April Mop a la Batavia 1939

Kabar Heboh Penerbangan Seorang Diri Tarascon-Batavia Yang Tak Terbukti

“Permainan April Mop” pada masa tempo dulu, yakni di Indonesia pada zaman kolonial Belanda ternyata cukup atraktif juga. Tidak hanya rakyat biasa, tetapi surat kabar papan atas sekalipun bisa juga terkecoh dibuatnya. Hal ini terjadi di ibu kota Hindia-Belanda, Batavia sejak beberapa hari sebelum hari April Mop, hingga pada hari April Mop tersebut, yakni tanggal 1 April 1939.
Adalah harian terkenal di Hindia kala itu, Het Nieuws Van Den Dag Voor Nederlandsch-Indië, yang mengalami kejadian lucu tersebut. Koran tersebut dengan sangat yakin mengabarkan bahwa ada seorang penerbang dan penerjun payung kenamaan Perancis bernama Henri Poncet yang akan tiba di Batavia pada 31 Maret atau 1 April 1939 dengan menggunakan pesawat mini seorang diri. Poncet dikabarkan telah melakukan penerbangan beribu-ribu kilometer jauhnya sejak awal penerbangannya dari Tarascon Perancis, bulan Januari pada tahun yang sama. Diperkirakan Poncet sudah mendekati Batavia setelah melakukan penerbangan dari Korat, Siam (Thailand) dan tiba di Goenoeng Soegih, Sumatra.
Pemberitaan sudah sedemikian heboh, sebab bila memang benar terjadi, ini tentu saja merupakan sebuah rekor fantastis dalam dunia penerbangan di masa itu dimana seorang penerbang dapat melakukan penerbangan jarak jauh seorang diri dengan sebuah pesawat mini berukuran 4 x 5 meter dengan berat 400 pond.
Pesawat itu bisa mencapai waktu tempuh hingga 360 km/jam dengan radius sekali terbang 8000 km dan dapat mendarat di tempat yang sekalipun hanya berukuran 20 x 20 meter.
Berikut ini beberapa cuplikan berita seperti yang ditulis harian Het Nieuws Van Den Dag, 30-03-1939:
“Dari kabar yang kami terima, di Batavia besok telah ditunggu kedatangan sebuah pesawat mini R8 Y-Z yang diawaki penerbang dan penerjun kawakan Henri Poncet. Poncet memulai penerbangan di Tarascon Perancis Januari tahun ini dan tiba beberapa hari kemudian di Duzbab, Persia dimana pesawatnya tertahan beberapa waktu. Ia terbang menggunakan pesawat model terbaru yang dirancang di California dengan ukuran hanya 4 x 5 meter.
Meski ukurannya kecil, dan dengan beratnya yang hanya 400 pond, pesawat itu dapat mencapai kecepatan 360 km/jam dengan radius aksi 8000 km…………………”
Dijelaskan lebih lanjut oleh Het Nieuws Van Den Dag bahwa Poncet mengalami sedikit masalah dengan pihak berwenang di Persia dengan alasan yang kurang jelas dan akhirnya diperbolehkan terbang setelah tertahan beberapa minggu.
Harian Het Nieuws Van Den Dag masih melanjutkan keterangannya terkait penerbangan pesawat mini tersebut. Dikatakan bahwa penerbangan selanjutnya dari Duzbab adalah menuju Trincomali (Ceylon) dimana pesawat dipersiapkan untuk melakukan penyeberangan dari Trincomali menuju Port Blair di Kepulauan Andaman. Penerbangan selanjutnya dari Port Blair adalah menuju Korat di Siam, dan tidak jadi ke Sabang seperti yang sebelumnya direncanakan. Di Korat, kabarnya telah menunggu seorang staf Korat Aviation Company yang adalah salah seorang perancang pesawat tersebut.
Oleh Korat Aviation Company diminta kepada pihak Verkeer en Waterstaat (Dinas PU) Batavia untuk memberikan izin mendarat pada lapangan rumput dan bukan pada lapangan terbang biasa, untuk mendemonstrasikan kwalitas pesawat tersebut yang mereka buat atas lisensi dari Hydrofonaal Airplane Company (California).
“Tujuan Poncet adalah untuk mendemonstrasikan penerjunan payung kepada Angkatan Udara Hindia-Belanda, sedangkan untuk para pelaku olah raga dirgantara diberikan kesempatan untuk mencoba pesawat tersebut.
Waktu kedatangan Poncet di Batavia belum dapat dipastikan,” demikian tulis Het Nieuws Van Den Dag.
Keesokannya, yakni 31 Maret 1939, Het Nieuws Van Den Dag masih memberitakan soal Poncet ini dengan menulis soal kabar terkini dimana Poncet sudah terbang dari Korat menuju Singapura dan lanjut menuju Goenoeng Soegih, Sumatra dimana kawan lamanya, Eugene Barbarin, seorang tuan tanah Perancis tinggal dan bersama seorang kepala desa menyambut kedatangannya. Anak perempuan Barbarin dikabarkan memberikan kalungan bunga bagi Poncet.
Di Gunung Sugih, dikabarkan terjadi sebuah insiden kecil dimana salah seorang “nontonners” tanpa sengaja menusuk salah satu kantong balon helium di pesawat Poncet hingga bocor. Kebocoran bisa ditanggulangi, dan Barbarin membawakannya tambahan helium.
Pesawat tersebut memang dilengkapi beberapa kantong balon berisi helium yang konon dapat membuatnya mendarat secara vertikal setelah sebelumnya dipompa oleh sang pilot saat akan mendarat. Hal ini membuat pesawat secara otomatis dapat berkurang kecepatannya di udara dan mengambang. Pesawat kemudian dikatakan dapat mendarat seperti layaknya Zeppelin. Penemuan terbaru ini dikatakan sebagai sebuah kemajuan di dunia olah raga dirgantara.
Het Nieuws Van Den Dag memperkirakan bahwa sebagai tempat pendaratan di kota Batavia akan dipakai Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng) dan oleh karenanya diperkirakan akan diadakan pengalihan lalu-lintas pada waktu yang ditetapkan sekitar pukul 06.30 sampai pukul 09.30 pagi hari pada 1 April 1939.
Dan yang tidak berkepentingan tidak diperbolehkan masuk ke lapangan Waterlooplein.
Penjagaan akan dilaksanakan oleh sebuah kesatuan militer het eerste half-regiment huzaren.
Akhirnya hari yang diceritakan itu tiba. Batavia, Sabtu 1 April 1939. Het Nieuws Van Den Dag menurunkan berita terakhir terkait penerbangan-solo Henri Poncet yang sebenarnya tidak pernah ada:
Henri Poncet. Keterangan Lebih Rinci.
Seorang pegawai khusus di Bandung mendapat kabar bahwa, pihak “Departemen Verkeer en Waterstaat” tidak pernah menerima permintaan izin pendaratan pesawat Hydrofonaal pada permukaan rumput.
Seorang koresponden khusus mengabarkan dari Goenoengsoegih bahwa dari informasi lebih rinci terbukti bahwa disana tidak pernah ada pesawat yang mendarat, dan tuan tanah Perancis Eugene Barbarin yang konon terkenal itu tidak ada yang mengenalnya disana. Kabar tentang adanya helium disana juga dibantah.
Seorang pakar menulis kepada kami bahwa sejak pertama ia sudah tidak percaya terhadap berita tentang adanya Pesawat Hydrofonaal seperti yang kami kabarkan.
Lebih lanjut kami dapat kabar dari para pakar, bahwa pesawat sejenis itu memang tidak ada.
Dari Korat dikabarkan bahwa disana tidak ada pabrik pesawat terbang.
Dari Tarascon pula dikabarkan bahwa disana sepanjang yang diketahui publik, hanya Tartarin yang ada kecenderungan akan melakukan perjalanan petualangan. Seorang penerbang bernama Henri Poncet tidak dikenal disana.
Dari pihak berwenang diperoleh kabar juga bahwa nama kesatuan “eerste halfregiment huzaren” tidak akan melakukan pengamanan di Waterlooplein, karena…. kesatuan militer semacam itu memang tidak ada.
Akhir kata, kami mengetahui dari “Observatorium”, bahwa malam pada pukul 12 malam tadi adalah: 1 APRIL!
———————————————————————————————
Het Nieuws Van Den Dag Voor Nederlandsch-Indië.

Mas Ose

No comments: