Gaya Menyisir Rasulullah ﷺ

Rasulullah ﷺ suka memulai kegiatannya dengan mendahulukan anggota tubuh sebelah kanan. Termasuk dalam hal menyisir rambut

Gaya Menyisir Rasulullah ﷺ

Rasulullah ﷺ seseorang yang perhatian terhadap penampilan. Namun tidak berlebihan dalam perawatan rambutnya. Beliau bukan orang yang rela menghabiskan waktu berjam-jam untuk penataan dan perawatan rambut. Bukan juga orang yang sama sekali mengabaikannya. Beliau bersikap proporsional.

Abu Dawud dalam Sunannya, dari Jabir, ia menceritakan: suatu ketika Rasulullah ﷺ menemui kami. Kebetulan beliau melihat salah seorang di antara kami tampak lusuh dan berpenampilan tidak baik serta rambutnya sedikit berantakan. Kemudian beliau bersabda, “Apa yang terjadi dengan kawan kalian yang satu ini? Apakah ia tidak menemukan apa-apa dengan rambutnya” Kemudian beliau juga melihat salah seorang dari kami yang pada bajunya terdapat kotoran dan bercak. Beliau bersabda, “Apa yang terjadi pada teman kalian yang satu ini? Apakah ia tidak menemukan air untuk mencuci bajunya.”

Rasulullah ﷺ melarang sahabatnya terlalu sering menyisir rambut, kecuali seperlunya saja. Seorang Muslim tidak dibolehkan menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk melakukan perawatan rambut. “Rasulullah ﷺ melarang bersisir, kecuali seperlunya saja.” (HR Tirmidzi)

Rasulullah ﷺ suka memulai kegiatannya dengan mendahulukan anggota tubuh sebelah kanan. Termasuk dalam hal menyisir rambut. “Rasulullah ﷺ suka memulai bersuci dari anggota badan sebelah kanan. Demikian pula ketika beliau bersisir dan memakai sandal.” (HR Tirmidzi)

Ada hadis lain yang menyatakan, Rasulullah ﷺ sering meminyaki rambutnya dan menyisir jenggotnya. Beliau sering menggunakan kain (untuk menutup bahu dari minyak) hingga kain tersebut begitu berminyak seakan-akan baju itu milik pedagang minyak.

Ibnu Katsir mengomentari hadis tersebut, “Hadis tersebut mengandung keanehan dan kemungkaran. Kemungkaran itu terletak lafal kaanna tsaubahu tsaubu zayyat (padanya terdapat bercak dan bekas minyak). Hal ini dikuatkan dengan hadis yang secara eksplisit membandingkan kain tersebut dengan pakaian tukang minyak. Sebenarnya, kondisi seperti ini (kain penuh bercak dan bekas minyak) tidak disukai dan diingkari Rasulullah ﷺ.* Bambang S, diambil dari Syarah Syamail oleh Syaikh Abdurazak bin Abdul Muhsin Al Badr

No comments: