Nabi Nuh, Rasul Pertama dan Semua Manusia Masa Kini adalah Keturunannya

Nabi Nuh, Rasul Pertama dan Semua Manusia Masa Kini adalah Keturunannya
Nabi Nuh adalah rasul pertama yang diutus untuk semua manusia. (Foto/Ilustrasi : Ist)
Nabi Nuh adalah rasul pertama. Banjir besar menyebabkan terbunuhnya semua manusia, kecuali orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang ikut Nabi Nuh dalam bahteranya. Pasca banjir, semua orang-orang beriman di luar keluarga Nabi Nuh meninggal. Mereka tidak memiliki keturunan.

"Di dunia ini, pada hari ini, anak-anak Adam adalah keturunan langsung dari Nuh dan tidak ada keturunan Adam lainnya," tulis Ath-Thabari dalam bukunya "Tarikh al-Rusul wa al-Muluk".

Menurutnya, mereka yang ikut bersama Nabi Nuh di bahtera adalah orang-orang yang beriman kepadanya dan mengikutinya. Namun, mereka menghilang dan binasa, dan tidak ada keturunan mereka yang selamat.

Selanjutnya Ath-Thabari mengutip firman Allah SWT dalam Al-Quran surat As-Saffat ayat 77: "Dan Kami jadikan anak cucunya (Nuh) orang-orang yang melanjutkan keturunan."

Ibnu Katsir dalam bukunya "Qashash Al-Anbiya" menambahkan, setelah Nuh mendarat di al-Judi dan melanjutkan hidupnya bersama orang-orang yang beriman, Al-Quran menutup tirai pada kisah selanjutnya. Tidak diketahui bagaimana urusan dia dengan para pengikutnya berlanjut. Yang diketahui atau dapat dipastikan adalah, bahwa pada saat kematiannya, dia meminta putranya untuk menyembah hanya kepada Allah saja, Nuh kemudian meninggal.

Ulama pada masa awal Islam, Ibnu Abbas , pun mengatakan hal yang serupa ketika menjelaskan tentang ayat di atas. Ibnu Abbas berkata, “Hanya keturunan dari Nuh yang tersisa.”

Namun demikian, tidak semua tafsir berkata demikian, Quraish Shihab mengatakan, bahwa ada juga tafsir yang memiliki pendapat bahwa banjir bah pada masa Nuh tidak melanda seluruh bumi, sehingga memungkinkan adanya manusia lain.

Pasca Banjir
Sementara itu, Qatadah bin an-Numan meriwayatkan peristiwa selanjutnya setelah bahtera tiba di al-Judi. Qatadah berkisah, ketika Nuh turun dari bahtera pada hari kesepuluh al-Muharram, dia berkata kepada mereka yang bersamanya: "Bagi kalian yang telah berpuasa harus menyelesaikan puasanya, dan bagi kalian yang telah berbuka puasa harus berpuasa."

Ibnu Katsir melanjutkan Nuh melepaskan burung-burung, dan mereka beterbangan menyebar ke muka bumi. Setelah itu orang-orang beriman turun. Nuh meletakkan dahinya ke tanah dalam sujud.

Para pengikut Nuh menyalakan api dan duduk di sekitarnya. Menyalakan api dilarang selama di atas kapal, agar tidak menyalakan kayu bahtera dan membakarnya.

"Tak satu pun dari mereka makan makanan panas sepanjang seluruh periode banjir. Setelah pendaratan, ada satu hari puasa sebagai tanda terima kasih kepada Allah,” tulis Ibnu Katsir.

Setelahnya, Nuh kemudian membagi wilayah bumi kepada putra-putranya, sebagaimana dikatakan oleh Amir bin Sharahil al-Sha'bi, bahwa ketika Nuh, keturunannya, dan semua yang ada di dalam bahtera turun ke bumi, dia membagi bumi kepada para putranya ke dalam tiga bagian.

Kepada Sem, dia memberikan bagian tengah bumi di mana Yerusalem, Sungai Nil, Sungai Efrat, Tigris, Sayhan, Jayhan (Gihon), dan Fayshan (Pison) berada. Itu memanjang dari Pison ke timur Sungai Nil, dan dari daerah dari mana angin selatan bertiup hingga ke daerah dari mana angin utara bertiup.

Kepada Ham, dia memberikan bagian (bumi) di sebelah barat Sungai Nil dan daerah-daerah yang melampaui wilayah tempat angin barat bertiup. Bagian yang dia berikan kepada Yafet terletak di Pison dan daerah-daerah yang melampaui tempat angin timur bertiup.

Wasiat Nabi Nuh
Abdullah bin Amr bin al-As meriwayatkan, bahwa Nabi Muhammad SAW berkata, ketika kematian Rasul Allah Nuh mendekat, dia memperingatkan para putranya: "Sungguh aku akan memberimu nasihat yang jauh jangkauannya, memerintahkan kalian untuk melakukan dua hal, dan memperingatkan kalian untuk tidak melakukan dua hal juga."

"Aku meminta kalian untuk beriman bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan bahwa jika tujuh langit dan tujuh bumi diletakkan pada satu sisi dari suatu ukuran, dan kata-kata “tidak ada tuhan selain Allah” ditempatkan di sisi yang lain, yang terakhir akan lebih besar daripada yang pertama. Aku memperingatkan kalian untuk tidak menyekutukan Allah dan melawan kesombongan.” (Sahih al-Bukhari)

Beberapa tradisi mengatakan bahwa makam Nuh berada di Masjid Suci di Mekkah, sementara yang lain mengatakan bahwa dia dimakamkan di Baalabak, sebuah kota di Irak.

Rasul Pertama
Nabi Nuh adalah rasul pertama yang diutus Allah untuk penduduk bumi. Ibnu Katsir menulis ketika kerusakan telah meluas di muka bumi, kesesatan telah mewabah di seluruh pelosok negeri dengan disembahnya berhala di mana-mana, maka Allah mengutus hamba dan Rasul-Nya, Nuh AS.

Ia mengajak masyarakat untuk kembali menyembah Allah semata, tidak menyekutukan-Nya, dan melarang mereka untuk menyembah selain-Nya.

Karena itulah Nuh dikatakan sebagai Rasul pertama yang diutus Allah untuk penduduk bumi, sebagaimana disebutkan dalam Kitab Shahihain tentang syafaat.

Dari Abu Hayyan, dari Abu Zur'ah bin Amru bin Jarir, dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda, ... Lalu mereka mendatangi Adam dan berkata: “Wahai Adam, engkau adalah bapak manusia, Allah menciptakanmu dengan Tangan-Nya, ditiupkan kepadamu roh ciptaan-Nya, memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepadamu, dan menganugerahkan dirimu dengan tinggal di surga, sudikah kiranya engkau memintakan syafaat kepada Tuhanmu untuk kami? Tidakkah engkau lihat keadaan kami dan apa yang kami rasakan?”

Lalu Adam berkata, “Tuhanku sungguh telah murka, tidak pernah ada kemurkaan seperti ini sebelumnya, dan tidak akan pernah ada kemurkaan seperti ini selanjutnya. Aku telah dilarang untuk tidak memakan buah dari pohon terlarang, namun aku melanggarnya. Dirikulah (yang seharusnya mendapatkan syafaat), dirikulah (yang seharusnya mendapatkan syafaat). Pergilah kalian kepada orang lain, pergilah kalian kepada Nuh.”

Lalu mereka mendatangi Nuh dan berkata, “Wahai Nuh, engkau adalah Rasul pertama bagi penduduk bumi, dan engkau telah diakui sebagai hamba yang bersyukur oleh Allah, tidakkah engkau lihat keadaan kami ini? Sudikah kiranya engkau memintakan syafaat kepada Tuhanmu untuk kami?”

Lalu Nuh berkata, “Tuhanku sungguh telah murka, tidak pernah ada kemurkaan seperti ini sebelumnya, dan tidak akan pernah ada kemurkaan seperti ini selanjutnya. Dirikulah (yang seharusnya mendapatkan syafaat), dirikulah (yang seharusnya mendapatkan syafaat)..” dan seterusnya hingga akhir hadis ini seperti disebutkan oleh Bukhari pada kisah Nuh.

Kisah ini diriwayatkan Bukhari Bab Kisah Para Nabi, Bagian: Firman Allah, “Sungguh, Kami benar benar telah mengutus Nuh kepada kaumnya.” dan Muslim, Bab Iman, Bagian: Nikmat yang Paling Rendah untuk Penghuni Surga.

(mhy)
Miftah H. Yusufpati

No comments: