Dendam Karbala: Nasib Tragis Umar bin Sa'ad

Dendam Karbala: Nasib Tragis Umar bin Saad
Umar bin Saad tewas tewas bersama anaknya, Hafsh bin Umar bin Saad dalam peristiwa balas dendam pendukung Sayidina Husain. Foto/Ilustrasi: Ist
Nasib Umar bin Sa'ad bin Abi Waqqash amat tragis di akhir hayatnya. Pemimpin pasukan Ubaidillah bin Ziyad dalam menghadapi cucu Rasulullah SAW , Sayidina Husain bin Ali dalam perang Karbala ini, tewas bersama anaknya, Hafsh bin Umar bin Sa'ad.

Ahmad Dinawari dalam bukunya berjudul "Al-Akhbār al-Thiwāl" menceritakan Umar dan anaknya dibakar lalu mayatnya dikirim ke sisi Muhammad bin Hanafiyah di Madinah .

Nama asli Muhammad bin Hanafiyah adalah Muhammad bin Ali bin Abi Thalib . Jadi beliau adalah saudara Husain . Beliau salah seorang anak dari Ali bin Abi Thalib. Ibunya adalah Khaulah binti Ja'far dari Bani Hanifah, yang dinikahi Ali setelah wafatnya Fatimah az-Zahra putri Nabi Muhammad SAW.

Ibnu Umar dibunuh oleh pendukung Husain, Mukhtar bin Abi Ubaid Tsaqafi pada tahun 66 H/685. Kala itu, Mukhtar yang telah menguasai Kufah mengadakan perlawanan guna menuntut balas atas darah Imam Husain.

Sebelumnya, Imam Husain telah mengutuk Umar bin Saad. Khawarizmi dalam "Maqtal al-Husain" menyebutkan setelah Ali Akbar --putra Husain-- pergi ke medan peperangan, Imam Husain mengutuk Umar bin Sa'ad: "Semoga Allah akan memutus keturunanmu (membunuh anakmu) dan seseorang akan menguasaimu dan kau akan mati di ranjang dengan kepala terpenggal".

Ibnu A'tsam dalam "al-Futuh" menceritakan ketika Imam Husain sedang mengalami luka yang sangat parah dan jatuh di atas bumi, Umar Sa'ad mendekati Imam Husain dengan kudanya dan berdiri di atas kepala Imam Husain. Kepada pasukannya ia berkata: "Selesaikan pekerjaan atasnya, penggallah kepalanya!".

Lalu, setelah Imam Husain syahid, ia memerintahkan kepada pendukungnya untuk menginjak-injak badan Imam Husain dengan kuda-kudanya.

Tatkala terjadi perlawanan Sulaiman bin Shurad al-Khaza'i al-Kufi yang bertujuan untuk menuntut balas atas para pembunuh Imam Husain pada tahun 65 H/684, Ibnu Umar sempat melarikan diri Dar al-Imarah.

Namun ketika perlawanan Mukhtar meletus, ia kembali ke Kufah dan dengan tokoh-tokoh yang melawan Mukhtar, ia mengambil kontrol masyarakat.

Hanya saja, dengan kekalahan yang diderita oleh masyarakat Kufah, Ibnu Sa'ad lari ke arah Basrah. Di sana ia diberikan perlindungan oleh Mush'ab bin Zubair.

Mukhtar mengutus Abu Qulush Syabami, salah seorang komandannya, untuk mengejar mereka. Ia berhasil menangkap Ibnu Sa'ad dan membawanya ke hadapan Mukhtar.

Di situlah Ibnu Sa'ad dan anaknya, Hafsh bin Umar bin Sa'ad dibunuh atas perintah Mukhtar.

Pada riwayat sejarah lain dituliskan bahwa pada awalnya, Mukhtar memberi ampunan kepada Umar bin Sa'ad melalui Abdullah bin Ja'dah bin Hubairah Mahzumi. Karena saudari Mukhtar atau menurut perkataan lain, putri Mukhtar adalah istri Umar bin Sa'ad.

Hanya saja, karena Muhammad bin Hanafiyah keberatan atas tindakan ini, menurut Ibnu Abdurabbih dalam 'Aqd al-Farid, maka ia memerintahkan kepada salah seorang komandannya untuk menangkap Umar bin Sa'ad di rumahnya dan memenggal kepalanya. Ketika kepala Ibnu Sa'ad dibawa kehadapan majelis Mukhtar, anaknya, Hafsh yang sedang berada di dekat Mukhtar juga dibunuh.

Pada mulanya ia dijanjikan untuk memperoleh jabatan gubernur Rei oleh Ibnu Ziyad asal melawan Husain. Nyatanya, menjelang ajalnya, Ibnu Sa'ad tidak memiliki apa-apa lagi, ia menggambarkan dirinya: "Tidak ada seorang pun yang kembali ke rumah dengan nasib buruk sepertiku karena aku mentaati penguasa yang zalim dan telah menginjak-injak keadilan dan memotong ikatan keluarga".

Baca juga: Kisah Bani Umayyah: Tragedi Karbala, Ketika Pembunuhan dan Pemerkosaan Nodai Madinah
https://kalam.sindonews.com/read/690537/786/kisah-bani-umayyah-tragedi-karbala-ketika-pembunuhan-dan-pemerkosaan-nodai-madinah-1645228924
(mhy)Miftah H. Yusufpati

No comments: