Misteri Raja Pemilik 2 Tanduk Bernama Dzulqarnain

Misteri Raja Pemilik 2 Tanduk Bernama Dzulqarnain
Di dalam al-Quran dan hadis Nabi SAW tidak didapatkan siapakah sebenarnya sosok Dzulqarnain itu. Foto/Ilustrasi: Ist
Nama Dzulqarnain tertuang dalam QS Al-Kahfi (18) ayat 83 sampai 98. Serangkaian ayat-ayat kisah Dzulqarnain ini berjumlah 16 ayat. Namun siapa sejatinya tokoh ini tidak disebut dengan jelas. Demikian juga di dalam hadis Rasulullah SAW ataupun atsar sahabat. Tidak didapatkan siapakah sebenarnya sosok Dzulqarnain itu.

Allah SWT berfirman:

Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulqarnain. Katakanlah: “Aku akan bacakan kepadamu cerita tentangnya”. Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu. Maka diapun menempuh suatu jalan. ( QS. Al-Kahfi (18) : 83-85).

Kata “mereka” yakni orang-orang yang bertanya tentang kisah Dzulqarnain, menurut sebagian ulama dinisbahkan kepada Ahli Kitab. Sementara sebagian lagi menyatakan dinisbahkan kepada kaum musyrik atau orang-orang kafir Mekkah.

Kesepakatan sebagian besar ulama yang menyatakan bahwa ayat-ayat surat al-Kahfi merupakan ayat-ayat Makkiyyah yang diturunkan di Mekkah. Boleh jadi ini memberi informasi bahwa yang bertanya 

Pemilik Dua Tanduk
Terkait dengan kata Dzulqarnain dalam ayat tersebut, maka berbeda-beda pendapat para ulama tentang apa dan siapa yang dimaksudkan dengan Dzulqarnain.

Dzulqarnain secara harfiah berarti pemilik dua tanduk. Ada yang berpendapat bahwa dia digelar demikian karena rambutnya yang panjang disisir dan digulung sedemikian rupa, bagaikan dua tanduk; atau karena dia memakai perisai di kepala yang terbuat dari tembaga yang menyerupai tanduk.

Ada juga yang berkata bahwa dia mencetak uang logam dengan gambar berbentuk dua tanduk yang melambangkan dirinya serupa dengan Dewa Amoun.

Menurut sebagian ulama, Dzulqarnain adalah Alexander The Great dari Macedonia. Ada juga yang berpendapat dia adalah salah seorang penguasa Himyar (Yaman). Hal ini dengan alasan bahwa penguasa-penguasa Yaman menggunakan kata Dzu pada awal namanya seperti Dzu Nuwas dan Dzu Yazin.

Riwayat lain juga menyatakan dia adalah Koresy (539-560 SM) pendiri Imperium Persia. Sementara menurut Thahir Ibn ‘Asyur bahwa dia adalah seorang penguasa dari Cina dengan alasan yang kuat pula.

Ibnu Ishak menyatakan: “Diceritakan kepadaku oleh Tsaur bin Yazid, dari Khalid bin Ma’dan Al-Kala’i – Khalid adalah orang yang pernah berjumpa dengan banyak sekali manusia – bahwa Rasulullah SAW ditanya tentang Dzulqarnain, maka beliaupun menjawab: "Ia adalah seorang raja yang menyambangi bumi dari bawahnya dengan berbagai jalan."

Sementara menurut Atsar dari Ali yang dicantumkan oleh Ath-Thabari dalam Jami’ Al-Bayan dan An-Nuhas dalam Ma’ani Al-Qur’an menyatakan bahwa Ibnu Al-Kawa’ pernah bertanya kepada Ali bin Abi Thalib ra tentang Dzulqarnain, apakah ia seorang nabi ataukah malaikat?

Ali menjawab “Bukan ini (nabi) dan bukan itu (malaikat), ia adalah seorang hamba yang saleh, yang menyeru kaumnya kepada Allah ta’ala, lalu mereka melukai kepalanya (sebelah), kemudian ia menyeru mereka lagi, namun mereka malah melukai lagi kepalanya (sebelahnya lagi). Karena itu dia dijuluki Dzulqarnain.

Menurut Quraish Shihab , kata مكنا (makkanna) (dalam QS. 18: 84) terambil dari kata تمكين (tamkin), yakni memungkinkan dan menjadikan bisa dan mampu. Kemampuan dimaksud adalah kemantapan dalam hal kekuasaan dan pengaruh. Allah memantapkan bagi Dzulqarnain kekuasaan dengan menganugerahkan kepadanya pengetahuan tentang tata cara mengendalikan wilayah, serta mempermudah baginya perolehan saranan dan prasarana guna mencapai maksudnya.

Sementara kata سببا (sababan) pada mulanya berarti tali, kemudian makna ini berkembang sehingga mencakup segala sesuatu yang dapat mengantar guna meraih apa yang dikehendaki. Dengan menggunakan tali, timba dapat diturunkan ke sumur untuk memperoleh air. Dengan tali juga seseorang dapat memanjat ke atas.

Terkait dengan firman Allah SWT: "Dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu”

Ibnu Abbas mengatakan, “Ilmu tentang segala sesuatu untuk mencapai apa yang dikehendaki”. Al-Hasan mengatakan, “Untuk mencapai apa yang dikehendakinya”. Ada juga yang mengatakan, “Segala sesuatu yang dibutuhkan segala makhluk”. Ada juga yang mengatakan, “Segala sesuatu yang diperlukan oleh para raja untuk menaklukkan kota-kota dan menundukkan para musuh.

Terkait dengan ayat tersebut (QS 18: 85), menurut Ibnu Hatim dalam tafsirnya dan Al-Mawardi dalam An-Nukat wa Al-Uyun menyatakan bahwa Bisyr menceritakan kepada kami, ia berkata: Sa’id menceritakan kepada kami dari Qatadah, mengenai firman Allah swt, سببا فأتبع” Maka dia menempuh suatu jalan”, ia berkata, maksudnya adalah mengikuti tempat-tempat persinggahan dan tanda-tanda di muka bumi.

Jika ditilik secara gramatikal, susunan kata-kata dari ayat di atas tidak menyebutkan kata (siapa), dan di dalam hadis Rasulullah SAW ataupun atsar sahabat tidak didapatkan siapakah sebenarnya nama dari sosok Dzulqarnain tersebut.
(mhy) Miftah H. Yusufpati

No comments: