Ilmu Ghaib Diketahui Orang-orang Tertentu, Apa Maksudnya?

ghaib
ALAM semesta ini dihuni bukan hanya oleh makhluk kasat mata, seperti manusia, hewan, dan tumbuhan. Ada pula makhluk tak kasat mata, seperti jin, setan dan malaikat yang menghuni bumi ini. Keberadaan mereka tak dapat kita ketahui. Tapi, kita harus meyakini adanya mereka.
Allah SWT berfirman, “Allah yang Maha Mengetahui yang ghaib dan Dia tidak menyatakan kepada seoravg pun tentang yang ghaib itu, kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya,” (QS. Al-Jin: 26-27).
Allah SWT juga berfirman, “Sedang mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah kecuali apa yang Allah kehendaki,” (QS. Al-Baqarah: 255).
Ayat ini menyatakan seolah-olah ada ilmu ghaib yang bisa diketahui orang-orang tertentu. Bagaimana pengertian sebenarnya?
Ghaib ada dua macam, yaitu ghaib mutlak dan ghaib terikat (terbatas).
Ghaib mutlak hanya diketahui oleh Allah SWT. Dan ghaib terikat dapat diketahui oleh orang-orang tertentu dengan izin-Nya.
Contohnya, hasil ujian akhir di sekolah sebelum diumumkan merupakan sesuatu yang ghaib bagi murid dan walinya, tetapi tidak bagi guru dan panitia ujian.
Seorang pencuri masih ghaib bagi polisi atau orang yang dicuri. Tetapi, tidak bagi dirinya dan komplotannya.
Kadangkala untuk mengetahui ghaib yang terbatas manusia menggunakan jin untuk memperoleh informasi. Adapun ilmu ghaib yang diberikan Allah SWT kepada orang yang dikehendaki-Nya, hanya terbatas pada apa yang diberikan-Nya saja. Bila dia ditanya tentang masalah ghaib lainnya, tentu dia tidak akan mengerti. Makhluk jin pun tidak mengetahui sedikit pun tentang ilmu ghaib yang mutlak. Berita dan kejadian ghaib bisa diberikan Allah kepada seseorang lewat mimpi, misalnya ketika Allah memberi tahu Nabi Zakaria bahwa dia akan mendapatkan anak lelaki yang bernama Yahya.
Sebagian orang berusaha mengetahui ghaib yang mutlak. Apakah hal itu bermanfaat bagi manusia?
Salah satu kenikmatan Allah kepada manusia ialah soal ghaib, karena itulah Dia merahasiakan hal itu.
Jika seseorang mengetahui di masa yang akan datang dia akan memperoleh seribu kesenangan dan satu kesusahan (musibah). Kesusahan yang satu itu dapat memengaruhi kesenangan yang seribu. Hal itu dapat menyebabkan dia selalu susah dan bersedih hati, padahal musibah itu belum terjadi. Memang manusia bersifat tergesa-gesa ingin mengetahui sesuatu yang belum saatnya dia ketahui dan ingin meraih sesuatu sebelum saatnya.
Referensi: Anda Bertanya Islam Menjawab/Karya: Prof. Dr. M. Mutawalli asy-Sya’rawi/Penerbit: Gema Insani

No comments: