Tangis Pilu Rasulullah SAW Setelah Melihat Jenazah Hamzah yang Dimutilasi

Tangis Pilu Rasulullah SAW Setelah Melihat Jenazah Hamzah yang Dimutilasi
Ibnu Masud mengatakan: Kami tidak pernah melihat Rasulullah SAW dalam keadaan menangis lebih sesenggukan daripada tangisnya atas Hamzah bin Abdul Muthalib. (Ilustrasi : Ist)
Rasulullah SAW menangis begitu melihat jenazah pamannya, Hamzah bin Abdul Muthalib , yang syahid dalam Perang Uhud . Tangis beliau kian menjadi setelah mendapati tubuh Hamzah dimutilasi. “Di hadapan Allah, Hamzah akan menjadi pemimpin dari seluruh syuhada pada Hari Kiamat ,” ujar Rasulullah SAW.
Ibnu Ishaq dalam bukunya berjudul Sirat Rasul Allah menyebutkan setelah perang usai, kaum Quraisy kemudian pergi. Nabi memerintahkan kepada Ali bin Abi Thalib untuk melihat ke arah mana mereka pergi, apakah pulang ke Makkah atau justru ke Madinah?

Setelah Ali memastikan bahwa mereka pergi ke arah Makkah, barulah Rasulullah bersama kaum Muslimin mencari jenazah para syuhada.

Ada banyak riwayat tentang bagaimana Rasulullah mencari SAW dan menemukan para jenazah ini. Dalam merangkai riwayat-riwayat tersebut untuk menjadi kesatuan kronologis, para sejarawan pun memiliki perbedaan satu sama lain.

Ibnu Hisyam dalam Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury,Sirah Nabawiyah memaparkan setelah menemukan para jenazah, Rasulullah SAW bersabda, “Aku menjadi saksi atas mereka, bahwa tidaklah ada yang terluka karena Allah, melainkan Allah akan membangkitkannya pada hari kiamat, lukanya berdarah, warnanya warna darah, namun baunya adalah bau minyak kesturi.”

Setelahnya Rasulullah SAW mencari jenazah Hamzah, Jabir bin Abdullah meriwayatkan:

Saat mereka kembali ke medan Perang Uhud, Rasulullah tidak dapat menemukan Hamzah.

Seseorang berkata, “Aku melihatnya di dekat pohon itu (waktu masih hidup) saat dia berkata, ‘Aku adalah singa Allah dan singa rasul-Nya. Ya Allah! Aku melepaskan diriku dari apa yang telah dilakukan orang-orang itu (Abu Sufyan dan yang lainnya) dan aku mencari pengampunan dari apa yang telah dilakukan orang-orang ini (yaitu para Muslim, mengacu kepada perilaku mereka sendiri yang menyebabkan kekalahan).”

Rasulullah pergi ke arah itu dan mulai menangis ketika melihat dahi Hamzah. Namun, ketika Rasulullah melihat bagaimana jenazah Hamzah dimutilasi, beliau menangis sejadi-jadinya.

Rasulullah kemudian bertanya, “Apakah tidak ada kafan?”

Salah seorang Ansar berdiri dan menghamparkan selendang ke tubuhnya. Setelah itu, Rasulullah bersabda, “Di hadapan Allah, Hamzah akan menjadi pemimpin dari seluruh syuhada pada Hari Qiyamah.” (HR Hakim dibenarkan oleh Dhahabi, dalam Hazrat Maulana Muhammad Yusuf Kandehelvi, The Lives of The Sahabah (Hayatus Sahabah).

Muhammad bin Abdul Wahhab, Mukhtasar Seerat ur Rasool dalam Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury menyebutkan Ibnu Masud juga meriwayatkan, “Kami tidak pernah melihat Rasulullah SAW dalam keadaan menangis lebih sesenggukan daripada tangisnya atas Hamzah bin Abdul Muthalib. Beliau memeluknya, kemudian berdiri di sampingnya. Beliau menangis lagi hingga terisak-isak.”

Khabbab bin Arat meriwayatkan, “Aku menyaksikan pemakaman Hamzah ketika kami tidak dapat menemukan apa pun untuk menutupi tubuhnya selain sehelai selendang. Namun, (selendang itu sangat kecil) ketika kami menutupi kakinya, kepalanya akan terlihat, dan ketika kami menutupi wajahnya, kakinya yang akan terlihat. Kami akhirnya menutupi kepalanya dan meletakkan rumput idhkhir di atas kakinya.”

Sedangkan Abu Hurairah meriwayatkan: Rasulullah berdiri di dekat tubuh Hamzah bin Abdul Muthalib ketika dia syahid, pemandangan itu lebih menyakitkan dari yang pernah dia saksikan karena tubuhnya telah dimutilasi dengan kejam.

Rasulullah mengucapkan kata-kata yang kurang lebih seperti ini, “Semoga Allah menghujani rahmat-Nya kepadamu. Setahuku, engkau adalah orang yang menjaga ikatan kekeluargaan dan selalu melakukan perbuatan baik.

“Demi Allah! Jika bukan karena itu akan menyebabkan duka tambahan bagi keluargamu, aku lebih suka meninggalkanmu dalam kondisi ini agar Allah membangkitkanmu dari perut hewan liar (yang akan memakan jenazahmu).”

Rasulullah kemudian menambahkan, “Camkan ini! Aku bersumpah demi Allah untuk membalaskan dendammu, aku akan memutilasi tujuh puluh orang kafir seperti yang telah mereka lakukan kepadamu.”

Saat itulah Jibril datang dengan ayat berikut ini: .
وَإِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوا۟ بِمِثْلِ مَا عُوقِبْتُم بِهِۦ ۖ وَلَئِن صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِّلصَّٰبِرِينَ


Dan jika engkau memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika engkau bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.” ( QS an-Nahl : 126 )

Rasulullah kemudian membayar penebusan (karena tidak memenuhi sumpah) dan menahan diri untuk tidak melakukannya (pembalasan).

Ibnu Ishaq meriwayatkan riwayat yang hampir mirip (yakni Rasulullah bersumpah akan membalas), namun A Guillaume (penerjemah Sirat Rasul Allah Ibnu Ishaq) meragukan kebenaran hadis ini, menurutnya hadis ini sudah ditambah-tambahkan. Namun jika hadis ini benar, menurutnya, hadis ini dapat menjadi preseden untuk generasi mendatang.

Meski demikian, sejarawan Khalid Muhammad Khalid tidak menyebutkan riwayat seperti di atas (yakni Rasulullah bersumpah akan membalas memutilasi orang-orang kafir).

Khalid Muhammad Khalid dalam bukunya berjudul Karakteristik Perihidup 60 Sahabat Rasulullah, justru menyebutkan bahwa yang menyumpah adalah para sahabat yang melihat jenazah Hamzah.

Mereka berkata, “Demi Allah, sekiranya pada suatu waktu nanti kita diberi kemenangan oleh Allah terhadap mereka, akan kita cincang mayat-mayat mereka seperti yang belum pernah dilakukan oleh seorang Arab pun.” Barulah kemudian turun ayat seperti yang diriwayatkan dalam hadis di atas.
(mhy)
Miftah H. Yusufpati

No comments: