Kesaksian Marco Polo akan Muslim di Nusantara: Dikelilingi Masyarakat Animisme-Dinamisme
Sejauh ini proses Islamisasi di Nusantara dipahami melalui tiga sumber utama. Pertama, yang ditulis oleh pelancong asing (laporan asing). Kedua, yang berkembang secara lisan di dalam masyarakat (tradisi lisan/ oral tradition). Ketiga, yang ditulis oleh kalangan pribumi (historigrafi traditional).
Ketiga sumber tersebut dalam banyak hal memberikan banyak informasi tentang seperti apa Islam dikenali sebelum akhirnya diyakini oleh masyarakat di masa lalu, dilansir dari buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia.
Perihal sumber yang ditulis oleh pelancong asing (laporan asing), laporan Marco Polo (tahun 1254 - 1324) merupakan salah satunya. Pelaut yang lahir pada 1254 tersebut telah membantu kita memahami seperti apa masyarakat Muslim di wilayah Samudera Pasai (the King of Samara) utamanya warga Perlak (Felech) hidup bersama di tahun 1292 bersama dengan para pedagang asal Arab yang beragama Islam.
Dalam pengamatan Marco Polo, Perlak (di Sumatera) adalah sebuah kota Islam yang dikelilingi oleh daerah-daerah non-Islam yang masih begitu kuat menganut kepercayaan animisme dan dinamisme.
Selain Marco Polo yang mendeskripsikan masyarakat Perlak masa lalu lewat The Travel, pemahaman atas proses Islamisasi di Indonesia juga dibantu oleh seorang petualang bernama Ibnu Battuta (tahun 1304 - 1377) yang melalui karyanya Travels in Asia and Africa: 1325 - 1354, telah membantu pemahaman seperti apa kehidupan beragama dan intelektual di kerajaaan Islam tertua di ujung pulau Sumatera, Samudera Pasai, yang secara resmi belum sampai setengah abad menganut Islam pada abad ke-14.
Kala singgah di Samudera Pasai di tahun 1345, Ibnu Battutah merekam fakta bahwa raja yang memerintah negara itu memakai gelar Islam yakni Malikut Thahbir bin Malik Al Saleh. Sementara mazhab Syafi’i menjadi paham yang dipeluk hampir mayoritas masyarakat.Rol
No comments:
Post a Comment