluk jahat itu lagi. Demi Allah, seandainya aku telah sembuh dari sakitku ini, aku akan menderamu sebanyak seratus kali pukulan."

Istri Ayyub pergi untuk mencari nafkah buat suaminya, tetapi rezeki terhalang darinya; tidak sekali-kali ia mendatangi rumah suatu keluarga untuk menawarkan jasa pelayanannya, melainkan mereka menolaknya.

Setelah bersusah payah mencari rezeki, tetapi tidak berhasil juga, ia merasa khawatir suaminya Ayyub akan kelaparan, maka ia terpaksa mencukur salah satu kepangan rambutnya, lalu menjualnya kepada seorang anak perempuan dari keluarga orang yang terhormat lagi kaya.

Maka mereka memberikan imbalan kepadanya berupa makanan yang baik-baik lagi berjumlah banyak. Istri Ayub membawa makanan itu kepada suaminya. Ketika Ayub melihat makanan itu, ia merasa curiga, lalu bertanya kepada istrinya, "Dari manakah kamu dapatkan makanan ini?"

Ia menjawab, "Saya bekerja kepada orang lain dan mereka memberikan makanan ini sebagai imbalannya," lalu Ayub mau memakannya.

Pada keesokan harinya, istri Ayyub keluar lagi untuk mencari pekerjaan, tetapi ia tidak menemukannya, hingga terpaksa memotong lagi kepangan rambutnya yang masih tersisa, lalu menjualnya kepada anak perempuan yang sama. Keluarga anak itu memberinya makanan sebagai pembayarannya, sama dengan makanan yang kemarin.

Istri Ayyub membawa makanan kepada suaminya, maka Ayyub bertanya, "Demi Allah, aku tidak mau memakannya sebelum aku ketahui dari manakah makanan ini didapat."

Maka istri Ayub membuka kerudung yang menutupi kepala­nya. Ketika Ayub melihat rambut istrinya dicukur, ia sangat terpukul dan merasa sedih yang amat sangat. Maka pada saat itu juga Ayub berdoa kepada Allah SWT, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: "(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang". ( QS Al-Anbiya : 83)
(mhy)Miftah H. Yusufpati

No comments: