Aset Nusantara yang dirampas Imperialis


 Photo: Alhamdulillah. Buku saya sudah selesai cetak. Peluncurannya tanggal 7 Mei 2014. Ini buku pertama yang secara khusus membahas masalah sisi lain aktivitas Bung Karno. Judulnya "Harta Amanah Soekarno". Ini merupakan hasil investigasi jurnalistik saya belasan tahun. Tema itu menjadi disertasi saya yang kini sedang berlangung. Buku ini merupakan tahap awal penelitian saya yang kemudian menjadi tesis saya di Pascasarjana Fikom Unpad Bandung. Buku ini menjadi penting di tengah maraknya orang membicarakan apa yang disebut Harta Amanah Soekarno, Harta Dinasti, dan Dana Revolusi Bung Karno. Banyak orang berharap cemas akan cairnya harta itu. Puluhan paguyuban dengan ribuan anggota pun berdiri untuk sekedar menyambut kedatangan sang pencair dana amanah. Tapi tak kunjung datang. Sang Satrio Peningit pun ditunggu kedatangannya lantaran diduga berkait dengan cairnya dana amanah ini. Buku ini bercerita soal perjanjan rahasia antara Soekarno dengan John F. Kennedy (Presiden AS) pada 14 November 1963 yang kemudian berlaku 14 November 1965. Seminggu setelah JFK teken perjanjian itu, ia ditembak 22 Novmber 1963. Soekarno pun "dikudeta" kekuasaannya melalui G30S-PKI (30 September 1965) atau dua minggu sebelum perjanjian yang disebut "The Green Hilton Memorial Agreement" berlaku. Lebih jauh lagi, buku saya ini mengukap sebuah pertanyaan besar yang banyak disebut-sebut sesepuh di Jawa: Benarkah bangsa Indonesia memiliki saham mayoritas di FED, bank sentral AS? Buku ini mengungkap tuntas soal itu. Saya sarankan baca buku ini sebelum Anda bicara soal Harta Amanah, apalagi berkait dengan pencairan dokumen UBS berupa surat berharga bank seperti: SBLC, bank garansi, dan sebagainya. Ayo datang dan beli bukunya pada saat peluncuran perdana! Salam perjuangan wahai anak bangsa. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar.
Terima kasih saya yang tidak terhingga kepada Prof. Dr. Azyumardi Azra (Guru Besar UIN Jakarta) yang bersedia memberikan kata pengantar buku ini. Demikian juga Kang Ahmad Yanuana Samantho, sang penulis buku bestseller Garut Kota Illuminati yang bersedia berikan kata pengantar.
Terima kasih tak terhingga juga dukungannya atas terbitnya buku ini. Mereka adalah Prof. Dr. Soleh Soemirat, Guru Besar Ilmu Komunikasi Unpad Bandung. Prof. Dr. Engkus Kuswarno, Guru Besar Komunikolog Unpad Bansung. Prof. Dr. M. Din Madjid, Guru Besar Sejarah UIN Jakarta. Mr. Rolf Bommer, konsultan keuangan internasional senior di Swiss. Dr. Marsudi Syuhud, Sekjen Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PB NU).
Dan terima kasih khusus kepada Pak Mehdy Zidane, Pimred Phoenix Publishing Project yang berikan semangat kepada saya dan bersedia menerbitkan buku ini. Dan semua pihak dan kawan-kawan yang telah bersedia membantu sehingga buku pertama tentang Harta Amanah Soekarno ini terbit. Salam perjuangan wahai anak bangsa.
Alhamdulillah. Buku saya sudah selesai cetak. Peluncurannya tanggal 7 Mei 2014. Ini buku pertama yang secara khusus membahas masalah sisi lain aktivitas Bung Karno. Judulnya “Harta Amanah Soekarno”. Ini merupakan hasil investigasi jurnalistik saya belasan tahun. Tema itu menjadi disertasi saya yang kini sedang berlangung. Buku ini merupakan tahap awal penelitian saya yang kemudian menjadi tesis saya di Pascasarjana Fikom Unpad Bandung. Buku ini menjadi penting di tengah maraknya orang membicarakan apa yang disebut Harta Amanah Soekarno, Harta Dinasti, dan Dana Revolusi Bung Karno.
Banyak orang berharap cemas akan cairnya harta itu. Puluhan paguyuban dengan ribuan anggota pun berdiri untuk sekedar menyambut kedatangan sang pencair dana amanah. Tapi tak kunjung datang. Sang Satrio Peningit pun ditunggu kedatangannya lantaran diduga berkait dengan cairnya dana amanah ini.
Buku ini bercerita soal perjanjan rahasia antara Soekarno dengan John F. Kennedy (Presiden AS) pada 14 November 1963 yang kemudian berlaku 14 November 1965. Seminggu setelah JFK teken perjanjian itu, ia ditembak 22 Novmber 1963. Soekarno pun “dikudeta” kekuasaannya melalui G30S-PKI (30 September 1965) atau dua minggu sebelum perjanjian yang disebut “The Green Hilton Memorial Agreement” berlaku.
Lebih jauh lagi, buku saya ini mengunkap sebuah pertanyaan besar yang banyak disebut-sebut sesepuh di Jawa: Benarkah bangsa Indonesia memiliki saham mayoritas di FED, bank sentral AS? Buku ini mengungkap tuntas soal itu. Saya sarankan baca buku ini sebelum Anda bicara soal Harta Amanah, apalagi berkait dengan pencairan dokumen UBS berupa surat berharga bank seperti: SBLC, bank garansi, dan sebagainya. Ayo datang dan beli bukunya pada saat peluncuran perdana! Salam perjuangan wahai anak bangsa. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar

cover buku harta amanah sukarno
NoFire LeMurian Says: “Bnyk org yg blm tau bhw EAST INDIA COMPANY (EIC) Perusahaan Hindia Timur yg didirikan thn 1600 yg berkantor pusat di London United Kingdom (kerajaan inggris) oleh ratu Elizabeth I sbg pesaing VOC Neitherland yg memonopoli perdagangan rempah2 dunia pd awalx ternyata dibiayai oleh investor gabungan (konsorsium) dr para Raja2 dr kerajaan Nusantara; dr namanya saja EAST INDIA/ Hindia Timur adlh sebutan nama utk NUSANTARA saat itu di dunia internasional, mrk inggris hanyalah user; karyawan saja yg memutar dana sang owner dr perusahaan tsb yaitu para Raja2 Nusantara tsb yg pd saat itu qta tau Nusantara adlh sbg pusat perdagangan dunia (WTC). EIC adlh Perusahaan raksasa saat itu yg mengatur perdagangan dunia n stlh 250 thn beroperasi n kontrak kerjasama brakhir pd pertengahan abad 19 dilakukanlah pembagian deviden, laba dr perusahaan tsb sgt luarbiasa besar yg oleh UK saja dpt membangun kerajaan Inggris hingga menjd imperium persemakmuran (commonwealth) yg besar di dunia dan kekayaan dr laba tsb yg berupa emas dlm jumlah besar (krn pd saat itu alat tukar perdagangan dunia adlh uang emas) oleh para Raja2 Nusantara sbg komisaris tunggal EIC tsb dilebur n disimpan serta disertifikasi internasional sbg kolateral dunia utk membangun sistem moneter dunia (berpusat di UBS swiss; Union Bank Switzerland) -dr sinilah lahirx sejarah perbankan internasional- yg sertifikat dr kolateral tsb dipecah n disimpan di Bank2 sentral di sluruh negara2 di dunia sbg penjamin uang kartal yg dicetak di msg2 negara sehingga uang kertas menjd brnilai sbg alat tukar brg n jasa menggantikan emas dlm perdagangan nasional, regional n internasional spt saat ini, s/d skrg kolateral emas Nusantara tsb menjd MIZAN dlm sistem moneter n kehidupan perekonomian dunia internasional. (Nofire Lemurian)

No comments: