Orang-orang yang Dibenci Allah Ta'ala
Bila ada golongan manusia yang dicintai Allah Subhanahu wa ta'ala, maka pasti ada golonan orang-orang yang dibenci oleh Allah Ta'ala. Golongan orang yang tidak disenangi oleh Allah ini, sudah pasti adalah hamba-hamba yang telah melakukan hal-hal yang dibenci Allah dan tidak mengikuti ajaranyang telah disampaikan lewat Rasul-Nya. Siapa saja mereka?
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa sallam menyebutkan dalam sebuah hadis:
إِنَّ اللَّهَ يُبْغِضُ كُلَّ جَعْظَرِيٍّ جَوَّاظٍ صَخَّابٍ فِي الْأَسْوَاقِ , جِيفَةٍ بِاللَّيْلِ , حِمَارٍ بِالنَّهَارِ , عَالِمٍ بِالدُّنْيَا , جَاهِلٍ بِالْآخِرَةِ
“Sesungguhnya Allah benci kepada setiap orang yang sombong dan kasar, dan suka berteriak-teriak seperti di pasar. Diwaktu malam bagaikan bangkai, dan di waktu siang bagaikan keledai. Dia berilmu tentang dunia tapi bodoh tentang kehidupan akhirat.” (HR. Al-Baihaqi. Dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 1878)
Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc, pendakwah lulusan Universitas Islam Madinah dalam ceramahnya di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Cileungsi, Bogor, akhir pekan lalu menyebutkan inilah orang-orang yang Allah benci, yaitu orang yang mempunyai sifat seperti ini, yakni :
1. Orang-orang yang sombong
Orang-orang yang sombong; sombong kepada Allah dan sombong kepada makhluk-makhluk Allah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa sallam menafsirkan makna sombong:
الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
“Sombong itu artinya menolak kebenaran dan menganggap remeh manusia.” (HR. Muslim)
Ketika kita menolak kebenaran yang disampaikan oleh seseorang hanya karena dia lebih muda misalnya, atau karena dia bawahan kita misalnya, lalu kita tolak, berarti di dalam diri kita ada kesombongan.
Ketika kita menganggap remeh orang lain karena ia -misalnya- lebih kurang ilmunya dari kita, atau karena lebih miskin dari kita, kemudian kita anggap ia remeh karena kemiskinannya, berarti di dalam hati di dalam hati kita ada kesombongan. Dan sesungguhnya orang yang sombong, kata Rasulullah:
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ
“Tidak akan masuk surga orang yang di hatinya ada sebesar biji sawi dari kesombongan.” (HR. Muslim)
Kenapa? Karena ia telah menyayangi Allah dalam kesombongan tersebut. Karena sifat sombong hanya untuk Allah saja. Sebagaimana dalam hadis Qudsi, Allah Ta’ala mengatakan:
الْكِبْرِيَاءُ رِدَائِي
“Kesombongan itu adalah selempangKu.”
فَمَنْ نَازَعَنِي فِيهِمَا عَذَّبْتُهُ
“Siapa yang menyanyi Aku dalam kesombongan itu, pasti Aku akan azab dia.”
Manusia tidak berhak sombong, karena ia adalah milik Allah, dia butuh Allah, semua kelebihan yang ia miliki adalah dari Allah Jalla wa ‘Ala.
Buat apa ia sombongkan? Kewajiban seorang manusia adalah untuk tawadhu, untuk senantiasa merendahkan hatinya kepada kebenaran, kepada manusia, dan menyadari bahwasanya dirinya adalah hamba Allah yang lemah, makhluk yang lemah yang senantiasa mengharapkan demikian pula membutuhkan karunia Allah Jalla wa ‘Ala.
2. Kasar
Yang kedua ia kasar di dalam ucapannya, kasar di dalam perbuatannya. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang kasar, sebaliknya Allah cinta kepada orang-orang yang lembut. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ
“Sesungguhnya Allah itu lembut dan cinta kelembutan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Oleh karena itulah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa sallam mempunyai sifat yang lemah lembut. Bahkan ketika Allah memerintahkan Nabi Musa dan Harun untuk menasehati Firaun, Allah mengatakan:
فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ ﴿٤٤﴾
“Dan ucapkan kepada Firaun dengan ucapan yang lemah-lembut, mudah-mudahan ia mau ingat atau takut.” (QS. Tha-ha[20]: 44)
3. Suka berteriak-teriak
Kemudian sifat selanjutnya yaitu:
صَخَّابٍ فِي الْأَسْوَاقِ
“Suka berteriak-teriak seperti di pasar.”
Di mana lisannya itu pedas, lisannya suka menyakiti hati orang lain, dia tidak peduli apakah orang itu akan marah atau tidak, dia tidak peduli. Dan sifat ini tentunya sangat dibenci oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dilaporkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa sallam seorang wanita dimana wanita ini rajin dia salat tahajudnya, banyak ia salat sunnahnya, dan ia pun sedekah dengan harta yang banyak sekali. Akan tetapi lisannya sering menyakiti tetangganya. Apa kata Rasulullah?
هي من اهل النار
“Ia termasuk penduduk api neraka.”
Seorang mukmin itu:
لَيْسَ المُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلَا اللَّعَّانِ وَلَا الفَاحِشِ وَلَا البَذِيءِ
“Mukmin itu bukan orang yang suka mencela, mukmin bukan orang yang suka melaknat, mukmin bukan orang yang suka berkata kotor.” (HR. Tirmidzi)
Yakni berkata-kata yang membuat manusia yang lainnya sakit hati karena lisannya tersebut. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
يَا عَائِشَةُ أَشَدُّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ، مَنْ وَدَعَهُ النَّاسُ اتِّقَاءَ فُحْشِهِ
“Wahai ‘Aisyah, sesungguhnya di antara orang yang paling keras adzabnya nanti pada hari kiamat adalah orang tersebut ditinggalkan manusia karena ucapannya yang menyakiti hati.” (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Di waktu malam ia bagaikan bangkai
Yaitu diwaktu malam ia bagaikan bangkai, ia lewati malam sama sekali tidak untuk salat malam, dia tidak membutuhkan salat malam, dia lebih senang dengan hal-hal yang sia-sia, dia sibuk dengan ngobrol ataupun bergadang ataupun melihat dan menonton acara-acara yang tidak ada manfaatnya sama sekali. Atau ia lewati hanya sebatas dengan tidur saja, tidak ada keinginan di hatinya untuk berdiri kepada Allah walaupun satu rakaat di waktu malam.
Imam Ahmad pernah ditanya tentang seorang laki-laki yang suka meninggalkan salat witir, apa kata Imam Ahmad?
فَهُوَ رَجُلٌ سُوْءٌ
“Ia dicap orang yang buruk,” kata Imam Ahmad bin Hanbal. Karena sesungguhnya orang yang beriman, mereka sangat suka melewati malamnya dengan berdiri beribadah kepada Allah. Allah berfirman menyifati ‘Ibadurrahman:
وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا ﴿٦٤﴾
“Dan mereka yang melalui malamnya itu dengan sujud dan berdiri bermunajat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Al-Furqan: 64)
Maka, tidak pantas orang-orang yang mengharapkan kehidupan akhirat ia melewati malamnya bagaikan bangkai. Akan tetapi ia berusaha untuk ada waktu yang ia bermunajat kepada Allah, berdua-duaan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah berfirman:
إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا ﴿٦﴾
“Sesungguhnya ibadah di waktu malam itu lebih menguatkan hati, lebih mengokohkan hati dan itu ibadah yang terbaik (kata Allah Subhanahu wa Ta’ala).” (QS. Al-Muzzammil: 6)
Di waktu siang bagaikan keledai, ia malas, tidak ada semangat kepada kebaikan. Di waktu siang ia bagaikan keledai, tidak ada semangat untuk berbuat ketaatan. Di waktu siang ia bagaikan keledai, ia habiskan waktunya untuk hal-hal yang sia-sia.
Karena itu hendaknya seorang mukmin berusaha bagaimana supaya waktu-waktunya bernilai pahala di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena itu adalah keinginan yang terbesar seorang mukmin. Dia ingin agar setiap waktunya mendapatkan pahala dari Allah Jalla wa ‘Ala.
5. Seseorang berilmu tentang dunia dan bodoh tentang kehidupan akhirat
Sifat yang kelima yang Allah tidak sukai, yaitu seseorang berilmu tentang dunia dan dia bodoh tentang kehidupan akhirat. Dia berilmu tentang berbagai macam pengetahuan dunia, tentang berita-berita dunia, yang ia semangat padanya adalah mengikuti berita-berita hangat tentang kehidupan dunia, tapi ia malas, dia tidak mau untuk mendalami ilmu akhirat. Ilmu agama dia pandang sebagai ilmu yang remeh dimatanya. Sehingga kemudian ia menjadi orang yang jahil terhadap kehidupan akhirat.
Oleh karena itu Allah mencela mereka dalam surat:
الَّذِينَ يَسْتَحِبُّونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا عَلَى الْآخِرَةِ…
“Sebagai orang-orang yang hanya mencintai dunia di atas kehidupan akhiratnya.” (QS. Ibrahim[14]: 3)
Allah berfirman:
يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِّنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
“Mereka hanya berilmu tentang kehidupan dunia.”
وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ ﴿٧﴾
“Sementara mereka lalai terhadap akhirat mereka.” (QS. Ar-Rum : 7)
Mereka lebih senang mempelajari dan mengikuti dunia, tapi mereka malas untuk mengikuti akhirat, untuk memeriksa tentang hatinya, tentang agamanya, tentang kebaikan akhiratnya, dia pun tidak ada keinginan untuk bersiap-siap untuk kematiannya.
Inilah sifat-sifat yang dibenci oleh Allah. Maka kewajiban kita, jadilah kita hamba-hamba yang dicintai oleh Allah, hamba hamba yang tawadhu, hamba-hamba yang lembut di dalam sikap dan ucapannya, hamba-hamba yang senantiasa tidak berusaha menyakiti hati orang lain ataupun manusia. Demikian pula menjadi hamba yang senantiasa semangat di dalam ketaatan dalam setiap waktunya. Seorang hamba yang senantiasa semangat dalam menuntut ilmu agama Allah Jalla wa ‘Ala.
Wallahu A'lam
(wid)
Widaningsih
No comments:
Post a Comment