Candi Gunung Wukir, Pesona Mataram Hindu yang Terlupa…

Magelang tak hanya memiliki Candi Borobudur dan Candi Mendut saja. Kota ini benar-benar memiliki banyak peninggalan situs-situs bersejarah yang termasuk dalam benda cagar budaya.
Pagi kemarin, Minggu 9 Februari 2014, saya dan keluarga berkesempatan mengunjungi Candai Wukirsari. Candi ini terletak di Dusun Carikan, Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam, Kab. Magelang. Untuk menuju situs ini, bisa melewati jalan Jogja-Magelang, kemudian belok ke kiri di pertigaan Semen. Selanjutnya mengikuti jalan Semen-Ngluwar sekitar 2 km, maka akan terlihat papan petunjuk arah menuju Candi Gunung Wukir ini.
Bukit di belakang rumah-rumah penduduk yang padat terlihat dari jalan desa. Sempat bingung mencari petunjuk arah selanjutnya sebelum akhirnya bertanya pada penduduk setempat. Bapak yang sudah tua itu tersenyum dan mengatakan bahwa situs candi terletak di atas bukit di belakang rumahnya. Beliau berpesan agar sepeda motor yang kami bawa bisa dititipkan di rumah terakhir di ujung jalan.
Jalan dusun yang berconblok selanjutnya kami susuri. Setelah sampai ke rumah paling ujung, terlihat dua ibu muda yang sedang mencuci baju di kolam samping rumah ketika kami menitipkan sepeda motor pada mereka. Katanya hari ini baru ada satu pengunjung yang naik. Setelah berbincang sebentar untuk memastikan arah perjalanan selanjutnya, kami pun pamit.
Jalan setapak menurun, basah, dibawah naungan vegetasi kopi yang berbunga wangi dengan gemericik suara air sungai mengalir. Kicauan burung-burung liar mengiringi langkah kami berempat.
13919661411324204478
Jalan menuju lokasi (dok.pri)

Vegetasi kopi berganti menjadi vegetasi Aren dan bambu. Tanah basah membuat anak-anak terkadang tergelincir. Melompat, meniti, menanjak.
Sekitar 15 menit perjalanan, akhirnya kami sampai di atas bukit. Pagar besi tampak mengelilingi situs yang kami kunjungi saat itu. Sepi. Terlihat seorang bapak yang sedang mencari rumput di kompleks situs itu.
Dan ini hasil pengamatan kami :
Candi Gunung Wukir ini merupakan Candi Hindu, yang ditandai dengan adanya arca Nandi, Lingga dan Yoni sebagai lambang Dewa Syiwa. Di kompleks situs Candi Gunung Wukir ini terdapat 4 candi. Satu bangunan candi utama dan 3 candi kecil di depannya.
1. Candi utama
1391963665560834279
Candi Utama, dengan lingga tepat ditengahnya (doc.pri)

Berbentuk persegi dengan ukuran sekitar 10×10 m (menurut pengamatan saya). Dengan tangga naik di sebelah timur. Dengan batu-batu berundak. Pada bagian tengahnya terdapat satu yoni besar berbentuk kotak yang berukuran besar. Tingginya sekitar 1,5m (setinggi saya).
2. Candi kecil 1 (paling utara)
1391963847514499619
Candi 1 (dok.pri)

Berbentuk persegi dengan ukuran sekitar 3×3m. Tampak paling lengkap diantara candi-candi lain di sekitarnya. Mempunyai semacam regol/pintu yang menghadap ke barat (ke arah candi utama).
3. Candi kecil 2 (tengah).
1391964092524693542
Arca Nandi di candi 2, yang arca sapi, bukan saya (dok.pri)

Berbentuk persegi dengan ukuran sekitar 3×3m. Dengan arca Nandi tepat di tengahnya dan menghadap ke arah candi utama.
4. Candi 3 (selatan).
13919644611198330261
inilah candi 3, tinggal sisa-sisanya saja, batu tertata membentuk bangunan persegi(dok.pri)

Berbentuk persegi dengan ukuran sekitar 3×3m. Tinggal pelatarannya saja.
Di sekitar candi ini tampak banyak sekali batu candi yang disusun rapi oleh petugas di sana yang katanya berjumlah 5 orang (meskipun kami tak berhasil menjumpai mereka).
13919647671547405104
bebatuan disusun rapi di sekitar candi (dok.pri)

Diantara batu-batu candi itu terlihat ada satu lingga yang besar pula.
13919649671150313092
itu lingga apa menhir sih? (dok.pri)

Ada juga batu berrelief bunga.
1391965254556512511
Relief bunga teratai? tak jelas karena tertutup lichen (dok.pri)
Juga beberapa batu candi yang membuat takjub, namun kami tak tahu apa itu :
13919654611640749441
Seperti batu lumpang (dok.pri)
1391965628927981878
Terisi air hujan, jadi seperti bak mandi (dok.pri)
Pada papan informasi, disebutkan candi ini belum pernah dipugar karena batu-batu asli banyak yang belum ditemukan. Juga diceritakan bahwa pada situs candi tersebut dulu ditemukan sebuah prasasti berangka tahun 732 M, berhuruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Prasasti itu dinamakan sebagai Prasasti Canggal. Namun prasasti tak lagi berada di tempat ini karena sudah dibawa ke museum di Jakarta.
13919658061893489241
Penulis cilik itu membaca informasi yang tertera (dok.pri)

Dalam prasasti Canggal termaktub hal-hal berikut ini:
1. Raja Sanjaya yang gagah berani berhasil menaklukkan musuh-musuhnya.
2. Raja Sanjaya menggantikan pamannya yang gugur di medan perang. Pamannya tersebut adalah Raja Sanna.
3. Atas keberhasilan Raja Sanjaya itu maka dibangun sebuah lingga di atas bukit.
Raja Sanjaya bergelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. Merupakan anggota dinasti Syailendra yang menguasai wilayah jawa Tengah pada masa Mataram Hindu. Pendiri dinasti ini adalah Dapunta Syailendra. Adapun raja-raja yang terkenal dari dinasti ini antara lain Sri Maharaja rakai Panangkaran yang mendirikan Candi Borobudur, Candi Mendut, dan Candi Sewu (Candi Budha). Dan juga Sri Maharaja Rakai Pikatan yang mendirikan Candi Prambanan (candi Hindu) dan beberapa candi di Pllaosan (candi Budha). Raja-raja dinasti ini pada umumnya memiliki agama yang tidak sama, namun memiliki tolleransi yang sangat tinggi. (Ini yang menjawab rasa penasaran saya pada keberadaan arca Nandi , lingga dan yoni, namun terdapat arca Budha di tengah candi Ngawen, pada kunjungan saya sebelumnya di http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2013/09/21/tersesat-di-situs-candi-ngawen-2-594754.html ).
Sayang, batu-batu bernilai sejarah tinggi ini banyak ditumbuhi lichen, bahkan lumut daun d permukaannya.
Demikian sekelumit cerita perjalanan kami sekeluarga minggu ini. Banyak peninggalan sejarah yang tersembunyi di sekitar kita. Bila bukan kita yang menghargai bangsa ini, siapa lagi?

Marul