Gerakan Jihad Kaum Sufi di Syam dan Mesir

Gerakan Jihad Kaum Sufi di Syam dan Mesir
TATKALA Nuruddin Zanki menyeru kepada penguasa Himsh untuk ikut menyerang benteng Harim, meski berat, sang penguasa pun akhirnya menuruti seruan Nuruddin Zanki. Penguasa Himsh mengatakan, “Sesungguhnya Nuruddin telah menempuh sebuah cara. Jika aku tidak menyambutnya maka rakyatku akan menentangku dan negeri ini akan keluar dari kekuasaanku. Sesungguhnya ia telah mengirim surat kepada orang-orang zuhud dan ahli ibadah negeri ini, serta mereka yang telah memutus hubungan dengan dunia. Di surat itu tertulis apa yang diperoleh kaum Muslim ketika mereka di bawah kekuasaan para penjajah. Setiap dari mereka memiliki banyak pengikut dan mereka membacakan surat Nuruddin. Mereka menangis dan melaknatku serta mendoakan keburukan bagiku, sebab itu aku harus menurutinya”. (Al Kamil fi At Tarikh, 9/467).
Demikianlah para ulama mencatat hubungan antara Nuruddin Zanki dengan gerakan sufi dalam gerakan jihad melawan kaum Salib di masa itu. Dimana hubungan antara para pajuang jihad diantara para penguasa sudah terjalin sebelumnya (baca, Pasukan Khusus yang Berperang di Malam Hari)
Dukungan Para Tokoh Sufi terhadap Jihad Nuruddin Zanki
Di banyak kesempatan kaum sufi pun terlibat langsung dalam jihad di masa Nuruddin Zanki, dimana ia sering mengunjungi tokoh sufi, Hayat bin Qais Al Harani untuk meminta doa untuk serta menguatkan tekadanya dalam jihad melawan pasukan Salib. (Siyar A’lam An Nubala, 15/371)
Abu Al Husain Al Maqdisi, Tokoh Sufi Pengatur Strategi
Nuruddin juga selalu mengunjungi syeikh sufi Abu Al Husain Al Maqdisi yang telah memberinya semangat untuk membebaskan Azaz dimana Al Maqdisi meyakinkan Nuruddin dengan membuat miniatur benteng Azaz yang terbuat dari tanah liat serta menyampaikan saran mengenai langkah-langkah penyerangan, hingga akhirnya Nuruddin Zanki menyetujui usulan tersebut dan Al Maqdisi amat bergembira menyambutnya. (Bughyah At Thalab, 10/4419)
Rubath Sufi, Lokasi Latihan Tempur
Tidak hanya mendorong gerakan jihad, para sufi juga ikut terjun langsung dalam medan jihad. Dimana peran rubath sufi yang berada di perbatasan negeri cukup besar dalam hal ini. Seperti halnya rubath Syeikh Raslan Ad Dimasyqi yang berfungsi sebagai tempat penjagaan Damaskus saat pintu kota ditutup pada malam harinya. Saat itu, para penghuni rubath hilir mudik datang untuk menuntut berbagai macam disiplin ilmu juga berlatih kepiawaian bertempur. (lihat, Siyar A’lam An Nubala, 15/144)
Sufiyun Terjun ke Medan Jihad
Para tokoh besar sufi juga ikut serta melakukan perlawanan terhadap serangan pasukan Salib, dimana hal ini tercermin dari keluarnya dua tokoh ke medan jihad, Syeikh Yusuf Fandalawi ulama Maliki serta syeikh sufi Abdurrahman Al Halhuli. Saat pasukan Salib mendekat, bertanyalah sang faqih kepada Syeikh Abdurrahman,”Bukankah mereka pasukan Rum?” Syeikh sufi pun menjawab,”Ya”. Sang faqih pun berkata,”Sampai kapan kita hanya berdiri saja?” Syeikh sufi pun menjawab,”Mari bergerak maju dengan nama Allah Ta’ala”. Kedua-duanya pun maju ke medan perang dan kedua-duanya terbunuh di satu tempat. (Al I’tibar, hal. 127)
Di masa Shalahuddin Al Ayubi sejumlah tokoh sufi pun ikut serta dalam berjihad. Salah satu dari mereka adalah Syeikh Abu Umar Al Maqdisi yang ikut serta bersama Shalahuddin Al Ayubi dalam perang Hittin dan pembebasan Al Quds. (Al Bidayah wa An Nihayah, 13/58,59)
Demikian juga Syeikh Ahmad Al Maqdisi yang juga ikut serta dalam pembebasan Bait Al Maqdis, dimana ia dikenal dengan sebutan Abu Tsaur, karena berperang dengan menunggangi tsaur (banteng). (lihat, Al Jami’ Karamat Al Auliya, 1/402)
Seorang tokoh sufi yang juga ikut serta dalam pertempuran Shalahuddin melawan pasukan Salib adalah Syeikh Abdullah Al Yunini yang dijuluki sebagai “Singa Syam” karena keberaniannya. Dimana ia tidak menghiraukan sedikit atau banyaknya musuh dalam pertempuran karena yang dicari adalah syahadah dan ia telah meraihnya. (lihat, Al Bidayah wa An Nihayah, 13/93)
Ketika masa kesultanan Mamalik Mesir dan Syam berkuasa, para sufi tetap memiliki peran penting dalam jihad melawan pasukan Salib. Dhahir Baibars penguasa kala itu tunduk kepada tokoh sufi Syeikh Khadr Al Kurdi yang selalu menemaninya di setiap pertempuran dan perjalanan. (Thabaqat Al Kubra li As Sya’rani, hal. 288)
Imam Asy Syadzili Respon Serangan Louis IX
Tokoh sufi Mesir populer Syeikh Abu Hasan Asy Syadzili bersama para sahabat beliau seperti Syeikh Izuddin bin Abdissalam juga memiliki peran penting dalam jihad melawan pasukan Salib kala itu, dimana mereka turun ke jalan untuk mengajak masyarakat bangkit dalam melaksanakan tugas jihad saat Louis IX penguasa Perancis menyerang Mesir. Dengan gerakan yang dilakukan para ulama ini, saat itu umat Islam memiliki semangat tinggi dalam berjihad. (As Suluk, 1/446,447)
Saat penaklukkan benteng Arsuf di Syam, para sufi dan fuqaha juga ikut serta dalam pengepungan. Dimana Al Maqrizi menyebutkan bahwa kala itu Sultan Dhahir Baibars menjenguk para sufi dan fuqaha yang terluka saat pertempuran di tenda-tenda mereka. (As Suluk, 2/34).*

No comments: