Sejarah Munculnya Pemalsuan Hadis

Rasulullah
Rasulullah
Prof Dr Muhammad ibn Muhammad Abu Syahbah, Guru Besar Ilmu Alquran dan Hadis Universitas Al Azhari Kairo, Mesir, dan Universitas Ummul Quro Makkah, Arab Saudi dalam bukunya berjudul Israiliyyat & Hadits-Hadits Palsu, Tafsir Alquran menjelaskan, salah satu akibat dari meluasnya wilayah Islam adalah banyaknya generasi umat yang terkalahkan dalam Islam.

Prof Muhammad ibn Muhammad Abu Syahbah kemudian mencontohkan negara-negara yang terkalahkan, seperti Persia, Romawi, dan Mesir. ''Di antara mereka ada yang tulus menerima Islam. Ada orang munafik yang sengaja menyembunyikan dalam dirinya kebencian terhadap Islam dan berpura-pura mencintainya,'' ungkap Prof Muhammad ibn Muhammad.

Selain itu, sambung Prof Muhammad, ada pula orang Zindik yang berusaha dengan berbagai cara untuk menghancurkan Islam dan menimbulkan keraguan pada diri manusia terhadapnya. ''Ada juga orang Yahudi yang masih terikat dengan ke-Yahudiannya serta ada pula orang Nasrani yang masih merindukan ke-Nasraniannya.''

Para musuh Islam, seperti orang-orang munafik, zindik dan Yahudi, jelas Prof Muhammad ibn Muhammad Abu Syahbah, telah memanfaatkan toleransi dan kehalusan budi yang dimiliki Sayyidina Utsman bin Affan ra, yang sangat pemalu, dan akibatnya benih-benih bencana pun tersebar.

''Ibn Saba', si Yahudi yang tercela, berkeliling ke berbagai negeri dan mengumpulkan manusia di sekitarnya. Dia menyembunyikan racun-racun yang dia tiupkan di bawah tabir ajaran Syiah serta kecintaan kepada Sayydina Ali dan Ahli Bait yang mulia. Dia mengklaim, Ali ra adalah penerima wasiat Nabi SAW dan orang yang paling berhak untuk memangku kekhalifahan, bahkan jika dibandingkan dengan Abu Bakar dan Umar ra sekalipun,'' ungkap Prof Muhammad.

Menurut Prof Muhammad ibn Muhammad Abu Syahbah, Ibn Saba' memalsukan sebuah hadits atas Nabi Muhammad SAW yang artinya, ''Setiap Nabi memiliki penerima wasiat, dan penerima wasiatku adalah Ali.'' Bahkan, jelas Prof Muhammad, permasalahan tidak berhenti pada klaim ini saja, tapi dia juga mengklaim ketuhanan Ali.

Sayyidina Utsman memburu Ibn Saba'. Sehingga dia pun kabur. Pada masa Sayyidina Ali, beliau juga memburu dan menghalalkan darah Ibn Saba'. Tidaklah pantas bagi Ali untuk menerima seruan keji yang diteriakkan oleh orang yang sangat membenci dan mendendam kepada Islam dan kaum Muslimin.
Guru Besar Ilmu Alquran dan Hadis Universitas Al Azhar Kairo, Mesir dan Universitas Ummul Quro Makkah, Arab Saudi, Prof Dr Muhammad Ibn Muhammad Abu syahbah mengungkapkan, salah satu yang menyedihkan dari perilaku Ibn Saba' adalah dia mendapatkan pengikut-pengikut yang patuh dari sebagian umat, terutama penduduk Mesir.

Si Yahudi yang penuh tipu daya ini berhasil membangkitkan huru-hara yang berakibat kepada khalifah ketiga, Utsman bin Affan terpenggal dari tubuhnya. Sayyidina Ali tidak memangku khilafah kecuali mendapatkan warisan yang dipenuhi dengan pertikaian.

Menurut Prof Muhammad ibn Muhammad Abu Syahbah dalam bukunya Israiliyyat & Hadits-hadits Palu Tafsir Alquran, sejak hari pertama penobatan khalifah Ali bin Abi Thalib, para pendukung Utsman bin Affan telah mengumumkan permusuhan terhadapnya.

''Huru-hara pun bergolak dan terjadilan berbagai perang sengit dan banyak di antara orang-orang terbaik dari kaum Muslimin yang gugur dalam peperangan tersebut,'' ungkap Prof Muhammad ibn Muhammad Abu Syahbah.

Akibat dari itu, sambung Prof Muhammad, lalu muncullah kelompok lain, Khawarij yang tidak ridha menerima dasar hukum antara Ali dan Muawiyah. ''Akhirnya, huru-hara menghancurkan sendi lain di antara sendi-sendi Islam, yaitu wafatnya khalifah keempat,'' jelasnya.

Menurut Prof Muhammad bin Muhammad Abu Syahbah, umat Islam terpecah belah menjadi beberapa sekte dan golongan. Penyakit umat-umat terdahulu pun mulai kembali menjangkit.

''Huru-hara bersumber dari beberapa golongan, seperti Syiah yang membela Sayyidina Ali, Utsmaniyah yang membela Sayydina Utsman, Khawarij yang memusuhi Syiah dan lainnya, serta Marwaniah yang membela Muawiyah dan Bani Umayyah.''

Sebagian mereka, kata Prof Muhammad, membolehkan diri untuk mendukung hawa nafsu dan mazhab mereka dengan hal-hal yang dapat menguatkan golongan mereka. Dan, itu tidak lain ada dalam hadis dengan berbagai jenisnya yang memuat hukum-hukum, tafsir, sejarah, dan lainnya.
Guru Besar Ilmu Alquran dan Hadis Universitas Al Azhar Kairo, Mesir, Prof Dr Muhammad ibn Muhammad Abu Syahbah mengungkapkan huru-hara yang memecah belah umat Islam dengan mendukung hawa nafsu dan mazhab terjadi pada tahun 40 Hijriyah.

Gerakan pemalsuan hadits terus berlanjut hingga membesar, sampai hadis mengalami bencana yang tidak sedikit. Menurut Prof Muhammad, masa ini dikenal dengan sebutan para sahabat kecil dan tabiin besar.

Imam Muslim meriwayatkan dalam Mukaddimah Shahihnya dengan sanadnya dari Thawus, ia berkata, ''Orang ini --maksudnya adalah Busyair ibn Ka'ab-- datang kepada Ibn Abbas dan menceritakan hadits kepadanya. Maka, Ibn Abbas berkata kepadanya, ''Kembalilah kepada hadis ini dan ini.'

Dia pun datang kembali kepadanya. Lalu dia menceritakan hadis yang lalu. Maka Ibn Abbas berkata kepadanya, ''Kembalilah kepada hadis ini dan ini.'

Dia pun datang kembali kepadanya. Lalu, dia berkata kepada Ibn Abbas, ''Aku tidak tahu, apakah kamu mengetahui semua hadisku kecuali yang ini, atau kamu tidak mengetahui semua hadisku kecuali yang ini.''

Maka, Ibn Abbas pun berkata kepadanya, ''Sesungguhnya kami dulu menceritakan hadis dari Rasulullah SAW, ketika belum didustakan atas beliau. Lalu ketika manusia mengalami kesulitan dan kehinaan, kami berhenti menceritakan hadis-hadis dari beliau.'' ibn Abbas meninggal pada tahun 68 Hijriyah.

Imam Muslim meriwayatkan dari sanadnya dari Mujahid. Ia berkata, ''Busyair al Adawi datang kepada Ibn Abbas dan menceritakan hadits. Dia berkata, ''Rasulullah SAW bersabda....''

Tapi Ibn Abbas tidak mendengarkan hadisnya dan tidak pula memandang kepadanya. Maka dia berkata, ''Wahai Ibn Abbas, kenapa aku tidak melihatmu mendengarkan hadisku? Aku menceritakan hadis kepadamu dari Rasulullah SAW, sedang kamu tidak mendengarkan.''

Ibn Abbas berkata, ''Dulu, jika kami mendengar seorang laki-laki yang berkata, 'Rasulullah SAW bersabda...' maka mata kami dengan cepat mengarah kepadanya dan kami mendengarkannya dengan telinga kami. Lalu ketika manusia mengalami kesulitan dan kehinaan, kami tidak mengambil dari mereka kecuali yang kami ketahui.''

No comments: