Kekayaan Elon Musk Orang Terkaya di Dunia, Cuma Setengah Harta Mansa Musa

Kekayaan Elon Musk Orang Terkaya di Dunia, Cuma Setengah Harta Mansa Musa
Mansa Musa dan Elon Musk: Orang terkaya sepanjang masa masih dipegang Mansa Musa, muslim asal Mali. (Foto/Ilustrasi: independent/mhy)
Belakangan ini sejumlah media melaporkan pergeseran baru daftar orang terkaya di dunia versi Forbes. Menurut Forbes, Elon Musk menggeser Jeff Bezos sebagai orang paling tajir sejagat. Elon Musk kini mempunyai harta US$200,7 miliar atau setara Rp2.888 triliun (kurs Rp14.300 per US$).

Nyatanya, setajir apa pun Elon Musk, belum mampu menyamai Mansa Musa. Harta Musk yang membuat mataterbelalakitu hanyalah setengah dari harta Mansa Musa. Sampai detik ini Mansa Musa masih berjuluk sebagai orang terkaya sepanjang sejarah.

Mansa Musa adalah seorang muslim. Orang terkaya sepanjang sejarah. Dia adalah seorang penguasa kekaisaran Mali yang kekayaannya mencapai US$400 miliar atau setara dengan Rp5.897 triliun.

Rudolph Ware, seorang profesor sejarah di University of Michigan, menjelaskan, kekayaan Musa begitu besar sehingga orang-orang berjuang untuk menggambarkannya. “Ini orang terkaya yang pernah dilihat orang, itulah intinya,” kata Ware.

“Mereka mencoba menemukan kata-kata untuk menjelaskannya. Ada foto dia memegang tongkat emas di atas takhta emas yang memegang secangkir emas dengan mahkota emas di kepalanya. Bayangkan emas sebanyak yang Anda pikir bisa dimiliki manusia dan menggandakannya, itulah kira-kira angka yang coba dikomunikasikan semua orang,“ lanjutnya.

Dalam salah satu daftar peringkat 24 orang terkaya di dunia sepanjang masa, yang disusun oleh situs Celebrity Net Worth, mendudukkan Mansa Musa sebagai orang terkaya No. 1 sepanjang masa dengan total kekayaan sekitar US$400 miliar. Daftar tersebut menggunakan tingkat inflasi 2199,6 persen tahunan untuk menyesuaikan kekayaan bersejarah – dalam formulasi yang berarti US$100 juta pada tahun 1913 akan sama dengan £ 2.299.63 miliar hari ini.

Independent.co.uk menggambarkan dengan tingkat inflasi yang disesuaikan dengan kekayaan sebesar US$400 miliar, Mansa Musa I akan jauh lebih kaya daripada orang terkaya di dunia saat ini.

Eamonn Gearon, dalam bukunya Turning Points in Middle Eastern History, menyatakan Musa tidak hanya kaya, lebih dari itu, ada masa ketika nama dan legendanya demikian kuat hingga mampu mempertemukan Eropa di Era Penemuan dengan kawasan Muslim di Utara dan Barat Afrika.

Garam dan Emas
Kekayaan Mansa Musa bisa disebut sebagai keberuntungan alami, mengingat posisinya sebagai penguasa Kekaisaran Mali. Pada masa itu, Mali merupakan pusat perdagangan regional yang tumbuh secara kuat dan kaya karena diberkahi dengan berlimpahnya dua komoditas yang tak ternilai: garam dan emas.

Kekaisaran Mali muncul sebagai kekuatan regional sekitar 100 tahun sebelum pemerintahan Mansa Musa. Pada awal 1300-an, kekaisaran tersebut mencakup kira-kira setengah juta mil persegi, menjadikannya salah satu wilayah teritorial terbesar di bawah otoritas pusat di manapun di dunia ini.

Bagian terpenting dari kekaisaran adalah tempat-tempat terpencil di jantung Sahara. Sebagai gambaran, luas territorial Mansa Musa mencakup Mauritania modern, Senegal, Gambia, Guinea, Burkina Faso, Mali, Niger, Nigeria, dan Chad.

Emas dan garam yang merupakan komoditas utama dan menjadi urat nadi kekayaan Mali dilindungi dengan sangat hati-hati. Demikian ketat dan hati-hatinya penjagaan terhadap sumber daya utama Mali ini, sehingga gangguan sekecil apapun terhadap emas dan garam, tampak mustahil untuk dilakukan.

Adapun di dalam kekaisaran, semua emas adalah milik pribadi Mansa atau kaisar, dan siapa pun yang tertangkap mencuri, akan langsung ditindak keras.

Selain emas dan garam, Mansa Musa juga memiliki sumber pendapatan penting lainnya dalam bentuk perpajakan. Pajak-pajak ini diambil dari kafilah pedagang yang melewati kerajaannya.

Terlepas dari sumber daya alamnya, kekaisaran tersebut berisi banyak kota oasis yang merupakan jalur selatan dari rute perdagangan trans-Sahara yang sibuk.

Sebagaimana kekayaan negerinya yang melimpah ruah, lagi-lagi nasib menyandingkan Mansa Musa dengan kekuasaannya.

Ia naik tahta menggantikan kakeknya yang pergi dalam sebuah ekspedisi dan tidak pernah kembali. Sebagaimana tradisi di wilayah tersebut, seorang raja akan menunjuk wakilnya untuk menggantikan kedudukannya bila raja sedang dalam suatu perjalanan yang berbahaya dan beresiko tinggi.
Demikian juga dengan kakek Mansa Musa, dia berangkat dengan angkatan lautnya memimpin misi untuk menjelajahi ujung terjauh dari Samudra Atlantik, dan selama kepergiannya, ia menunjuk Mansa Musa untuk menggantikannya mengurus semua urusan pemerintahan.

(mhy)
Miftah H. Yusufpati

No comments: