Orang yang Pertama Kali Memasang Kiswah Kakbah Ternyata Penyembah Berhala

Tahukah Anda? Orang yang Pertama Kali Memasang Kiswah Kakbah Ternyata Penyembah Berhala
Kain kiswah kakbah. Pada era pra-Islam, orang yang pertama kali memasang kiswah adalah Asad Abu Karb al-Himyari, penyembah berhala asal Yaman. (Foto/Ilustrasi: Pinterest)
Dia adalah As'ad Abu Karb al-Himyari. Penyembah berhala asal Yaman ini tercatat sebagai orang yang pertama kali memasang kiswah pada Kakbah . Menariknya, hal itu dilakukan setelah ia berkonsultasi dengan dua orang Yahudi .

Kisah tersebut setidaknya disampaikan sejarawan muslim Ibnu Ishaq dalam Kitab Al-Maghazi dan Kitab As-Siyar. Ibnu Hisyam, dalam "Sirah Nawabiyah" juga mengutip apa yang disampaikan Ibnu Ishaq tersebut.

Dr Jawwad Ali dalam buku berjudul "al-Mufashshal fi Tarikh al-Arab Qabla al-Islam" atau "Sejarah Arab Sebelum Islam" menyampaikan hal yang tak jauh berbeda.

Menurutnya, kaum Tubba' sangat menghormati Mekkah. Salah satu Raja Tubba', As'ad Abu Karb al-Himyari, dikisahkan adalah orang yang meletakkan kiswah pada Kakbah. "Ia juga yang membuatkan pintunya. Sejak saat itu, tradisi menutup Kakbah dengan kiswah berlaku," ujar Jawwad Ali.

Kiswah adalah kain berwarna hitam yang menutupi Kakbah. Pada era kini, setiap musim Haji, kain kiswah ini diganti oleh otoritas Haromain. Kiswah penutup Kakbah masa kini itu terbuat dari kain sutera berwarna hitam pekat dengan hiasan kaligrafi bertuliskan ayat-ayat Al-Qur'an dari benang emas dan perak.

Jawwad Ali mengatakan sebuah patung milik kaum Tubba' pernah diletakkan di Mekkah dan disembah oleh mereka. "Hanya saja, saya tidak tahu kesahihan kisah ini," ujar Jawwad Ali.

Namun hal yang pasti, kata Jawwad, adalah raja-raja Yaman pada zaman dahulu banyak yang mensucikan Kakbah yang sebelum Islam datang sejatinya adalah milik semua bangsa Arab.

Pernyaaan Jawwad Ali tersebut boleh jadi juga mengutip Ibnu Ishaq. Menurut Ibnu Ishaq, orang pertama yang menutupi Kakbah dengan kiswah adalah Raja Tubba' yang bernama Abu Karb As'ad, Raja Dinasti Himyariah dari Yaman. "Raja Tubba' dan kaumnya adalah para penyembah berhala," ujar Ibnu Ishaq.

Menurutnya, raja ini mampir ke Mekkah dalam perjalanan pulang ke Yaman. Ketika ia berada di antara Usfan dan Amaja, ia didatangi sekelompok orang dari Hudzail bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudzar bin Nizar bin Ma'ad.

Mereka berkata kepadanya, "Paduka raja, maukah paduka raja kami beritahu tentang rumah penyimpanan harta melimpah yang disembunyikan raja-raja sebelum paduka raja? Di dalamnya terdapat mutiara, zabarjad, intan berlian, emas, dan perak?"

Tubba' berkata: "Ya, saya mau".

Mereka berkata: "Yaitu rumah di Mekkah yang disembah penduduknya dan mereka sholat di sampingnya."

Orang-orang Hudzail ingin mencelakakan Raja Tubba' dengan cara seperti itu, karena mereka tahu betul bahwa siapa saja yang ingin merusak Baitullah, pasti ia celaka.

Tatkala Tubba' telah bersiap diri untuk mengikuti arahan orang-orang Hudzail, ia mengutus seseorang untuk menemui dua rahib Yahudi guna menanyakan arahan orang-orang Hudzail tersebut.
Kedua rahib Yahudi berkata kepada Tubba': "Orang-orang Hudzail hanya ingin mencelakakan dirimu dan pasukanmu, karena kita tidak tahu ada rumah selain Baitullah di muka bumi ini yang khusus dijadikan Allah sebagai rumah-Nya. Jika engkau menuruti arahan mereka, engkau pasti mati dan orang-orang yang bersamamu."

Raja Tubba' berkata kepada kedua rahib Yahudi, "Kalau begitu, apa yang kalian berdua perintahkan kepadaku, jika aku datang ke Mekkah?"

Kedua rahib Yahudi berkata, "Engkau harus berbuat seperti yang dikerjakan penduduknya. Engkau thawaf di samping Kakbah, mengagungkannya, memuliakannya, mencukur rambut di sampingnya, dan merendahkan diri di sampingnya hingga engkau keluar daripadanya."

Tubba' berkata: "Apa yang membuat kalian berdua melarangku mengikuti arahan orang-orang Hudzail?"

Kedua Rahib Yahudi berkata, "Sesungguhnya Kakbah adalah rumah ayah kita Ibrahim, dan ia seperti yang telah kami jelaskan kepadamu. Namun penduduknya memisahkan kami darinya dengan cara mereka memasang berhala-berhala di dalamnya, dan dengan darah yang mereka tumpahkan di sampingnya. Mereka orang-orang kotor dan orang-orang syirik."

Tubba' memahami nasihat kedua rahib tersebut dan kejujuran nasihat keduanya. Kemudian ia mendekat kepada sekelompok orang dari orang-orang Hudzail lalu ia memotong tangan dan kaki mereka.

Setelah itu, ia meneruskan perjalanannya hingga tiba di Mekkah. Tiba di Mekkah, ia thawaf di sekeliling Kakbah, menyembelih hewan qurban di sebelahnya, mencukur rambutnya, dan berada di sana selama enam hari.

Menurut banyak orang, Raja Tubba' menyembelih hewan qurban kemudian membagi-bagikannya kepada orang-orang, ia memberi makan penduduk Mekkah, dan memberi mereka minum madu.

Suatu hari, Raja Tubba' bermimpi dalam tidurnya mendapat perintah untuk menutup Kakbah. Kemudian ia menutupinya dengan kain kasar. la bermimpi lagi agar ia menutupi Kakbah dengan kain yang lebih bagus, kemudian ia menutupinya dengan kain ma'afir (jenis kain Yaman).

Ia bermimpi lagi agar ia menutupinya dengan kain yang lebih bagus, kemudian ia menutupinya dengan kain mahal ketika itu yaitu kain Al-Mala'a dan Al-Washail.

Menurut orang-orang ketika itu, Tubba' adalah orang yang pertama kali menutup Ka'bah dan mewasiatkannya kepada para gubernurnya dari orang-orang Jurhum. Ia perintahkan mereka membersihkan Kakbah; darah, bangkai, dan darah haid tidak boleh didekatkan kepadanya.

Setelah itu, Tubba' pulang ke Yaman bersama pasukannya dan dua rahib Yahudi. Tiba di Yaman, ia mengajak penduduk Yaman masuk kepada agamanya, namun mereka menolak ajakan Tubba'. Mereka menyerahkan persoalan Tubba' kepada api di Yaman.

(mhy)
Miftah H. Yusufpati

No comments: