Nabi Muhammad Bermaksud Menuliskan Wasiat

“Peristiwa kecil” di dalam bilik pembaringan Nabi yang merubah drastis jalannya sejarah Islam. Dari agama yang kokoh bersatu dibawah pimpinan Nabi menjadi agama yang tercerai-berai, saling bermusuhan selama seribu tahun lebih hingga sekarang.
**

Suatu hari sahabat-sahabatnya berusaha hendak meringankan penderitaannya itu dengan mengingatkan kepada nasihat-nasihatnya, bahwa orang yang menderita sakit jangan mengeluh. Ia menjawab, bahwa apa yang dialaminya dalam hal ini lebih dari yang harus dipikul oleh dua orang. Dalam keadaan sakit keras serupa itu dan di dalam rumah banyak orang, ia berkata: “Bawakan dawat dan lembaran, akan kuminta dituliskan surat buat kamu, supaya sesudah itu kamu tidak lagi akan tersesat.”
**

Dari antara hadirin ada yang berkata, bahwa sakit Rasulullah sallahu ‘alaihi wassalam sudah gawat; pada kita sudah ada Quran, maka cukuplah dengan Kitabullah itu. Ada yang menyebutkan, bahwa Umar yang mengatakan itu. Di kalangan yang hadir itu terdapat perbedaan pendapat. Ada yang mengatakan: Biar dituliskan, supaya sesudah itu kita tidak sesat. Ada pula yang keberatan karena sudah cukup dengan Kitabullah.
**

Setelah melihat pertengkaran itu, Muhammad berkata: “Pergilah kamu sekalian! Tidak patut kamu berselisih di hadapan Nabi.”
**

Tetapi Ibn Abbas masih berpendapat, bahwa mereka membuang-buang waktu karena tidak segera menuliskan apa yang hendak dikatakan oleh Nabi. Sebaliknya Umar masih tetap dengan pendapatnya, bahwa dalam Quran Allah sudah berfirman: “Tak ada suatu apa pun yang Kami abaikan dalam Kitab.” (QS 6:38).
**

(Demikian Umar Bin Khattab telah menolak permintaan Nabi dengan pretensi Qur’an.)
**

Pada gejolak pertemuan Saqifah dengan memanfaatkan keadaan “force majeur” ia mendesakkan Abu Bakr sebagai calon tunggal : “Abu Bakar, bentangkan tanganmu. Abu Bakar, bukankah Nabi sudah menyuruhmu memimpin Muslimin salat? Andalah penggantinya (khalifah). Kami akan memberikan ikrar kepada orang yang paling disukai oleh Rasulullah”
**

Hari-hari gejolak Saqifah berlangsung ketika jenazah Nabi masih terbujur sendirian di balik pintu rumahnya yang sudah ditutup oleh keluarganya. Nabi Muhammad sallahu ‘alaihi wassalam dimakamkan konon pada tanggal 14 Rabiulawal tengah malam, dua atau tiga hari sesudah wafatnya. Keterangan beberapa sumber masih berbeda-beda tentang kapan tepatnya saat Nabi wafat. Sebagian besar menyebutkan pada hari musim panas yng terjadi di seluruh Semenanjung yakni 8 Juni 632.

**

(Ref.: “Sejarah Hidup Muhammad” oleh M. Husain Haekal).

Wassalam.

Soetarno Wreda

2 comments:

Anonymous said...

semua kejadian sudah ditulis di dalam "Kitab yang nyata (Lauhful Mahfusz"...tidak ada yang luput satupun dari kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta'ala, Tuhannya Muhammad SAW, Umar bin Khottob RA, Sahabat2 RA, kaum muslimin sampai semuaaaaaa ciptaanNYa....Muhammad SAW menulis wasiat atau tidak, kaum muslimin dan riwayat dunia sudah ditentukan nasibnya sampai akhir zaman oleh Allah SWT sebelum penciptaannya dan tidak ada satu daya atau upaya apapun yang dapat mengubahnya kecuali atas izin yang menciptakannya...

Pola Ruang Al Qur'an said...

Allah menuliskann takdir Nya dalam Lauh Mahfudz bukan dalam pola garis, namun dalam pola ruang. Tulisan takdir Allah bersifat absolut namun membentuk ruang kebebasan.
Pendapat diatas seolah menghapus realita bahwa apa yang kita perbuat hari ini akan memberikan efek pada keesokan harinya.
Kita tidak pernah bisa merubah takdir Allah, namun takdir Allah adalah sebuah pola ruang yang memberikan kebebasab pada manusia untuk memilih.