Kisah Pemberontakan Azerbaijan dan Armenia di Era Utsman bin Affan
Pada saat Utsman bin Affan dilantik sejumlah wilayah melakukan pemberontakan. Di antara wilayah itu adalah Azerbaijan dan Armenia .
Muhammadi Husain Haekal dalam bukunya yang diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah berjudul "Usman bin Affan, Antara Kekhalifahan dengan Kerajaan" (Pustaka Litera AntarNusa, 1987) menyebut sejatinya sebelum kekhalifahan Umar bin Khattab , Armenia merupakan negeri merdeka, kemudian pada kurun waktu yang lain dibagi-bagi antara Persia dengan Romawi .
"Letak Armenia berdekatan sekali dengan negeri-negeri yang sudah dibebaskan oleh pasukan muslim yang kala itu di bawah Walid bin Uqbah," ujar Haekal.
Menurut Haekal, kala ituArmenia lebih luas daripada yang kita kenal sekarang. Al-Balazuri menyebutkan bahwa Armenia terbagi menjadi Armenia Pertama, Armenia Kedua, Armenia Ketiga dan Armenia Keempat, dengan menyebutkan nama-nama kota yang terletak di tiap-tiap daerah itu. Armenia yang terbentang dari Syamsyat di sebelah barat sampai ke Taglib dan Laut Kaspia di sebelah timur.
Tatkala dalam kekhalifahan Umar pihak Muslimin berhasil mengusir Heraklius dari Syam kemudian menaklukkan Antakiah, Hims dan seluruh Syam bagian utara, Khalid bin Walid berangkat ke Armenia dan menyerang Mar'asy,
Hanya saja, pada saat itu Syamsyat dan kota-kota di dekatnya masih berada di bawah kekuasaan Romawi. Dan Khalid bin Walid balik ke Syam dengan membawa hasil rampasan perang dan jarahan tanpa membuat perjanjian keamanan atau jizyah dengan mereka. Khalid kemudian ditempatkan Khalifah Umar di Kinnasrin.
Kesempatan itu dimanfaatkan Romawi. Kerajaan itu mengirimkan pasukan dengan kapal-kapal ke Antakiah lalu memberontak, dan kota-kota Hims, Halab (Aleppo) dan daerah-daerah di utara Syam juga bergolak,
Menanggapi itu, kaum musliminmengerahkan pasukan berkuda dan pasukan pejalan kaki ke kawasan itu. Mereka mengepung pasukan Romawi dan berhasil mengusirnya.
Kemudian Iyad bin Ganam menyeberanginya sementara Khalid bin Walid dan anak buahnya menuju Armenia dan meneruskan perjalanan sampai ke Amid dan Ruha.
Dalam perjalanan itu, Khalid berhasil membebaskan beberapa kawasan dan membawa hasil rampasan perang serta membuat orang dalam ketakutan.
Dengan jumlah rampasan yang cukup besar ia kembali ke Kinnasrin. Menurut Haekal, baikKhalid atau Iyad bin Ganam tidak membuat persetujuan keamanan dan jizyah dengan pihak Armenia. Dengan begitu, Armenia tetap lepasdari pihak Muslimin.
Pemberontakan Azerbaijan dan Armenia
Azerbaijan dan Armenia memberontak tak lama sesudah Utsman bin Affan dilantik sebagai Khalifah. Mereka melihat suatu kesempatan untuk mengadakan pembalasan terhadap Muslimin.
Kalangan sejarawan sependapat bahwa pasukan Muslimin telah menyerang dan menaklukkan Armenia. Tetapi sumber-sumber itu berbeda dalam hal premisnya dan sepakat mengenai kesimpulannya.
Tabari dan mereka yang sependapat dengan dia mengatakan, bahwa sesudah Walid bin Uqbah selesai menaklukkan Azerbaijan, Mauqan dan Tailasan, segera mengirim Salman bin Rabi'ah al-Bahili ke Armenia, yang kemudian terjadi pembunuhan, penawanan dan perampasan.
Walid sendiri setelah itu memasuki Mosul dan tinggal di Hudaisah. Balazuri menuturkan bahwa sesudah Utsman dibaiat selaku Khalifah, ia menulis surat kepada Mu'awiyah bin Abi Sufyan dengan perintah supaya ia mengirim Habib bin Maslamah al-Fahri ke Armenia.
Sumber lain menyebut Utsman yang menulis kepada Habib sendiri dengan perintah menyerang Armenia, dan untuk itu Habib menyiapkan 6.000 orang personel. Mereka menyerbu Qaliqala, kemudian mengajak damai dengan ketentuan mereka akan bermigrasi dan membayar jizyah. Setelah itu banyak di antara mereka yang pergi, pindah ke daerah Romawi.
Beberapa bulan kemudian Habib mendapat berita bahwa pihak Armenia meminta bantuan Romawi dan mereka mengerahkan kekuatan besar-besaran untuk menghadapi pihak Muslimin. Habib segera meminta bala bantuan kepada Khalifah Utsman, yang disambut oleh Utsman dengan menulis surat kepada Mu'awiyah dan Mu'awiyah pun segera mengirimkan bala bantuan sebanyak 2.000 personel. Pasukan bantuan itu kemudian ditempatkan di Qaliqala dengan beberapa lahan yang disediakan untuk tempat garnisun di sana.
Dua sumber ini lahirnya saling bertentangan. Akan tetapi, kata Haekal, kita akan dapat mempertemukannya. Seperti sudah disebutkan, Armenia sebagian membentang ke daerah Persia dan sebagian ke daerah Romawi. Jadi tidak heran bila Salman bin Rabi'ah al-Bahili atas perintah Walid bin Uqbah berangkat ke bagian Persia, dan Habib bin Maslamah al-Fahri berangkat ke bagian Romawi atas perintah Utsman atau atas perintah Mu'awiyah.
"Dan ini yang akan kita dukung, karena memang tidak bertentangan dengan jalannya peristiwa-peristiwa yang terjadi kemudian - kendati di kalangan para narasumber itu masih terdapat perbedaan dalam cara merinci," kata Haekal.
Tabari menyebutkan bahwa ketika Walid bin Uqbah memasuki Mosul ia menerima surat dari Utsman yang mengatakan:
"Amma ba'du. Mu'awiyah bin Abi Sufyan menulis kepada saya mengabarkan bahwa Romawi telah siap menyerang Muslimin dengan pasukan dalam jumlah besar. Saya berpendapat mereka yang di Kufah perlu mendapat bala bantuan. Begitu Anda menerima surat saya ini kirimkanlah sebanyak 8.000, 9.000 atau 10.000 personel dari tempat Anda menerima utusan saya ini, yang dari segi keberanian, kemampuan dan keislamannya sudah Anda setujui. Wasalam."
Setelah itu Walid berpidato, dan setelah membaca hamdalah dan puji-pujian kepada Allah ia berkata:
"Amma ba'du. Dalam hal ini Allah telah menguji keberanian kaum Muslimin, dan mengembalikan negeri mereka yang sudah menjadi kafir, dan membebaskan negeri yang belum ditaklukkan dan mereka dikembalikan dengan selamat dan berhasil membawa harta rampasan. Alhamdulillahi Rabbil alamin. Amirulmukminin menulis kepada saya dengan perintah agar saya memobilisasi tenaga di antara kalian sekitar 10.000 atau 8.000 orang sebagai bala bantuan untuk saudara-saudara kita di Syam. Pihak Romawi telah mengerahkan kekuatan yang siap menyerbu mereka. Dalam hal itulah akan ada pahala dan jasa yang besar dan nyata. Maka bergabunglah kalian dengan Salman bin Rabi 'ah al-Bahili."
Tak sampai tiga hari kemudian dari Kufah telah berangkat 8.000 orang di bawah pimpinan Salman bin Rabi'ah. Bersama-sama dengan pasukan Syam mereka memasuki kawasan Romawi. Pasukan Syam ini dipimpin oleh Habib bin Maslamah bin Khalid al-Fahri. Mereka mulai mengadakan serangan serentak ke kawasan Romawi itu dan berhasil membawa tawanan serta rampasan perang, di samping tidak sedikit benteng yang dapat mereka duduki.
Haekal mengatakan ini menurut sumber Tabari. Sementara Balazuri menyebutkan bahwa ketika Habib bin Maslamah al-Fahri meminta bala bantuan, Utsman tidak cukup hanya menulis surat kepada Mu'awiyah, tetapi juga menulis kepada Sa'id bin al-As al-Umawi, yang kemudian mengirimkan bala bantuan itu di bawah pimpinan Salman bin Rabi'ah al-Bahili dari angkatan bersenjata Kufah, sebanyak 6.000 personel.
Akan tetapi ketika Habib bertempur menghadapi pasukan Romawi sebelum datang bala bantuan itu, dalam pertempuran ini ia sudah memperoleh kemenangan. Hal ini menunjukkan bahwa dia memang cerdas dan berani. Tatkala ia sedang berpikir-pikir hendak melakukan penyerangan istrinya bertanya:
"Di mana tempat kita bertemu?"
"Di kemah si tiran itu atau di surga," jawabnya.
Sesampainya ia di kemah, istrinya itu sudah di sana. Ketika Salman memberitahukan, yang sementara itu sudah berhasil mengalahkan musuh, pihak Kufah menginginkan mereka juga memperoleh bagian rampasan perang, tetapi pihak Syam menolak dan ada yang mengancam hendak menyerang Salman. Salah seorang prajurit dari pihak Kufah berkata:
"Kalau kalian membunuh Salman, Habib kalian akan kami bunuh."
"Kalau kalian menemui Ibn Affan kami pun akan berangkat."
Sumber yang dikutip oleh Balazuri dan didukungnya itu berasal dari Tabari yang menyebutkan bahwa sumber itu dari Waqidi, untuk memperlemahnya, sebab Futuh asy-Syam yang dinisbatkan kepada Waqidi itu sarat dengan cerita-cerita dongeng yang tak masuk akal dan sangat disangsikan oleh para sejarawan.
Sumber Tabari yang pernah kita kutip itu, disebut juga oleh Balazuri. Kemudian ia mengatakan bahwa berita yang dibawanya itu lebih akurat, dan menyebutkan pula sumber-sumber pengambilannya.
Akan tetapi bagaimanapun juga, kata Haekal, semua sumber yang secara rinci berbeda itu dapat disimpulkan, bahwa Azerbaijan bergolak dan Armenia bermaksud hendak membantunya. Tetapi pasukan Muslimin sudah menaklukkan Azerbaijan dan daerah-daerah sekitarnya.
Mereka bergerak ke Armenia dari arah Persia dan dari arah Romawi, kemudian menaklukkannya. Ketika ada berita bahwa Azerbaijan memberontak dan Armenia mendukungnya, terbayang oleh pasukan Romawi bahwa ia mampu merebut kembali kewibawaan dan kekuasaannya yang sudah hilang itu. Tetapi pasukan Muslimin dapat menghalau dan memaksanya kembali mundur.
Dari sana mereka berhasil membebaskan daerah-daerah yang sebelum itu tak pernah ditaklukkan. Semua ini terjadi pada masa permulaan kekhalifahan Utsman, yang dalam memulihkan ketenangan di seluruh Syam dan wilayah Persia, serta mengembalikan kepercayaan rakyat daerah-daerah yang sudah dibebaskan itu besar sekali pengaruhnya. Terbunuhnya Umar dan penggantiannya dengan Usman tidaklah mengurangi kewibawaan dan pengaruh Muslimin.
(mhy)
Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment