Kisah Pegulat Tangguh yang Mengalah Demi Dzurriyat Rasulullah
Ustaz Miftah el-Banjary
Pakar Ilmu Linguistik Arab dan Tafsir Al-Qur'an
Di Irak, ada seorang pegulat terkenal dan tangguh yang tak terkalahkan. Namanya Abu Qasim. Tak seorang pun yang dapat mengalahkan Abu Qasim, sehingga ia kesulitan mencari lawan tandingnya.
Suatu hari, sang Raja mengadakan sayembara adu gulat dengan hadiah besar melawan pegulat tangguh, Abu Qasim. Seorang lelaki tua, mendaftarkan dirinya sebagai lawan gulat menantang Abu Qasim.
Pada hari H pertandingan, Abu Qasim dengan gagahnya dielukan-elukan oleh pendukungnya. Abu Qasim maju ke arena pertandingan. Tak dinyana, sebelum pertandingan, lawan tarungnya berkata:
"Wahai Abu Qasim, aku tahu engkau seorang pegulat tangguh yang tak sembarang orang mudah mengalahkanmu. Tapi kali ini mengalahlah demi keadaanku?"
"Apa maksudmu?" tanya Abu Qasim keheranan.
"Begini, aku adalah seorang dzurriyat (keturunan) Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Aku dan keluargaku hidup dalam serba kekurangan. Kami kelaparan. Begitu mendengar ada sayembara yang menjanjikan hadiah besar dari sang Raja, aku nekat mengikutinya, sebab keluargaku tertimpa musibah. Aku memohon, agar engkau bersedia mengalah untukku kali ini saja!"
Mendengar penuturan tulus itu, Abu Qasim terenyuh. Kecintaannya yang besar terhadap Rasulullah صلى الله عليه وسلم mengalahkan rasa ego dan reputasi kariernya yang bersinar cemerlang.
"Baiklah, aku akan mengalah, demi cintaku pada datukmu!" sahut Abu Qasim.
Pertandingan dimulai, baru di ronde pertama, Abu Qasim pegulat tangguh itu bertekuk lutut menyerah kalah. Semua penonton keheranan. Bagaimana sang pegulat tangguh kalah bertarung dengan lelaki tua yang tampak tak berdaya?
Akhirnya, hadiah itu diserahkan pada seorang sayyid yang tua itu demi membantu keluarganya yang sedang tertimpa musibah.
Hingga sang Raja pun sontak merasa tak percaya apa yang dilihatnya. Sang Raja memanggil Abu Qasim dan menanyakan perihal kekalahannya. Abu Qasim menjawab, "Aku memang sengaja mengalah demi cintaku terhadap datuknya!"
Pada malam harinya, Abu Qasim bermimpi bertemu dengan Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Dalam mimpinya, Rasulullah صلى الله عليه وسلم mendekap dan mencium Abu Qasim seraya berkata:
"Abu Qasim, lantaran engkau telah menolong cucuku, aku mencintaimu dan Allah pun mencintaimu. Sejak malam ini, Allah angkat derajatmu menjadi wali-Nya, waliyun min auliaillah, golongan para kekasih Allah."
Begitulah awal kisah seorang bernama Abu Qasim yang kemudian dikenal sebagai seorang wali dan sufi kenamaan dengan sebutan Imam Junaid al-Baghdadi.
Semoga kisah ini menambah kecintaan kita kepada Rasulullah dan para ahlu bait keturunan Nabi صلى الله عليه وسلم. Dalam satu hadis Nabi disebutkan:
المَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ
"Seseorang (akan dikumpulkan) bersama orang yang dicintainya." (HR. Al-Bukhari dan Muslim, dari Ibnu Mas'ud)
Wallahu A'lam
(rhs)
SINDOnews
No comments:
Post a Comment