Masuk Islam Setelah Mencekik Rasulullah
Cendekiawan Yahudi ini lakukan tindakan nekat: mencekik Rasulullah di depan umat. Red: Hasanul Rizqa
Sampailah suatu kali, Nabi Muhammad SAW terpaksa berutang untuk memenuhi beberapa keperluannya. Beliau berutang kepada pemuka Yahudi tersebut.
Keduanya lantas menyepakati tenggat waktu pembayaran.
Hari demi hari berlalu. Nabi SAW pada suatu ketika memimpin majelis ilmu di Masjid Nabawi.
Tiba-tiba, datanglah Zaid bin San'ah melalui pintu masjid. Dia lantas meminta celah, agar bisa sampai ke shaf terdepan.
Bukannya langsung duduk, Zaid yang kini sudah di shaf pertama justru berdiri tepat di belakang Rasulullah SAW. Dia lalu menarik kain serban Nabi SAW yang melingkar di lehernya. Beliau seketika tercekik.
Seluruh sahabat Nabi otomatis berdiri, seperti hendak menyerang pria Yahudi ini. Umar bin Khattab yang berada dekat sekali dengan beliau berkata, "Wahai Rasulullah SAW, izinkanlah saya untuk memenggal kepala orang ini!"
Nabi SAW memberi isyarat dengan tangannya agar Umar dan seluruh hadirin tenang. Masih dalam keadaan tercekik, beliau lantas menoleh ke arah Zaid.
"Wahai Yahudi, ada apa?" kata beliau kepada Zaid bin San'ah.
"Kau berutang padaku, Muhammad! Dan aku tahu, kalian ini orang Quraisy sangat suka menunda-nunda pembayaran utang," kata yang ditanya.
"Bukankah belum tiba saatnya (tenggat waktu pembayaran)?" tanya Nabi SAW lagi.
"Saya tidak peduli. Bayar utangmu sekarang juga!"
Maka Rasulullah SAW berpaling kepada Umar dan berkata, "Wahai Umar, ambilkan dari Baitul Maal sebanyak 20 sha' (sekira 40 kg) kurma untuk membayar utangku kepada Yahudi ini dan sebanyak 20 sha' kurma lagi."
"Wahai Rasulullah, 20 sha' itu untuk utang engkau. Tetapi, 20 sha' lagi untuk apa?" tanya Umar.
"Itu sebagai hukuman karena engkau telah menakut-nakuti dia," jawab Nabi SAW.
Singkat cerita, Umar pun keluar dari masjid dan berjalan menuju Baitul Maal (kas negara). Dia diikuti oleh Zaid dari belakang.
Sepanjang perjalanan, Umar mencoba meredam kekesalan. Bagaimana mungkin seorang Yahudi bisa dengan pongahnya mencekik Rasulullah SAW tepat di depannya?
Bagaimanapun, ketaatan Umar kepada Nabi SAW jauh lebih besar. Sampailah ia dan Zaid di Baitul Maal. Sahabat bergelar al-Faruq itu lalu menyiapkan dua karung. Masing-masing akan diisi 20 sha kurma.
Karung pertama yang tuntas diisi lantas diberikannya kepada pria Yahudi itu. Sementara Umar sedang mengisi karung kedua, sang pencekik Nabi SAW tadi mencegahnya.
"Wahai Umar. Tahanlah. Jangan kau masukkan kurma ke karung itu," katanya.
"Aku hanya melaksanakan perintah Nabi SAW! Aku tidak ingin mendengarmu!"
"Wahai Umar, apakah kau tidak mengenal saya?"
"Saya tidak peduli!" jawab Umar dengan ketus.
"Saya adalah Zaid bin San'ah."
"Apakah benar kamu Zaid bin San'ah!? Zaid yang cendekiawan Yahudi, ahli Taurat?" tanya Umar setengah tak percaya.
"Benar. Akulah Zaid bin San'ah," jawab si Yahudi dengan tenang.
"Bukankah kau tahu bahwa Muhammad adalah utusan Allah!?" tanya Umar lagi.
"Benar. Tapi, coba engkau pikir, wahai Umar. Bagaimana mungkin aku nekat mencekik dirinya di depan kalian, umat Islam yang mengimaninya sebagai nabi? Apa engkau pikir aku sudah gila?" ujar Zaid.
"Mengapa kau melakukannya?" tanya Umar.
"Sungguh, sebelum tadi aku datang ke masjid kalian, aku telah mendapati tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad. Hampir seluruh tanda-tanda itu ada padanya. Namun, ada satu tanda yang belum tampak jelas bagiku: bahwa kasih sayangnya mengalahkan rasa amarahnya," jelas Zaid.
"Maka, aku nekat melakukan hal tadi. Aku tahu, utang Muhammad belum jatuh tempo. Aku sengaja memancing emosi dia dan kalian, para sahabatnya. Aku sudah bertekad mempertaruhkan nyawaku hanya untuk membuktikan kebenaran, adakah tanda kenabian ada pada diri Muhammad."
"Dan kini aku percaya. Ternyata benar. Kasih sayangnya mengalahkan marahnya. Maka saksikanlah, wahai Umar: asyhadu an laa ilaaha illa Allah, wa asyhadu anna Muhammad rasulullah," tegas Zaid bin San'ah.Rol
No comments:
Post a Comment