Jadi Laskar Hizbullah, Putra Mbah Hasyim Ini Tembaki Pesawat Jepang Hingga Jatuh

Perjuangan secara gerilya ini terus menerus dijalani oleh Pak Ud bersama pasukannya. Rep: Muhyiddin/ Red: A.Syalaby Ichsan KH Yusuf Hasyim
Foto: NU Online
 KH Yusuf Hasyim
Perjuangan  putra KH Hasyim Asy'ari (Mbah Hasyim), salah satu tokoh besar dalam sejarah kemerdekaan Indonesia, disebut menjadi bagian penting dari perjalanan bangsa ini melawan penjajah. Putra Mbah Hasyim yang dimaksud adalah KH Yusuf Hasyim, seorang ulama dan pejuang kemerdekaan yang memiliki peran signifikan dalam perjuangan melawan penjajah.

Nama lengkapnya adalah KH Muhammad Yusuf Hasyim. Dia merupakan putra bungsu pasangan KH Hasyim Asy’ari dan Nyai Nafiqoh. Dia dilahirkan pada 3 Agustus 1929 di lingkungan Pondok Pesantren Tebuireng.

Pak Ud, sapaan akrab Kiai Yusuf Hasyim, dikenal tidak hanya sebagai putra pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Hasyim Asy'ari, tetapi juga sebagai salah satu pemimpin yang gigih dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Dia adalah salah satu tokoh yang pernah menjadi komandan Laskar Hizbullah. 

Pada awalnya, Laskar Hizbullah didirikan sebagai bagian dari strategi pemerintah Jepang untuk menambah kekuatannya dalam perang melawan tentara sekutu. KH Hasyim Asy’ari pun mendukung penuh pendirian Hizbullah, bahkan mengizinkan Yusuf Hasyim untuk bergabung dalam Hizbullah.

Saat menjadi Komandan Kompi Hizbullah, Pak Ud memimpin pasukan pejuang melawan tentara Belanda yang membonceng pasukan NICA dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Setelah Laskar Hisbullah dilebur ke dalam Tentara Nasional Indonesia pada 1947, dia pun masuk menjadi tentara aktif dan mendapat pangkat letnan satu.

Namun, pada tahun yang sama, Pak Ud juga merasakan kesedihan yang mendalam karena ayahandanya, KH Hasyim Asy’ari meninggal dunia. Pada 1948, dia kemudian bergabung di Batalyon TNI 39 Condromowo, sebuah kesatuan TNI-AD Brigade yang merupakan kesatuan Hizbullah Devisi Sunan Ampel.

Pada masa-masa perjuangannya, Pak Ud pernah memimpin anak buahnya untuk menghadapi penyerbuan Belanda yang dipimpin oleh Van Der Plass. Pasukan Belanda itu menuju Pesantren Tebuireng karena dituduh sebagai tempat persembunyian tentara Republik. Pesantren Tebuireng saat itu dipimpin KH Wahid Hasyim. Dalam penyerbuan itu, kakak kandung Pak Ud itu tertangkap dan ditahan di Surabaya.

 Dada kiri tertembak..

Setelah menguasai Tebuireng, pasukan Van Der Plass terus bergerak ke selatan untuk mengejar pasukan yang dipimpin Pak Ud. Dalam pengejaran itu, dada kiri Pak Ud pun tertembak dalam kontak senjata di Desa Nglaban, Cukir, Jombang. Akhirnya, dia pun pingsan selama berjam-jam. Beruntung peluru-peluru itu tidak sampai menebus dadanya. Hanya baju seragam militernya yang sobek.

Serangan demi serangan terus dilancarkan pasukan Belanda, sehingga memaksa pasukan Pak Ud untuk mengambil langkah mundur. Selanjutnya, mereka kemudian melakukan perang gerilya dengan taktik terus bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya.

Perjuangan secara gerilya ini terus menerus dijalani oleh Pak Ud bersama pasukannya. Tanpa kenal lelah, mereka terus berjuang melawan pasukan Belanda untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Hingga akhirnya, Belanda menyerah dan meninggalkan Indonesia.

Dalam berjuang, Pak Ud juga pernah menyerang pesawat pasukan Jepang yang melintasi daerah antara Peterongan dan Sumobito. Dia bersama pasukan yang lain menembaki pesawat Jepang hingga terjatuh. Seluruh pasukan Jepang di pesawat itu pun tewas.

Setelah Indonesia meraih kemerdekaan, Pak Ud juga masih turut aktif berjuang. Dalam peristiwa Madiun 1948, Pak Ud bahkan menjadi salah satu komandan tempur yang berada di garis depan. Pak Ud bersama pasukannya berhasil menyelamatkan beberapa tokoh penting yang diculik PKI, seperti Kapten Hambali, KH Ahmad Sahal dan Pengasuh Pondok Modern Gontor Ponorogo, KH Imam Zarkasyi.

Pada masa 1960-an, dia bersama Barisan Ansor Serba Guna (Banser) kembali mengangkat senjata untuk memerangi pasukan PKI di Kanigoro, Kediri, dan kawasan Blitar Selatan. Pascaperistiwa berdarah G30 S PKI, Pak Ud masih terus berjuang dan memulai karirnya di kancah politik praktis.

photo
Tentara Belanda berpatroli di pedesaan Indonesia dalam masa perang kemerdekaan. - (javapost.nl)

No comments: