Menapak Awal Peradaban Islam di Masjid Tertua Kota Jayapura

Menapak Awal Peradaban Islam di Masjid Tertua Kota Jayapura. Masjid Jami Kota Jayapura, Papua. Dibangun pada 1943, tempat ini dipercaya sebagai masjid tertua di Jayapura.

Menapak Awal Peradaban Islam di Masjid Tertua Kota Jayapura. Masjid Jami Kota Jayapura, Papua. Dibangun pada 1943, tempat ini dipercaya sebagai masjid tertua di Jayapura.

Foto: Republika/Muhammad Ikhwanuddin
Masjid Jami' Kota Jayapura menjadi saksi sejarah lika-liku politik di tanah Papua.
Sebuah gedung bertingkat tiga itu selintas tak nampak seperti sebuah masjid. Hanya ada atap landai tanpa kubah yang biasa terpasang sebagai penanda tempat ibadah umat Islam. Namun, jika melangkah lebih dalam, siapa sangka bangunan ini menyimpan sejarah mendalam. 

Terletak di jalan Percetakan Negara nomor 126, kota Jayapura, nama tempat ini hanya Masjid Jami'. Tidak ada tambahan nama masjid populis seperti 'Al-Hidayah', 'Al-Muhajirin', atau 'Al-Ikhlas'. Jika dilihat dari jauh, masjid itu sebenarnya lebih mirip sebagai sebuah sekolah alih-alih tempat ibadah. 

Berdasarkan catatan riwayatnya, masjid dibangun pada 1943 oleh sekelompok buruh pelabuhan Holandia--nama sebelum Jayapura--sebagai lokasi ibadah berjamaah. Dengan usia yang sudah menginjak 78 tahun, Masjid Jami' Kota Jayapura dipercaya sebagai masjid tertua di Jayapura. 

Buruh yang membangun masjid itu berasal dari Ternate, Tidore, Halmahera, Waigeo, Buton, dan Salawati sepakat mendirikan bangunan seluas 12x12 meter di atas lahan seluas 1.440 meter persegi. 

"Awalnya, masjid ini belum dipakai untuk sholat Jumat karena jamaahnya masih sedikit. Biasanya para pedagang dan buruh yang singgah saja di kota Jayapura, baru sekitar tahun 1990-an dipakai sholat Jumat," kata Sekretaris Pengurus Masjid Jami' Kota Jayapura Ahmad Kholiq kepada Republika.co.id

 

 

photo
Pengurus Masjid Jami generasi ke tiga Ahmad Kholik (53) bersiap melaksanakan shalat dzuhur di Masjid Jami, Kota Jayapura, Papua, Rabu (13/10). Masjid Jami tersebut merupakan masjid tertua di Jayapura yang didirikan tahun 1943 oleh umat muslim dari Ternate TIdora, Sulawesi Tenggara, Halmahera dan sekitarnya yang bekerja sebagi buruh pelabuhan pada jaman Belanda. Masjid tersebut telah mengalami renovasi sebanyak tiga kali mulai dari tahun 1974, 1999 dan 2007.Republika/Thoudy Badai - (Republika/Thoudy Badai)

Masjid Jami' Kota Jayapura pun menjadi saksi sejarah lika-liku politik di tanah Papua. Saat penyerahan kekuasaan Irian Barat dari Belanda ke Indonesia pada 1963, banyak tentara sekutu yang rata-rata berasal dari Pakistan singgah sekaligus merawat masjid. 

Bangunan bersejarah ini pun menyimpan cerita humanis. Setelah tentara Pakistan meninggalkan Papua, masjid sempat tidak terawat dan dipakai warga setempat menjadi sebuah bar. Namun akhirnya, seorang pendeta di gereja yang berada di depan masjid, Bapak Separai meminta warga menutup bar dan mengembalikan fungsi masjid sebagai tempat ibadah umat Islam. 

Di tahun yang sama, Masjid Jami' diambil alih oleh Kodam XVII/Cenderawasih dan menunjuk satu pegawai Kementerian Agama Mansyur D. Rahmad untuk mengelola masjid pada 1963-1973. Setelah kepemimpinan Mansyur, masjid sempat direnovasi pada 1974, 1980, dan dipugar total pada 1999. Kemudian, pada 2007 sekaligus membangun tiga sekolah dalam satu bangunan demi berdirinya sekolah. 

"Di sini ada sekolah juga, ada SD, MI, dan SMP. Masjid yang sebelumnya di bawah sekarang berada di atas untuk menghindari orang mabuk nongkrong di sini," ujar Ahmad Kholiq. 

Selayaknya tempat ibadah, Masjid Jami' kota Jayapura dibuka untuk umum. Akan tetapi, perlu energi ekstra untuk mencapai ruangan utama masjid yang berada di lantai tiga gedung sekolah. 

photo
Gambar Masjid Jami pertama kali didirikan tersimpan di arsip milik pengurus Masjid Jami, Kota Jayapura, Papua, Rabu (13/10). Masjid Jami tersebut merupakan masjid tertua di Jayapura yang didirikan tahun 1943 oleh umat muslim dari Ternate TIdora, Sulawesi Tenggara, Halmahera dan sekitarnya yang bekerja sebagi buruh pelabuhan pada jaman Belanda. Masjid tersebut telah mengalami renovasi sebanyak tiga kali mulai dari tahun 1974, 1999 dan 2007.Republika/Thoudy Badai - (Republika/Thoudy Badai)

Ruangan utama masjid luasnya kurang-lebih seperti dua lapangan bulutangkis. Jamaah perempuan disediakan tempat di sebelah belakang kiri. Di sudut kiri ruangan, terdapat lemari kayu setinggi dua meter yang berisi mukena dan sarung. Untuk mengusir rasa gerah, pengurus masjid menyediakan empat unit pendingin udara yang disebar di seluruh sisi. 

Sementara, tempat wudhu berada di samping kiri ruangan masjid. Toiletnya sangat bersih dengan air yang terasa payau namun jernih. 

Selain dipakai sholat, masjid ini juga biasa dipakai warga dan anak-anak sekitar untuk mengaji. Pengelola masjid menyatakan, warga setempat menerima dengan baik keberadaan tempat ibadah umat Islam. Bahkan, beberapa dari mereka memutuskan menjadi mualaf. 

"Mualaf ada di sini, tapi memang tidak banyak," ucapnya. 

Selama penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua 2021, Ahmad menyebut jamaah bertambah meski tidak signifikan. Menurutnya, pendatang lebih memilih sholat di masjid raya atau tempat lain yang lebih dekat. 

photo
Masjid Jami Kota Jayapura, Papua. Dibangun pada 1943, tempat ini dipercaya sebagai masjid tertua di Jayapura. - (Republika/Muhammad Ikhwanuddin)

Di satu sisi, Masjid Jami' kota Jayapura memerlukan perhatian khusus dari pemerintah daerah dan pusat agar menjadi salah satu cagar budaya di provinsi Papua. Dengan nilai sejarah panjang, bangunan ini layak mendapat pengakuan lebih baik. 

Sebab, Ahmad mengaku belum ada donatur yang ingin membantu pemeliharaan masjid. Selama ini, katanya, hanya mengandalkan sumbangsih warga sekitar untuk membiayai operasional. 

"Kalau ada dana lebih, setiap Jumat kami buat nasi kotak untuk warga sekitar. Untuk biaya listrik kurang lebih Rp 400 ribu, ada AC tapi dipakai Jumat saja," kata Ahmad. 

photo
Jamaah melaksanakan shalat dzuhur di Masjid Jami, Kota Jayapura, Papua, Rabu (13/10). Masjid Jami tersebut merupakan masjid tertua di Jayapura yang didirikan tahun 1943 oleh umat muslim dari Ternate TIdora, Sulawesi Tenggara, Halmahera dan sekitarnya yang bekerja sebagi buruh pelabuhan pada jaman Belanda. Masjid tersebut telah mengalami renovasi sebanyak tiga kali mulai dari tahun 1974, 1999 dan 2007.Republika/Thoudy Badai - (Republika/Thoudy Badai)

No comments: