Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu

Islam dalam sejarah kebudayaan melayu

Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu merupakan jawaban Syed M Naquib Al Attas terhadap kekeliruan-kekeliruan ilmuwan Barat dalam menyimpulkan sejarah Melayu-Indonesia

 Buku Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu mencoba mengungkap fakta keagungan umat Melayu-Islam yang selama ini diselewengkan oleh para orientalis. Kita mungkin pernah mendengar sejarah masuknya Islam hanya melalui jalur perdagangan, perkawinan, juga politik. Atau sejarah penjajahan beratus tahun lamanya yang tiada sedikitpun memberi kesan damai. Akan tetapi, Al-Attas memiliki pandangan berbeda, baginya hal tersebut tidak dapat dianggap sah.

Jika diperhatikan, akan ada keganjilan. Mengapa masyarakat Melayu-Indonesia yang sebagian besar penduduknya muslim namun tidak paham sejarahnya sendiri? Tidak menjadi gelombang besar yang mampu menguasai peradaban. Itu semua disebabkan sejarah Islam telah diabaikan. Peranannya, telah dihilangkan.

Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu

Sebelum datangnya Islam, agama hanya seolah milik raja-raja dan bangsawan. Mereka menganut agama Hindu hanya untuk memperkokoh kekuasaannya. Sebab dalam ajarannya menganggap raja adalah jelmaan dewa. Sedangkan rakyat jelata tak acuh akan hal itu.

Kepercayaan tersebut membuat akal terpinggirkan. Nampak pada aspek kesusastraan (roman, mitos, sejarah, hikayat, dongeng) yang kental dengan konsep keagungan keraton dan istana. Demikian itu bukan malah menerangi akal dalam beragama. Hasil karya tersebut justru membuat masyarakat takjub agar langsung meyakini kehebatan yang memegang kuasa. Agama akhirnya memendam akal manusia.

Sedangkan dalam menilai peranan dan kesan Islam, kita harus mengedepankan aspek bahasa dan tulisan. Kedua hal itulah yang menggambarkan pemikiran dan menjadi saksi bisu atas kenyataan masa lalu. Di sisi lain, sifat asasi manusia adalah akalnya. Akal inilah yang menjadi penghubung antara dia dan Hakikat semesta. Bukan sebatas citra kemegahan yang disematkan pada raja.

Kemudian Islam hadir sebagai pelita. Digunakannya konsep lama (yang konotasinya sudah diubah menjadi Islam) sebagai perantara berdakwah; misalnya menggunakan wayang. Selain itu, dengan masuknya Islam di Melayu, dengan bertukarnya agama Hindu-Buddha-Animisme kerajaan Melayu kepada Islam, maka membumi pula abjad Arab dan tulisan Arab yang membuat revolusi besar terhadap bahasa Melayu.

Hingga pada abad ke-16 dan 17, merupakan abad kesuburan dalam penulisan sastra, metafisika dan teologi rasional. Al-Qur’an diterjemahkan, tafsirnya dituliskan. Zaman inilah yang sebenarnya menandakan zaman pembangunan rasionalisme dan intelektualisme bagi kepulauan Melayu-Indonesia yang sebelumnya tidak pernah terjadi di Asia Tenggara.

Islam semakin tersebar di Masyarakat Melayu

Disebutkan dalam buku Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu, sejak saat itu juga ajaran Islam semakin tersebar pada jiwa masyarakat Melayu-Indonesia. Mampu mengubah pandangan hidup dan dasar kebudayaan. Mengubah haluan estetik kepada saintifik. Bisa dikatakan Islamlah yang membawa faham satu agama dan satu bahasa bagi masyarakat.

Adapun yang menjadi tugas besar sekarang ini adalah mendalami ilmu pengetahuan. Sebab kehampaan atas pengetahuan mengenai Islam dan peranannya dalam sejarah dan kebudayaan, akan membawa pada penderitaan.

Kita menghadapi tantangan dari Barat yang kini memegang kemudi, dengan mudahnya membelokkan fakta sejarah. Sejarah bangsa yang diajarkan di dunia pendidikan, merupakan hasil racikan asing yang menggambarkan kelemahan dalam bidang akhlak dan kesusilaan. Sifat yang tergambar malah sifat perbudakan yang menimbulkan rasa malu terhadap sejarah bangsa.

Dari pelajaran yang ada, tiada nampak peranan Islam. Islam tidak berkesan penting, tidak membawa perubahan pada nasib bangsanya. Justru seakan Kebudayaan Baratlah yang membawakan cahaya di tengah gulita. Inilah yang terjadi pada bangsa kita. Kita telah kehilangan jati diri sebab ajaran yang ditanamkan di lembaga-lembaga pendidikan.

Selain Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu, baca juga resume-resume menarik lainnya di Hidayatullah.com

Dalam buku Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu, Prof. Al-Attas membuat rumusan bahwa kita harus menggunakan konsep baru untuk keluar dari problem ini. Adapun solusi yang ditawarkannya, jika dirangkum antara lain sebagai berikut: 1) Melakukan pengkajian bahasa dan kesusastraan yang meliputi agama, filsafat, sejarah, kesenian, dll. 2) Memaksimalkan peran institut yang fokus di bidang Bahasa, Kesusastraan dan Kebudayaan sebagai lembaga yang menyertakan unsur Islam di dalam pengkajiannya, penelitian serta pengajarannya. 3) Menyelenggarakan pengkajian terhadap peninggalan sejarah peradaban dan kebudayaan Melayu-Indonesia. 4) Mempelajari bahasa Sanskerta dan Belanda. 5) Mengkaji dasar pemikiran yang menimbulkan faham filsafat dan tasawuf. 6) Mempelajari ilmu persajakan Arab dan Persia. 7) Mempelajari pemikiran Barat. 8) Mempelajari ilmu linguistik, dan 9) Mempelajari worldview Islam.

Dengan cara itu, Islam dalam sejarah dan kebudayaan melayu akan terungkap. Semangat berkebangsaan dan keberislaman tidak akan dapat dipisahkan. Bangsa kita akan kembali menemukan ruhnya. Bangsa dan agama kita berhak merdeka dari tawanan sejarahnya.

Penulis: Syed M. Naquib Al-Attas
Penerbit: Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM)
Tahun: 1990
Cetakan: keempat
Tebal: 76 halaman

Oleh: Apriyanti Kartika Agustin
(Founder Komunitas Baca Kata Baca Fenomena)

Rep: Ahmad
Editor: Bambang S

No comments: