Azab Allah Taala kepada Kaum Luth dan Hasil Penelitian Ilmiah di Lokasi Kejadian

Azab Allah Taala kepada Kaum Luth dan Hasil Penelitian Ilmiah di Lokasi Kejadian
Luasnya ledakan udara kosmik di Tunguska, Siberia (1908), ditumpangkan di wilayah Laut Mati. (Foto/Ilustrasi: Bunch dkk/scinews)
Kitab suci Al-Qur'an telah menginformasikan kepada kita bahwa Allah SWT mengazab umat Nabi Luth AS yang mempraktikkan perilaku seks menyimpang. Peristiwa diazabnya umat Nabi Luth diabadikan di Al-Quran yang berbunyi: “Dan Kami hujani atas mereka hujan (batu), maka lihatlah bagaimana kesudahan para pendurhaka.’’ ( QS al-Araf [7] : 84)

Sementara itu, sebuah penelitian menyimpulkan bahwa wilayah bekas kaum Sodom tersebut hancur oleh meteor. Hasil penelitian tersebut telah diumumkan pada September 2021 lalu.

Kesimpulan itu didapat setelah para peneliti melakukan penggalian ekstensif di Tall el-Hammam selama 15 tahun, sejak 2006. Penelitian melibatkan lebih dari dua lusin ilmuwan terdiri dari arkeolog, ahli geologi, ahli geokimia, ahli geomorfologi, ahli mineral, ahli paleobotani, ahli sedimentologi, ahli dampak kosmis, dan dokter medis.

Di luar itu mereka dibantu oleh para mahasiswa pascasarjana dan doktoral dan sejumlah besar sukarelawan dari seluruh Amerika Utara dan Selatan, Eropa, Afrika, Asia, Australia, Selandia Baru, dan Timur Dekat.

Disebutkan bahwa sebuah batu meledak dalam bola api besar sekitar 2,5 mil (4 kilometer) di atas tanah. Ledakan itu sekitar 1.000 kali lebih kuat dari bom atom Hiroshima. Kejadian ini terjadi di Tall el-Hammam di lembah Yordania 3.800 tahun lalu yang kini merupakan lokasi Kota Sodom dan Gomora.

Kala itu, suhu udara dengan cepat naik di atas 3.600 derajat Fahrenheit (2.000 derajat Celcius). Hampir seketika, seluruh kota terbakar. Beberapa detik kemudian, gelombang kejut besar menghantam kota.

Untuk mengetahui apa yang terjadi, peneliti menggunakan Kalkulator Dampak Online dengan membuat model skenario yang sesuai dengan bukti. Dibangun oleh ahli dampak, kalkulator ini memungkinkan peneliti untuk memperkirakan banyak detail dari peristiwa itu.

Soal Lokasi
Tell el-Hammam (juga Tall al-Hammam) adalah sebuah situs arkeologi di Yordania, di bagian timur Lembah Yordan bagian bawah dekat dengan muara Sungai Yordan. Situs ini memiliki sisa-sisa substansial dari Zaman Perunggu Kalkolitik, Awal, Menengah dan Pertengahan, dan dari Zaman Besi II.

Perihal daerah kaum Luth yang diazab Allah SWT menurut Ath-Thabari dalam bukunya berjudul "Tarikh al-Rusul wa al-Muluk" adalah wilayah bernama al-Mutafikah, di dalamnya terdapat lima kota, yaitu Sabah, Sarah, Amarah, Duma, dan Sodom. Kota yang terakhir disebutkan adalah kota yang paling besar di antara kelimanya.

Menurut Ath-Thabari, Sodom kini terletak di Yordania. Keterangan tempat ini didapatkan dari riwayat yang disampaikan oleh Muhammad bin Ka’ab al-Quradhi, seorang generasi kedua dari Tabiin yang tinggal di Kufah.

Sementara itu, Ibnu Katsir dalam bukunya "Qashash Al-Anbiya" menyebut dengan lebih detail, menurut dia, lokasinya berada di pantai bagian barat Laut Mati, atau dalam bahasa Arab disebut Al-Bahr al-Mayyit.

Danau Luth diperkirakan berada 400 meter di bawah permukaan Laut Tengah. Karena lokasi terdalam dari danau tersebut adalah 400 meter, dasarnya berada di kedalaman 800 meter di bawah Laut Tengah. Inilah titik yang terendah di seluruh permukaan bumi. Di daerah lain yang lebih rendah dari permukaan laut, paling dalam adalah 100 meter.

Sifat lain dari Danau Luth adalah kandungan garamnya yang sangat tinggi, kepekatannya hampir mencapai 30 persen. Oleh karena itu, tidak ada organisme hidup, semacam ikan atau lumut, yang dapat hidup di dalam danau ini. Hal inilah yang menyebabkan Danau Luth dalam literatur-literatur Barat lebih sering disebut sebagai "Laut Mati".

Konon, jika seseorang bersampan (mendayung) melintasi Danau Luth ke titik paling utara dan matahari sedang bersinar pada arah yang tepat, ia akan melihat sesuatu yang sangat menakjubkan.

Pada jarak tertentu dari pantai dan jelas terlihat di bawah permukaan air, maka akan tampaklah gambaran bentuk hutan yang diawetkan oleh kandungan garam Laut Mati yang sangat tinggi. Batang dan akar di bawah air yang berwarna hijau berkilauan tampak sangat kuno.

Lembah Siddim, di mana pepohonan ini dahulu kala bermekaran daunnya menutupi batang dan ranting, merupakan salah satu tempat terindah di daerah ini. Keindahan Laut Mati ini dilukiskan seperti ''like the garden of God.''

Bentuk Azab
Sebagaimana telah disebutkan bahwa peristiwa diazabnya umat Nabi Luth di kota Sodom antara lain diabadikan di dalam ayat Al-Qur'an yang berbunyi: “Dan Kami hujani atas mereka hujan (batu), maka lihatlah bagaimana kesudahan para pendurhaka.’’ (QS al-Araf [7]: 84)

Menafsirkan ayat ini, Muhammad Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah menjelaskan, bahwa sementara ulama memahami dari penggunaan bentuk nakirah/indefinite terhadap kata matharan (hujan) di dalam ayat di atas adalah sebagai isyarat bahwa hujan yang dimaksud adalah sesuatu yang luar biasa dan ajaib.

Hujan tersebut juga dijelaskan dalam Surat Hud ayat 82 sampai 83 yang berbunyi: “Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan (negeri kaum Luth itu) yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka bertubi-tubi dengan batu dari tanah yang terbakar, yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim.” (QS Hud [11]: 82-83)

Di dalam ayat lainnya, juga dijelaskan: “Demi umurmu! Sesungguhnya mereka di dalam kemabukan mereka terombang-ambing.” Maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur, ketika matahari akan terbit. Maka Kami jadikan yang di atasnya ke bawahnya dan Kami hujani mereka dengan (batu) sijjil."

"Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat ayat-ayat bagi orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda. Dan sesungguhnya ia benar-benar terletak di jalan yang masih tetap. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda bagi orang-orang mukmin.” (QS al-Hijr [15]: 72-77)

Terkait penggambaran azab dalam ayat di atas, Quraish Shihab mengatakan, jangan duga apa yang diuraikan ini tanpa dasar atau kisah khayal. Peristiwanya benar-benar terjadi dan masih segar dalam ingatan masyarakat dan sesungguhnya ia, yakni pemukiman kaum Luth itu, benar-benar terletak di jalan umum yang masih tetap sehingga dapat dilalui dan dilihat bekas-bekas kehancurannya oleh para pejalan.

Firman-Nya faja alna alaiha safilaha (Kami jadikan yang di atasnya ke bawahnya), di samping memberi gambaran tentang kehancuran total, juga mengesankan persamaan sanksi itu dengan kedurhakaan mereka. Bukankah mereka juga memutarbalikkan fitrah?

Sedangkan kata sijjil dalam ayat di atas, menurut al-Biqai mengandung makna ketinggian. Atas dasar itu, ulama ini memahami batu-batu tersebut dilemparkan dari tempat yang tinggi.

Sementara itu Thabathabai mendukung pendapat yang menyatakan bahwa kata tersebut berasal dari bahasa Persia yang mengandung makna batu dan tanah yang basah.

Mengenai bekas-bekas kehancuran setelah turunnya azab, ayat lain berkata: “Dan sesungguhnya Kami tinggalkan darinya satu tanda yang nyata bagi orang-orang yang berakal.” (QS al-Ankabut [29]: 35)

Kata min pada firman-Nya: tarakna minha (Kami tinggalkan darinya) di dalam ayat di atas, dapat juga berarti sebagian, sehingga penggalan ayat itu bermakna: “Kami tinggalkan pada sebagian negeri itu bukti yang jelas yang menunjukkan Kuasa Kami.”

Apa pun maknanya, yang jelas di Sodom yang terletak di sebelah selatan Laut Mati Yordania, terdapat bukti tentang kebinasaan kaum Luth itu. Bukti dimaksud menurut Ibnu Asyur adalah apa yang di temukan di “Danau Luth” berupa bekas-bekas negeri itu serta sisa belerang dan benda-benda yang digunakan menghujani mereka dengan siksa dari langit itu.

Menurut al-Biqai, warna air di sana sangat hitam, berbeda dengan warna di tempat lain. Thabathabai yang hidup di masa kontemporer ini berpendapat bahwa kini kita tidak lagi mengetahui tempatnya tidak juga bekas-bekasnya, tetapi ayat ini menyatakan bahwa tanda itu jelas dikenal paling tidak pada masa turunnya Al-Qur'an.

Dalam berbagai penelitian yang dilakukan, peristiwa atau lokasi kejadian diazabnya umat Luth AS ini adalah di Kota Sodom, di daerah yang sekarang dikenal dengan nama Laut Mati atau di danau Luth yang terletak di perbatasan antara Israel dan Yordania.

Sisa-Sisa Kehancuran
Selama ribuan tahun terkubur, kini jejak atau sisa-sisa kehancuran umat Nabi Luth ini berhasil ditemukan oleh para ahli arkeologi di sekitar Laut Mati.

Tim ilmuwan dari New Mexico Tech, Northern Arizona University, NC State University, Elizabeth City (NC) State University, DePaul University, Trinity Southwest University, Comet Research Group, dan Los Alamos National Laboratories mendapati hancurnya Tall el-Hammam akibat asteroid.

Di luar penelitian tersebut, jauh sebelum itu juga sudah dilakukan penelitian oleh ilmuan yang berbeda. Pada awalnya, penelitian dilakukan oleh seorang ahli purbakala, William Albright, pada 1924 di sekitar Laut Mati.

Beberapa orang yang bersama William Albright mencari keberadaan sisa-sisa Kota Sodom dan Gomorah, hingga akhirnya mereka menemukan situs purbakala Bab-Edh-dhra (dibaca: Babhedra).

Bab-edh-dhra adalah makam terbesar khas zaman perunggu yang mereka gali, panjangnya 15 meter dan lebarnya 7 meter. Di sini mereka juga menemukan makam berisi perhiasan emas dan menggali lebih 700 tembikar yang merupakan hadiah penguburan, termasuk tempat parfum kecil dan banyak benda lain, seperti kain.

Konon, makam ini telah digunakan selama 1000 tahun lamanya, dari zaman Ibrahim hingga penghancuran Kota Sodom.

Keberadaan umat Nabi Luth di sekitar laut mati ini diperkuat dengan ulasan National Geographic edisi Desember 1957:

''Gunung Sodom, tanah gersang dan tandus muncul secara tajam di atas Laut Mati. Belum pernah seorang pun menemukan Kota Sodom dan Gomorah yang dihancurkan, namun para akademisi percaya bahwa mereka berada di Lembah Siddim yang melintang dari tebing terjal ini. Kemungkinan air bah dari Laut Mati menelan mereka setelah gempa bumi.''

Selanjutnya, ahli purbakala lainnya, Paul Lapp dan Thomas Schaub, melakukan penggalian kembali di sekitar Laut Mati pada 1967. Dan kemudian, penggalian diteruskan oleh Werner Keller, seorang ahli arkeologi asal Jerman di sekitar Laut Mati.

Dengan merujuk pada keterangan Al-Qur'an mengenai dijungkirbalikkannya kota tempat kediaman umat Nabi Luth, Werner Keller menyatakan: ''Bersama dengan dasar dari retakan yang sangat lebar ini, yang persis melewati daerah ini, Lembah Siddim, termasuk Sodom dan Gomorah, dalam satu hari terjerumus ke kedalaman. Kehancuran mereka terjadi melalui sebuah peristiwa gempa bumi dahsyat yang mungkin disertai dengan letusan, petir, keluarnya gas alam serta lautan api.''

Werner percaya bahwa umat Nabi Luth dihancurkan melalui sebuah gempa bumi yang sangat hebat. Berkaitan dengan hal ini, Werner Keller menulis: ''Pergeseran patahan membangkitkan tenaga vulkanik yang telah tertidur lama sepanjang patahan. Di lembah yang tinggi di Yordania dekat Bashan masih terdapat kawah yang menjulang dari gunung api yang sudah mati; bentangan lava yang luas dan lapisan basal yang dalam yang telah terdeposit pada permukaan batu kapur.''

Perihal meteor pernah juga disampaikan para Para arkeolog dari Trinity Southwest University, sebuah lembaga pendidikan tinggi Kristen di Albuquerque, New Mexico, AS. Seperti dilaporkan dari Sputniknews pada 23 November 2018, mereka mengklaim peradaban di wilayah Laut Mati hancur 3.700 tahun yang lalu setelah dihantam meteor.

Selama pertemuan tahunan American Schools of Oriental Research di Denver, Colorado, peneliti Phillip Silvia melaporkan temuan awal dari penggalian mereka di daerah tersebut, yang oleh beberapa ilmuwan dianggap sebagai rumah bagi kota-kota yang disebut dalam Alkitab dan Al-Quran sebagai Sodom dan Gomora.

Hasilnya menunjukkan bahwa kota-kota dan pemukiman di wilayah Ghor Tengah di Lembah Yordan, di mana sekitar 65.000 orang tinggal semasa waktu tersebut, binasa akibat gelombang panas yang membawa angin dan partikel kecil.

Gelombang ledakan juga memicu terciptanya air asin di Laut Mati. Menurut para peneliti, ledakan tersebut tidak hanya menghapus seluruh kehidupan kota-kota Zaman Perunggu Tengah tersebut, tetapi juga lahan yang dulunya subur.

Menurut para ilmuwan, ledakan meteor menyebabkan bencana yang menyapu bersih kawasan itu, termasuk kota kuno Tall el-Hammam, tempat para peneliti melakukan penggalian selama bertahun-tahun.

Penanggalan radiokarbon dilaporkan mengungkapkan bahwa dinding bata-lumpur tiba-tiba menghilang di kota Ghor Tengah, karena hanya fondasi batu yang tersisa.

Permukaan tembikar yang ditemukan di situs itu meleleh menjadi kaca, yang mungkin merupakan hasil dari suhu ekstrem. Setelah dugaan ledakan meteor, orang-orang dipastikan tidak mau kembali ke wilayah Laut Mati tersebut selama 600-700 tahun.

Hal yang menakutkan adalah peneliti meyakini hampir pasti ini bukan kali terakhir kota di dunia mengalami nasib yang hancur akibat asteroid. Kekhawatiran ini diperkuat dengan data pada September 2021, ada lebih dari 26.000 asteroid dekat Bumi yang diketahui dan seratus komet dekat Bumi periode pendek.

(mhy) Miftah H. Yusufpati

No comments: